Andre mencoba menelpon Angel karena jam sudah melewati waktu pulang sekolah tetapi Angel belum juga pulang ke rumah. Andre sendiri takut kalau sampai kakaknya bertemu dengan Genta.
Andre hanya dapat berdoa akan apa yang segera terjadi ke depannya. Sudah lama Andre keluar dari lingkaran ini tapi hari ini, ia kembali masuk dalam lingkaran yang keras.
"Ndre, lu anter Karin pulang aja. Ini udah sore, gue khawatir orang tua Karin cemas karena anaknya belum pulang." ujar Sean melirik ke arah Karin yang masih bermain hp.
"Ya gue rasa juga gitu, sekalian gue mau cek kakak gue dulu. Gue takut kak Angel kenapa kenapa." kata Andre memijat pelipis kepalanya.
"Emang Angel kenapa Ndre?" sahut Aslan tiba tiba.
"Dari tadi gue nelpon ga di angkat Lan, gue khawatir dia ketemuan sama si Genta." ucap Andre menatap Aslan.
"Emang si Angel punya urusan apa sama si Genta? Dulu mereka ga sedekat itu kali." ujar Aslan.
"I don't know," jawab Andre.
"Kalaupun mereka ketemuan pasti yang nyamperin itu Genta." sahut Sean melirik Aslan.
"Emang si Angel tuh siapa sih? Aku jadi penasaran sama kakak kamu Ndre?" ucap Karin sambil menaruh hpnya ke dalam tas.
"Angel tuh pacarnya Aslan jadi ya wajar sih kalau Aslan cemas." kata Bagas dengan polosnya.
Mata Karin melirik ke arah Aslan seolah tak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh Bagas tadi. Rasanya seperti ada jarum yang sangat tajam menusuk ke dalam tubuhnya.
"Apaan sih lu Gas? Udah jelas jelas gue sama Angel ga ada apa apa." terka Aslan, ia membantah apa yang di ucapkan oleh Bagas tadi.
"Stop membicarakan seolah olah kakak gue mainan kalian." sahut Andre dengan tatapan dingin.
Sean hanya membuang muka dengan tidur miring membelakangi teman temannya, ia seakan malas dengan obrolan yang membahas Angel.
"Ian, aku pulang dulu ya sama Andre. Sekalian katanya Andre juga mau liat pacarnya Aslan," ujar Karin membuat Aslan yang tadinya duduk langsung berdiri dari duduknya.
"Dia bukan pacar aku kali Rin!" ucap Aslan membantah.
"Pacar atau bukan juga ga apa kali Lan, asal dia ga buat sakit hati kamu itu ga masalah. Aku udah anggep kamu dan kalian di sini sebagai kakak aku." jelas Karin menatap mata Aslan.
"Kok malah jadi ngalor ngidul ngobrolnya, yaudah Rin. Ayo balik." Andre langsung menarik tangan Karin keluar dari kamar rumah sakit.
Setelah Karin dan Andre keluar dari ruang rawat Sean, suasana menjadi hening. Aslan yang tadinya hari ini siap untuk mendatangi Genta, sekarang moodnya sudah hancur berantakan.
"Lo takut Karin tau?" ucap Sean, ia masih tidur membelakangi teman temannya.
"Nope, gue cuman takut Karin kecewa." jawab Aslan.
"Kecewa?" tanya Sean.
"Gue bukan peramal so I dont know, apa perasaan Karin ke gue. But..." ucap Aslan lalu berdiri bersiap untuk keluar dari ruang rawat Sean.
Sean mendengar itu langsung membalikan badan dan duduk di tepi kasur menatap mata Aslan dengan dalam. Bagas yang berada di ruang itu sendiri tak berani memotong pembicaraan antara Aslan dan Sean.
"Lo harusnya inget Lan, janji di waktu hari pertama Karin masuk sekolah." ujar Sean nadanya tinggi.
Aslan tak menghiraukan ucapan Sean, ia langsung keluar dari ruang rawat Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean
Fiksi RemajaPada awalnya semua orang akan suka dengan pilihannya, tapi ga semua orang bakal setia sama pilihannya. Tertanda, Sean. *** Karin anak baru dari Bandung harus merasakan berurusan dengan geng paling nakal di sekolahnya. Mereka semua biasa disebut Geng...