"Sean," Karin memanggil Sean yang sedang berjalan sendirian di koridor. Sekarang sudah jam pulang sekolah sehingga Karin ingin mencari Aslan.
"Apa?" Sean tidak berbalik badan.
"Kamu tau Aslan dimana?" tanya Karin pelan pelan.
"Ga," jawab Sean lalu langsung pergi meninggalkan Karin begitu saja.
"Aneh," gumam Karin yang melihat gerak gerik Sean yang tidak biasa.
"Dor," bisik Andre tepat di belakang Karin.
"Astaga Andre," Karin langsung berbalik dan kaget melihat Andre sudah ada di belakangnya.
"Ga pulang?" tanya Andre heran.
"Belum, aku masih ada perlu." jawab Karin, ia seperti sedikit bingung untuk menjawab pertanyaan Andre.
Karin sendiri tidak ingin ada yang tau tentang kedekatan dirinya dengan Aslan. Ia takut malah dirinya akan jadi perbincangan teman temannya lagi di sekolah setelah banyak gosip yang mengatakan Sean membabi buta Andre karena dirinya.
"Kenapa muka kamu?" heran Andre.
"Hah? Kenapa wajahku?" Karin seketika langsung gugup.
"Kok tambah cantik," Andre tertawa kecil melihat Karin yang gugup.
"Apaan sih?" pipi Karin sedikit memerah terkena gombalan maut Andre. Ternyata benar apa kata siswi satu sekolah bahwa Andre pangeran kelasnya yang playboy bisa membuat satu sekolah klepek klepek.
"Pipi kamu merah kayak tomat," tawa Andre semakin pecah karena pipi Karin yang memerah.
Karin langsung menutupi wajahnya dengan ke dua tangannya dan langsung pergi dari Andre tanpa bicara lagi. Karin hanya akan terus merasa tersipu malu jika di dekat Andre terus.
"Eh kok pergi?" Andre menghentikan langkahnya ketika ingin mengejar Karin yang pergi, ia sadar ia tak perlu mengejar Karin.
Karin yang menutupi wajahnya tidak bisa melihat dengan betul jalanan koridor, ia pikir juga semua orang di sekolah sudah pulang.
"Brukk," Karin menabrak dada Aslan, ia hampir tersungkur jatuh ke belakang tapi dengan cepat ke dua tangan Aslan menangkap badannya. Layaknya seperti di film film, mereka bertatap mata detik menikmati detik detik yang indah ini.
Karin langsung mengedipkan matanya dan mendorong dada Aslan yang malah membuatnya jatuh ke lantai.
"Kamu mah aneh, udah di pegangin malah pengennya di jatuhin." ucap Aslan lalu tertawa kecil.
"Ih sakit tau," gumam Karin kesal.
Aslan menjongkokkan badannya dan membalikkan badannya sehingga ia memunggungi Karin. Aslan sedikit menoleh ke belakang, tepat ke arah Karin. Lirikan matanya membuat Karin sendiri langsung meleleh.
"Aku gendong ya?" ucap Aslan yang di tambah sedikit hipnotis bagi Karin.
Karin langsung mengangguk dan naik ke punggung Aslan. Ia di gendong ke arah luar sekolah. Karin tiba tiba terkejut ternyata daerah luar sekolah masih ada banyak beberapa siswa dan siswi yang belum pulang alias mereka melihatnya di gendong oleh Aslan. Lagi lagi siswa dan siswi itu saling membisiki Karin.
"Ga usah dengerin mereka yang suka ngomongin kamu di belakang," bisik Aslan pada Karin.
Aslan lalu menurunkan Karin dari punggungnya ketika mereka sampai di parkiran lalu Aslan mengeluarkan motornya dari himpitan motor siswa siswi lainnya setelah itu menyalakan mesin motornya.
"Kenapa diem aja? Ayo naik!" ujar Aslan melihat Karin yang terpatung.
Karin dengan ragu menaiki motor Aslan, dan parahnya lagi Aslan melewati motornya di depan siswi siswi yang sedang menggosipi Karin. Aslan menekan penuh koplingnya dan mengegas motornya sehingga bunyi motornya menggerung di depan siswi siswi yang sedang menggosipi Karin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean
Roman pour AdolescentsPada awalnya semua orang akan suka dengan pilihannya, tapi ga semua orang bakal setia sama pilihannya. Tertanda, Sean. *** Karin anak baru dari Bandung harus merasakan berurusan dengan geng paling nakal di sekolahnya. Mereka semua biasa disebut Geng...