24. Fake

2.7K 114 7
                                    

Sean duduk di koridor sambil terus menyedot es di tangannya, ia benar benar merasa lelah akan hukuman yang di beri guru BP. Sean juga memutuskan tidak mengikuti jam pelajaran terakhir karena malas.

Ia berjalan mengintip ke kelas Karin, di mana perempuan itu sedang duduk manis memperhatikan guru yang mengajar tanpa adanya gangguan dari Andre.

Memperhatikan dari jauh mungkin adalah cara terbaik untuk Sean saat ini. Ia benar benar bingung harus berbuat apa untuk mendapatkan Karin setelah tau bahwa Aslan juga menyukai Karin.

"Sean, masuk! Kamu bukannya ikut pelajaran di kelas malah memperhatikan kelas ibu," teriak guru yang sedang mengajar di kelas Karin.

Dengan ragu ragu Sean masuk ke dalam kelas Karin, tampilannya masih sama seperti khas Sean sendiri. Kemeja yang keluar serta kancing atas yang tidak di kancingi.

"Rapihkan bajumu," bentak guru itu.

Sean mengangguk dan membalikkan badannya untuk merapikan kemeja sekolahnya dengan benar.

"Kamu itu bukannya masuk ke kelas kamu setelah di hukum malah kelayapan keluar kelas! Memangnya ibu ga tau?!" guru itu menatap Sean dengan tatapan yang cukup tajam.

"Terus ibu kenapa suruh saya masuk ke kelas ibu? Ibu ga ngerasa siswi di sini ngeliatin kegantengan saya?" ejek Sean yang di balas tawaan siswa di kelas itu.

"Apa maksud kamu? Berani beraninya kamu bicara seperti itu di depan kelas saya. Sekarang, kamu berdiri di sini sampai jam pelajaran saya selesai!" teriak guru itu pada Sean.

Sean mendekatkan badannya pada guru itu lalu membisikan, "Dengan senang hati bu."

Sedangkan Karin merasa risih dengan tingkah Sean akhir akhir ini. Bagi Karin itu terlalu over. Di saat semua siswi memandang Sean, Karin membuang pandangannya ke luar kelas dan mengingat betapa manisnya perlakuan Aslan.

***

Bel pulang sudah berbunyi, Karin kini berjalan sendirian di koridor setelah telat mengumpulkan tugas yang di beri oleh guru itu tadi. Ia melihat suasana sekolah yang sudah mulai sepi karena siswa siswinya sudah berjalan keluar sekolah.

"Rin," sapa Sean, ia berjongkok di atas bangku koridor sambil menyeruput es di tangannya.

"Kamu belum pulang Ian?" ujar Karin heran.

"Males, kakiku masih pegel abis berdiri di lapangan." jawab Sean dengan santai.

"Oh, kamu liat Aslan?" tanya Karin.

"Udah pulang dia mah atau ga lagi ngerokok sama anak anak di markas, kenapa? Mau ke sana?" Sean loncat dari jongkoknya di bangku itu dan berdiri di depan Karin.

"Aku cuman heran aja, biasanya kalian barengan terus." kata Karin tersenyum.

"Aku sama Aslan ga sedeket itu ya Rin," jawab Sean santai, ia tertawa kecil.

"Iya aku paham, yaudah aku ke depan dulu ya Ian." Karin baru berjalan selangkah dari Sean, tiba tiba saja Sean memegang tangan Karin seolah menahannya untuk pergi.

"Kamu pulang bareng siapa?" Sean menatap mata Karin.

"Ehm aku ngangkot kayaknya kalau ortuku ga bisa jemput," jawab Karin tersenyum.

Sean tidak menjawab apa apa, ia langsung menarik tangan Karin agar mengikutinya ke arah parkir motor.

"Seannn, ish. Kamu mau ngapain?" Karin melepaskan genggaman tangan Sean ketika sudah sampai di parkiran motor.

SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang