37. Brutal

2.1K 103 0
                                    

Andre dan Aslan setuju untuk berbicara di pojok kantin mba Dewi. Sean dan kawan kawan juga sudah masuk ke kelas mengikuti jam pelajaran.

"Biar gue jelasin," ucap Andre menghela napas.

"Sean berubah bukan karena Karin, ia berubah diam diam ke lu buat rebut semua pasukan biar dia bisa nyerang SMA Bimasakti. Sean pikir ini juga salah satu pembalasan buat Genta." jelas Andre dengan tatapan kosongnya.

"Jadi mak..."

"Iya maksud gue, semua yang Sean lakuin cuman drama. Dia udah nyerang anak SMA Bimasakti. Dengan gitu dia pikir lo bakal mau bantu dia sama anak anak yang lain." Andre memotong sebelum Aslan kembali berbicara.

"Gue heran, apa untungnya dari penyerangan ini? Kenapa Sean bisa berpikir begitu?" Aslan mengerutkan alisnya.

"Sebenarnya ini rencana kakak gue, dia minta Sean buat bales kepergian bang Satria. Sean waktu malam itu yang lagi dalam keadaan emosi jadi dengerin apa aja yang kakak gue kata waktu malam itu."

"Sumpah gue ga ngerti lagi sama jalan pikiran kalian," Aslan memijit pelipis kepalanya karena semakin pusing mendengar cerita Andre.

"Gue minta lo bisa bantu Sean, Lan. Gue khawatir terjadi apa apa sama Sean." bisik Andre dingin.

"Gue harus batalin penyerangan ini," jawab Aslan dingin.

"Emang ada caranya?" Andre sedikit bingung dengan jalan pikiran Aslan saat itu, jelas jelas kemarin SMA Bimasakti sudah memberi peringatan tapi ia ingin membatalkannya.

"Gue rasa Sean cuman ngerasa dirinya kesepian," Aslan menatap mata Andre, ia mengingat apa yang pernah Karin ucapkan.

"Maksud lo?"

"Gue bakal ninggalin Karin buat Sean, gue sadar apa yang udah gue lakuin ke Sean selama ini salah. Gue udah terlalu banyak nyakitin dia." Aslan menundukkan kepalanya.

"Hati ga bisa dipak..."

"Gue tau itu, gue bakal nyakitin hati Karin. Bantu gue Ndre. Bantu gue buat nebus dosa gue ke Sean." Aslan menatap mata Andre dalam dalam.

"Angel," Andre menatap mata Aslan dalam. Andre juga teringat akan kakaknya yang masih menyayangi Aslan dengan tulus.

"Gue bakal coba buat balik sama kakak lo lagi Ndre," ujar Aslan dalam.

Hari itu Aslan belajar banyak hal, ia mulai mengerti apa yang pernah Karin lihat dari mata Sean. Aslan sekarang paham betul bahwa Sean benar benar kesepian. Ia hanya butuh perempuan yang memperhatikannya. Aslan juga menyadari kesalahannya bahwa dari dulu ia selalu merebut semua perempuan milik Sean.

Hari ini di sekolah benar benar terasa damai. Tidak ada keributan yang biasa terjadi. Sean sendiri hari ini lebih suka mengasingkan dirinya sendiri di perpustakaan. Ia sadar akan keputusan yang ia lakukan itu salah tapi semua sudah terlambat.

***

Siswa SMA Bimasakti datang dengan jumlah yang banyak, serontak semua anak anak geng Sean yang sedang duduk duduk di markas belakang sekolah berlarian ke dalam dan mencoba menahan pintu masuk belakang.

"Ian, mereka datang! Di belakang!" teriak Andre pada Sean yang tertidur di perpustakaan seperti biasanya.

Sean langsung bangun dan terkejut mendengar apa yang Andre ucapkan, hari ini ia harus benar benar kembali menjadi Sean yang dulu. Itulah yang Sean pikirkan sekarang. Dia harus bisa memenangkan pertempuran ini.

Sean langsung berlari ke arah belakang sekolah, ia menabrak dengan keras siswa siswi yang menghalangi jalannya di koridor. Sean sudah tidak terasa waras lagi otaknya.

Karin yang melihat terjadi kekacauan dan banyak bisikin di koridor langsung mengikuti semua mata yang tertuju pada Sean. Karin benar benar kaget dengan perubahan Sean yang menjadi bringas.

Karin langsung mengumpulkan keberaniannya dan mengikuti Sean diam diam setelah Karin melihat Nina dan Jennie sedang asik bermain smartphonenya.

Karin menghentikan langkahnya dan langsung mengumpat di balik tembok ketika melihat Sean yang bertatap mata dengan Aslan. Mereka juga berhadapan dengan tatapan dingin.

"Jangan halangin jalan gue!" teriak Sean sangat keras.

"Lo pikir lo bisa menang tanpa gue? Hah?!" ejek Aslan dengan tatapan dinginnya.

Sean maju dan menjotos wajah Aslan tapi berhasil Aslan hindari dan ia lagi lagi tersenyum mengejek Sean.

"Kalau lo mau tempur, lo harus ajak gue bangsat!" bisik Aslan.

Aslan berbalik badan dan berjalan mendahului Sean. Mereka berdua sekarang berjalan menuju belakang sekolah. Begitupula Karin, ia berjalan diam diam.

Tampak seluruh pasukan geng Sean sedang bersitegang dengan anak SMA Bimasakti. Andre bahkan sudah berada di garis tempur paling depan. Ia menggantikan Sean yang tadi belum datang.

Leon, siswa anak Bimasakti. Melihat kedatangan Sean bersama Aslan dengan tatapan dingin mereka. Leon tertawa kecil dan membuka kacamata hitam miliknya. Mata Leon mengejek kedatangan Sean dan Aslan yang seolah olah kedatangan mereka dapat mengubah hasil pertempuran.

"Jadi siapa disini yang ngajak kami perang?" teriak Leon lalu tertawa kecil melihat ekspresi serius Sean, Aslan juga Andre.

Tidak ada jawaban sama sekali dari geng Sean. Mereka terus bersikap siap untuk bertempur juga menjaga jarak dengan anak SMA Bimasakti.

"Gada yang jawab?" lanjut Leon.

"Gue," ucap Aslan menatap mata Leon dengan tajam.

Sean dan Andre benar benar terkejut dengan apa yang Aslan lakukan sekarang. Ia tak menyangka Aslan akan serius membantunya.

"Lo?" tatapan mata mengejek Leon selalu tertampang jelas, begitupula anak SMA Bimasakti yang merespon dengan tawa mereka.

"Kenapa? Lo ga berani? One on one?" Aslan tersenyum mengejek sedikit, tatapan matanya benar benar berapi api pada Leon.

"Lo yakin one on one?" Leon berjalan dan ia berdiri tepat di depan Aslan. Dada mereka kini hanya berjarak bercentimeter saja.

Aslan tanpa ragu langsung memulai perkelahiannya dengan Leon, ia menjotos wajah Leon hingga Leon tersungkur di tanah.

Anak Bimasakti yang tadinya bersiap untuk menyerang langsung berhenti ketika Leon memberi aba aba pada mereka semua. Leon kembali berdiri dari jatuhnya. Ia tersenyum akan keberanian Aslan yang memulai perang.

Leon langsung saja menjotos wajah Aslan tapi berhasil Aslan tepis, Aslan yang mendapat celah langsung menonjok perut Leon dan menarik bahunya lalu ia menonjok perut Leon dengan sikut kakinya berkali kali hingga Leon terjatuh dan terbatuk batuk dengan serangan Aslan.

Leon tetap tersenyum mengejek melihat ekspresi serius Aslan, Aslan yang tak terima dengan senyuman Leon langsung menendang Leon yang tertidur di tanah hingga ia bangun dan membalas serangan Aslan.

Sean dan Andre benar benar heran dengan sikap Leon yang tak biasanya, Leon bahkan belum menyerang Aslan dengan serius.

Sedangkan Karin masih bersembunyi di balik tembok, ia tak menyangka Aslan. Laki laki yang ia sukai akan sebrutal itu, Karin benar benar merasa tidak mengenal Aslan yang berada di hadapannya.

"Cewek lo ngintip Lo tuh," Leon dengan santai menunjuk tembok yang di baliknya berada Karin yang menutup mulutnya mencoba agar tidak ketahuan.

SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang