33. Gila

2.2K 104 0
                                    

Sean dan anak buahnya serta Andre membuat seluruh siswa dan siswi di koridor sekolah menatap mereka dengan berbagai pertanyaan. Sean yang biasanya bertengkar dengan Andre, sekarang mereka kini sudah kembali bersatu. Bagi anak kelas 12 yang melihat mereka, itu bagaikan sebuah keajaiban. Terakhir mereka bisa melihat Sean dan Andre bersatu saat Satria masih ada di sekolah.

Andre yang mendapat tatapan seperti itu dari temannya langsung memutuskan untuk pergi ke kelasnya dan tidak mengikuti Sean dan kawan kawan. Andre pikir ia tidak boleh terlalu berada di dekat Sean.

Sedangkan Sean dan anak buahnya di pagi hari sudah membuat kekacauan di kantin mba Dewi. Sean malah membolehkan anak buahnya merayu atau menggoda cewek di sekolah ini dengan bebas tidak seperti saat Aslan yang memimpin. Banyak anak siswi yang kabur ketakutan saat melihat Sean dan kawan kawan.

Karin dengan polosnya berjalan santai menuju warung mba Dewi dan memesan es. Ia melihat sekeliling dengan bingung. Semua siswi di sini terlihat ketakutan sedangkan dirinya tidak di rayu oleh satupun orang di sana.

"Ini dek esnya,"

Karin langsung menggenggam esnya dan membayar dengan uang pas pada mba Dewi. Betapa terkejutnya Karin ketika tangan kirinya yang memegang es di pegang oleh tangan pria. Karin yang terkejut membalikkan badannya dengan menutup matanya dan melemparkan esnya pada laki laki itu.

"Aaaaaa," teriak Karin.

"Ah shit," umpat Aslan ketika melihat kemeja seragamnya basah kuyup akibat lemparan es milik Karin.

Karin membuka matanya perlahan, ia merasa mengenal suara umpatan itu. Karin langsung menutup mulutnya karena terkejut kalau itu adalah Aslan. Anak buah Sean yang melihat itu tertawa keras sedangkan Sean tak memperdulikan tontonan itu sama sekali.

"Aslan?!" betapa terkejutnya Karin ketika melihat pria itu adalah Aslan tapi bukan karena itu Karin terkejut, ia lebih terkejut dengan ekspresi Aslan yang seperti sudah siap untuk memakan dirinya hidup hidup sekarang.

"Pagi pagi udah dingin di siram es, bagussss." Aslan merubah ekspresinya menjadi tersenyum.

"Sumpah aku ga sengaja," Karin mengelap elap baju Aslan yang basah.

"Ga usah di elap, nanti aku bisa jemur." ucap Aslan santai, ia mencoba menahan emosinya.

"Tapi ini basah semua," Karin sedikit takut ketika melihat lagi dengan teliti baju Aslan benar benar basah kuyup.

Sean dan kawan kawan tiba tiba langsung pergi dari kantin mba Dewi begitu saja ketika melihat Aslan dan Karin yang seperti sedang bermesra mesraan di hadapan mereka.

"Basah ya jemur hahaha," ejek salah satu anak buah Sean.

"Eue aja eue atuh," teriak salah satu lagi dengan keras.

Aslan yang tidak terima dengan orang itu langsung menariknya dan menghajarnya. Sean yang sedikit terkejut dengan Aslan yang mudah panas, ia tidak memperbolehkan anak buah yang lainnya untuk menghentikan perkelahian Aslan.

"Ga perlu lo bantu," Sean menahan anak buahnya yang ingin mengeroyok Aslan ketika dirinya berkelahi dengan salah satu anak buahnya Sean.

Karin hanya dapat berdiri diam, lagi lagi ia melihat Aslan membabi buta temannya sendiri. Walau Karin tak begitu mengenal orang yang sedang di hajar oleh Aslan tapi ia tau bahwa orang itu pernah menjadi anak buah Aslan juga.

Aslan duduk di atas badan siswa itu dan menghajar wajahnya berkali kali hingga memar di wajahnya cukup penuh lalu ia menarik kerah siswa itu dan mendorong ke arah kursi kantin hingga siswa itu terkapar lemah.

"Lo gila Ian?!" bentak salah satu anak buah Sean.

"Kalau lo mau maju lawan singa bangun dari tidurnya, silahkan." ucap Sean lalu pergi meninggalkan kantin mba Dewi begitu saja.

Aslan yang selesai menghajar orang itu langsung pergi dari kantin dan menarik tangan Karin dengan paksa. Aslan mengantarkan Karin ke depan kelasnya dan menyuruhnya agar cepat masuk ke dalam kelas. Di luar kelas sekarang satu sekolah sedang di kuasai oleh Sean dan anak buahnya yang tak terkontrol.

"Kamu masuk ke dalam kelas dan kalau mau kencing minta anterin Andre lebih baik aku pikir. Aku yakin satu sekolah mereka udah ga terkontrol lagi." ucap Aslan lalu mendorong Karin agar memasuki kelasnya.

Sedangkan Aslan berjalan di koridor dengan keadaan yang emosi, ingin rasanya ia menghajar habis habisan Sean. Sean sudah menghancurkan segalanya hanya karena perempuan. Aslan tak menyangka kalau Sean benar benar egois dan sama sekali tak pernah memikirkan perasaan teman sendiri.

Tiba tiba Bagas menarik tangan Aslan untuk mengikutinya ke gudang.

"Ada apa sih Gas?" bentak Aslan lalu matanya melihat Jeffry yang terkapar lemah di lantai gudang dengan luka memar yang banyak.

"Siapa yang ngehajar lo?" tanya Aslan tajam.

"Andre," jawab Jeffry lalu ia tak sadarkan diri.

Bagas dan Aslan langsung membawa Jeffry ke ruang UKS. Ia tak menyangka akan terjadi banyak perubahan di sekolahnya hanya karena Aslan lengah menghadapi Sean.

"Lan, lo harus ambil lagi posisi itu dari Sean kalau ga dia bakal bertindak semena mena sampai dia lulus sekolah. Lo ga inget tujuan lo di awal?" ujar Bagas menatap Aslan.

"Gue juga lagi usahain itu Gas tapi sekarang semua orang udah berpihak sama Sean terus gimana cara gue coba buat lawan dia?" Aslan memijat pelipis kepalanya.

"Lo kasih Karin buat Sean," ucap Bagas tegas.

Aslan memejamkan matanya menahan emosi, ia benar benar merasa sudah tak bisa menahan lagi semuanya. Aslan juga tak bisa memahami isi hatinya tapi ia benar benar menyayangi Karin. Aslan juga tak rela Karin menjadi milik Sean.

"Gue bakal cari celah, buat sementara kalian jangan cari masalah dulu di sekolah selama Sean dan kawan kawan masih berkuasa," Aslan keluar dari UKS dengan perasaan campur aduk.

Aslan tak menyangka ia bertemu dan berhadapan langsung dengan Sean di koridor setelah ia keluar dari UKS. Aslan menatap tajam mata Sean. Mereka berdua saling berdiam di tempatnya masing masing. Sean tetap terus mempertahankan tampang angkuhnya di depan Aslan.

"Puas?" ucap Aslan memecahkan keheningan.

"Yang gue lakuin masih ga setara sama apa yang lo lakuin ke gue Lan, gue pikir gue cuman punya lo sebagai sahabat gue tapi nyatanya lo lagi lagi ngekhianati gue! Seneng lo udah bisa dapatin Karin? Hah?!" ujar Sean, ia tetap menahan agar tampang angkuh miliknya tidak pecah.

"Lo udah bener bener gila Ian gara gara cewek, gue ga nyangka." kata Aslan dingin.

"Gue gila? Ya anjing! Angel lo ambil pas gue sayang sayangnya sama dia, Karin lo ambil pas gue udah cerita ke lo kalau dia itu cewek yang gue suka kalau gue ga ambil tindakan. Lo mau nindas gue apa lagi?" teriak Sean emosi.

Aslan maju begitupula Sean mereka semakin cepat berjalan dan mulai saling menendangkan kaki mereka.

SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang