Sean merasakan dirinya sedang di tatap oleh Karin yang di tinggalkan oleh Aslan untuk membayar makanan. Sean sendiri tidak merasa terganggu sama sekali dengan lirikan Karin yang terus menerus. Bagi Sean yang mengganggu sekarang adalah keberadaan Aslan di hidupnya.
Kini Sean berjalan di koridor tanpa arah, ia juga tidak ingin masuk kelas pertama karena akan membosankan bagi dirinya ketika memasuki kelas matematika. Belum lagi ceramah dari guru matematikanya yang membuat dia harus diam mematung karena jika dia membantah, ceramah yang ia dengar tidak akan pernah berhenti. Memang paling jago guru matematika buat ceramah.
Akhirnya Sean memutuskan untuk pergi ke tempat yang biasanya akhir akhir ini ia kunjungi untuk tidurnya yaitu perpustakaan bagian ujung. Sean melihat ke dalam perpustakaan yang masih sepi karena sudah mau memasuki jam pelajaran dan seperti biasa hanya ada satu penjaga di pagi hari, ia juga sudah tua dan penglihatannya sudah kabur. Jadi dia tidak akan menyangka bahwa ada seorang siswa yang bolos jam pertama.
Sean mengambil satu buku dan membuka buku itu, ia meletakkan kepalanya di atas meja dan menaruh buku itu di atas kepalanya dan Sean mulai memejamkan matanya.
***
Andre melihat ke arah Karin yang baru saja kembali dari perginya bersama Aslan. Sebenarnya Andre sedikit kesal saat tau Karin pergi dengan Aslan untuk sarapan. Tadinya ia ingin mengajak Karin untuk sarapan juga tapi ia sudah sarapan dengan Aslan dan kini Andre belum sarapan dan ia mengikuti jam pelajaran pertama dengan ngantuk yang melanda serta perut yang menjerit. Pelajaran fisika memang mengubah segalanya.
"Kamu kenapa Ndre?" tanya Karin ketika melirik Andre yang tiduran di mejanya dan memegangi perutnya.
"Laper," jawab Andre singkat.
Karin tertawa karena istirahat masih lama dan guru yang mengajar benar benar killer untuk meminta izin keluar di saat ia menjelaskan pelajaran.
"Kamu tadi ga sarapan emang?" bisik Karin lalu tertawa kecil.
"Aku tuh mau ngajak kamu sarapan eh ga taunya kamu malah pergi sarapan sama si Aslan. Yaudah aku jadi ga sarapan. Eh kelaparan sekarang." jelas Andre meringis karena perutnya terus menjerit.
Karin menahan tawanya ketika mendengar alasan Andre. Ia tidak menyangka bahwa tadi pagi Andre juga ingin mengajaknya pergi makan sarapan.
"Harusnya kalau kamu laper ya makan, ga usah nungguin aku." bisik Karin lalu tersenyum kepada Andre.
"Ga usah senyam senyum. Aku ini lagi laper. Pipi kamu aku gigit baru tau rasa." lirik Andre dengan malas.
"Kok di gigit?" tanya Karin.
"Kamukan manis, hehehe." bisik Andre yang membuat bulu kuduk Karin langsung merinding.
"Ginjal kamu aku retakin mau?" bisik Karin, tangannya mencubit perutnya.
"Awwww, sakit Karin. Udah kelaparan terus kamu cubit ga kasian sama aku?" bisik Andre memelas.
"Bodo amat," Karin menjulurkan lidahnya ke Andre.
"Andre. Karin. Pergi keluar dari jam saya sekarang. Saya paling tidak suka ada murid yang berbicara di saat saya sedang menjelaskan!" bentak guru fisika itu dengan tatapan tajam.
"Oke bu," Andre langsung berdiri dengan semangat lalu menarik tangan Karin.
Andre dan Karin kini berada di luar kelas, jujur Karin benar benar kesal pada Andre yang menerima begitu saja hukuman dari guru fisika. Tapi melihat Andre yang kelaparan, Karin tidak tega dan memutuskan untuk pergi menemani makan Andre di kantin mba Dewi.
Andre langsung duduk dan berteriak seperti biasa dengan tidak sopan.
"Mbakk, nasi bungkusnya sama es tehnya. Laper gila ini loh!" teriak Andre membuat Karin sedikit malu.
Mba Dewi dengan cepat langsung membawakan Andre nasi bungkus dan es tehnya sedangkan Karin baru memesan minuman ketika mba Dewi datang. Karin masih punya sopan santun dalam dirinya yang tidak akan pernah luntur.
"Aku nutrisari jeruk ya mba." ucap Karin memesan minuman.
Lalu mba Dewi mengangguk tersenyum pada Karin.
"Kamu tau ga sih Rin? Itu guru fisika emang ga puyeng ya? Otaknya itu loh jalan terus, mikir rumus rumus terus. Apa dia ga punya pikiran penting lainnya ya? Aku aja ini nih baru buka buku fisika, wadoo bukannya paham malah ngantuk." Andre terus berbicara pada Karin padahal Karin sendiri tidak terlalu memperdulikan apa yang Andre bicarakan.
"Terus?" ucap Karin, matanya terus mengawasi sekeliling. Ia tak mau sampai Aslan melihatnya sedang berduaan dengan Andre.
"Kamu ngawasin siapa? Kamu ga mau Aslan tau kita lagi di sini berduaan?" tanya Andre heran.
"Bukan gitu Ndre," jawab Karin.
Andre menyelesaikan makanannya dan menarik Karin untuk pergi mengikuti dirinya. Ia mengajak Karin untuk duduk di perpustakaan.
Karin sedikit heran mengapa Andre mengajaknya untuk datang pergi ke perpustakaan. Banyak pertanyaan yang terpendam di hati Karin yang ingin ia tanyakan.
"Kamu kenapa bawa aku ke sini?" tanya Karin terheran heran.
"Aku mau kayak orang itu," Andre menunjuk seseorang di pojokan perpus yang sedang tidur dan di atas kepalanya terdapat buku.
Karin yang tidak melihat wajah orang itu berpikir bahwa orang itu adalah siswa nakal yang suka tidur jam pelajaran dan dia pikir Andre juga ingin tidur.
"Yaudah kamu tidur aja, aku cari novel." ucap Karin.
Andre langsung menidurkan kepalanya di atas meja perpus dan ia mulai memasuki alam mimpi setelah perutnya terisi penuh.
Sedangkan Karin mencari novel yang raknya dekat dengan orang aneh yang tidur di perpustakaan itu. Karin yang menarik paksa buku novel yang terlalu mepet membuat banyak buku di rak buku itu terjatuh beberapa. Membuat kebisingan. Karin sendiri terkejut. Ia pasti akan di marahi oleh orang aneh karena membuatnya tidurnya terganggu.
"Woi, ngerti orang lagi tidur ga sih?" bentak Sean yang terbangun dari tidurnya.
Karin yang tidak sanggup membalikkan badannya tiba tiba merasa mengenal suara orang aneh itu dengan cepat Karin membalikkan badannya dan benar orang itu Sean.
Sedangkan Sean sedikit terkejut karena orang yang menjatuhkan beberapa buku di perpustakaan itu adalah Karin.
"Karin?" Sean benar benar terkejut.
"Sean?" Karin juga tak menyangka orang aneh itu adalah Sean.
Mereka berdua sempat saling bertatapan mata saling menikmati momen pertemuan yang tak terduga ini. Sean sendiri yang tadinya merasa ingin menghabisi orang yang berani mengganggu tidurnya langsung ciut seketika nyalinya ketika tau bahwa orang itu adalah Karin.
"Kamu kok ada..." belum selesai Sean bicara langsung terpotong akan bunyi buku satu yang jatuh menyusul.
"Aku lagi di hukum keluar sama guru fisika makanya aku di sini, jangan pikir macam macam." jelas Karin, ia memejamkan matanya karena takut Sean akan memarahinya.
Sean tak menjawab dan hanya bisa tertawa tak menyangka bahwa orang seperti Karin juga bisa kena hukuman apa lagi hukumannya ini di mapel yang cukup berpengaruh.
"Ada apa Rin?" ucap Andre berjalan mencari sumber kebisingan.
Andre beradu tatap mata dengan Sean, ia benar benar tak menyangka Karin sedang berbicara dengan Sean.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sean
Roman pour AdolescentsPada awalnya semua orang akan suka dengan pilihannya, tapi ga semua orang bakal setia sama pilihannya. Tertanda, Sean. *** Karin anak baru dari Bandung harus merasakan berurusan dengan geng paling nakal di sekolahnya. Mereka semua biasa disebut Geng...