Andre duduk di sofa sambil membuka kancing kemeja satu persatu, dan melirik kakaknya dengan tatapan sinis yang tajam.
"Karin tuh anak pindahan, Aslan sama Sean rebutan." ujar Andre.
"Terus lu juga naksir kan?" jawab Angel menatap adiknya.
"Kalau iya, kenapa?" kata Andre ketus.
"Ya harus siap bersaing sama Sean." ucap Angel begitu saja.
"Udah tau, lagian posisi gue sekarang itu ya untung untung susah. Karin udah tau Aslan sama lu kalau Sean yang canggung sama Karin." jelas Andre tersenyum bangga.
"Mau bertaruh dengan kakak?" lirikan mata Angel seketika menjadi tajam dan tersenyum nakal.
"Apaan?" alis Andre naik satu.
Angel mendekat dan membisikan suatu kalimat dengan pelan tapi dapat di dengar dengan baik oleh Andre. Setelah bisikan itu selesai, jujur Andre benar benar bingung dengan kakaknya itu.
"Kok bisa?" tanya Andre setelah mendengar bisikan Angel.
"Bisa aja kalau lu benar benar mau di ajak kerja sama." ujar Angel angkuh.
"Yang anak anak pikirin sekarang itu masalah bang Sat kak, gue bakal ikut taruhan lu kalau lu bisa usir bang Sat dari kota ini." ucap Andre, tersenyum jahat pada Angel.
"Be accept." ujar Angel.
***
Hari ini di tengah bawah terik matahari, Sean dengan puluhan anak geng motor dari berbagai sekolah di Jakarta telah berkumpul. Teriakan sebagai motivasi mereka terus terdengar nyaring.
"Semua kita selesaikan hari ini!" teriak Sean di depan banyak orang.
Di jawab sorakan teriakan semangat walau berbeda tapi mereka tetap bersatu demi kebaikan bersama.
"Kalian semua habisi anak buahnya, biar gue yang lawan Genta. Mengerti?" teriak Sean memberi perintah mutlak.
Setelah di balas teriakan meriah, mereka semua langsung menyalakan motor dan beramai ramai menuju markas lama atau yang menjadi markas Satria sekarang ini.
Bagaikan tentara semut, mereka semua berjalan bersama sama, siap bertempur.
Hari ini Sean mengumpulkan semua anggotanya diam diam tanpa sepengetahuan geng di sekolahnya. Bahkan ia bertekad untuk mengusir Genta dari kota ini dengan tangan dia sendiri. Luka yang kemarin belum kering betul tapi semangat Sean sudah membara.
Setelah sampai, tampak asap api dalam tong yang berisi sampah. Sofa rusak serta minum minuman keras yang memabukkan. Tidak sedikit tapi tidak juga banyak, itu yang di pikiran Sean.
Semua pasukan Sean turun dari motor dan langsung menyerang begitu saja pasukan bang Genta tanpa arahan yang di atur.
"Woi Genta, keluar lu anjing! Ayo kita bertaruh." teriak Sean dari jauh.
"Ada apaan nih anak culun?" jawab Genta, ia meninju salah satu muka lawannya yang mencoba menyerang diam diam dari samping.
"One on one, yang kalah harus menuruti pemenang. Deal?" teriak Sean di iringi senyuman picik seolah dia akan menang.
Genta tertawa sangat keras mendengar ajakan Sean, ia bahkan tau bahwa luka Sean yang kemarin belum sembuh.
"Lu pikir bakal menang lawan gue? Mimpi!" teriak Genta lalu berlari dan loncat mengambil ancang ancang untuk meninju kepala Sean dari udara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean
Roman pour AdolescentsPada awalnya semua orang akan suka dengan pilihannya, tapi ga semua orang bakal setia sama pilihannya. Tertanda, Sean. *** Karin anak baru dari Bandung harus merasakan berurusan dengan geng paling nakal di sekolahnya. Mereka semua biasa disebut Geng...