"Rin? Loh kamu kok ada di sini?" ucap Sean saat membuka matanya.
"Kamu masuk rumah sakit, Ian. Kamu tau itu kan?" kata Karin, ia memegang tangan Sean yang terinfus dengan erat.
"Aku ga terlalu inget, Genta gimana?" ujar Sean, ia mencoba mengingat apa yang telah terjadi sebelumnya.
"Dia masuk rumah sakit juga, kamar rawatnya ga jauh dari sini." sahut Andre dari sofa, matanya tidak melirik ke arah Sean. Andre acuh sambil membaca koran.
"Aku harap dia ga ganggu kamu lagi Rin," ucap Sean menatap Karin.
"Apaan sih Ian? Niat kamu emang baik tapi kalau caranya gini aku ga bakal setuju." ujar Karin.
"Setidaknya aku udah bisa balas apa yang Genta lakuin ke bang Satria, aku harap ketika dia pulih, dia cepat pergi dari kota ini." jelas Sean.
"Dia ga akan pergi dari kota ini," sahut Andre dingin.
"Maksud lu apa Ndre?" ujar Sean tidak terima akan ucapan Andre.
"Nyatanya begitu, lu harus sadar Ian. Genta itu kakak tiri Satria. Gue udah tau tujuan dia dateng ke sini." ujar Andre, ia berdiri menutup koran yang di bacanya.
"Persetan dengan hubungan keluarga mereka, Genta tetep orang yang jahat Ndre. Gimanapun caranya gue harus ngusir dia dari kota ini. Gue ga mau kehilangan teman yang berharga lagi. Cukup Satria yang pergi," ucap Sean, nadanya benar benar membentak. Ia merasakan suatu kekecewaan yang mendalam.
"Aku bener bener ga ngerti sama yang kalian bahas tapi apapun itu, aku harap kalian bisa menyelesaikannya dengan kepala dingin." sahut Karin, matanya melirik bergantian pada Sean dan Andre.
"Bilang ke temanmu Rin, sesuatu yang sudah di takdirkan tidak dapat di rubah." ujar Andre sebelum benar benar meninggalkan kamar rawat Sean dengan penuh emosi.
"Memangnya dia pikir dia sapa? Hah?" ujar Sean tak terima.
"Udah Ian, kamu masih banyak luka gini kalau marah marah entar sakit lagi luka kamu itu." ucap Karin.
"Ga usah sok peduli dengan aku, aku tau kamu di suruh Aslan. Pergilah. Aku ingin sendiri Rin." kata Sean dengan dingin.
Karin menelan ludahnya, ia tak mengerti dengan perubahan sikap Sean yang berganti menjadi dingin. Memang benar faktanya bahwa Karin datang karena permintaan Aslan tapi jauh di lubuk Karin, ia juga sedikit mengkhawatirkan keadaan Sean.
Karin yang merasa kehadirannya hanya membuat Sean bertambah marah, ia langsung pergi begitu saja dari kamar rawat Sean. Sedangkan Sean memilih memejamkan mata untuk melupakan semua segala hal dan masa lalu yang menghantuinya.
Karin berjalan di koridor rumah sakit untuk keluar mencari taksi, Karin saat itu langsung memilih pulang tanpa pamit ke Aslan. Tiba tiba saat itu Andre langsung menarik dan menggenggam tangan Karin.
"Biar aku antar kamu pulang." ucap Andre dingin.
***
Andre menghentikan mobilnya di depan rumah Karin sambil bernapas lega telah menceritakan semua hal di masa lalu yang membuat keadaan terpecah seperti sekarang ini.
"Tapi Ndre, aku masih ga ngerti kalau Genta itu kakak tiri Satria terus kenapa Genta menjebloskan Satria ke penjara?" ujar Karin heran.
"Tahun lalu saat Satria udah ga mau kasih upeti, kami tawuran. Saat itu Satria dalam keadaan emosi menendang lawannya hingga mau mati dan polisi yang datang langsung menangkapnya." jelas Andre.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean
Teen FictionPada awalnya semua orang akan suka dengan pilihannya, tapi ga semua orang bakal setia sama pilihannya. Tertanda, Sean. *** Karin anak baru dari Bandung harus merasakan berurusan dengan geng paling nakal di sekolahnya. Mereka semua biasa disebut Geng...