Diam diam Sean dan siswa laki laki nakal dalam jumlah yang banyak kembali datang ke markas belakang sekolah, mereka juga melihat adegan pelukan yang 'sok' mendramatisir.
"Woi!" teriak Sean membuat Aslan dan Karin terkejut.
"Apa apaan lu Ian?" bentak Aslan yang tak terima dengan tingkah Sean.
"Mending lo sama cewek lo cepetan cabut dari sini selagi gue sama anak anak masih ngasih lo berdua waktu," ucap Sean dingin, tatapan matanya benar benar kosong.
"Maksud lo apa?!" teriak Aslan lalu mendorong tubuh Sean pelan.
Tiba tiba saja pasukan siswa di belakang Sean langsung bersiap untuk menghajar Aslan yang berani menyentuh Sean.
"Lo semua kenapa? Lo semua anak buah gue anjing!" teriak Aslan marah.
"Mulai sekarang geng Aslan gue bubarin, udah cukup buat gue ngerasain semua ini." bisik Sean tepat di kuping Aslan.
Aslan benar benar marah saat dia mendengar apa yang di ucapkan oleh Sean. Aslan mendorong Sean lalu tangan kanannya sudah siap menjotos wajah Sean tapi terhenti di udara karena ia masih mengingat keberadaan Karin di sini.
"Kenapa? Lo ga berani mukul gue di depan Karin? Hah?!" ejek Sean lalu meludahi muka Aslan.
Aslan langsung saja melayangkan jotosan di wajah Sean, ia benar benar marah dengan perubahan sikap Sean yang menjadi iblis seperti ini. Sean tersungkur jatuh ke tanah lalu dengan cepat Aslan menendang kepala Sean hingga Sean tertidur di tanah dan tak bisa bergerak. Kepalanya mulai merasakan pusing.
Aslan jongkok menarik kerah Sean agar ia berdiri dan membabi buta Sean begitu saja. Ia menghajar perut Sean berkali kali dengan keras. Lalu ia lempar Sean ke meja markas.
Sean tersenyum ketika terjatuh tepat di atas meja markas. Dengan bringas Aslan langsung menendang meja markas hingga terjatuh begitupula dengan Sean langsung jatuh dan tubuhnya tertiban banyak putung rokok di badannya.
Karin benar benar tidak sanggup untuk melihat semua ini, tubuh Sean bahkan sudah berlumuran darah. Ia tidak menyangka Aslan akan semarah ini pada Sean. Sean sendiri tidak melawan bahkan tidak menyerang Aslan sama sekali.
Tiba tiba saja semua siswa laki laki anak buah Sean langsung menyerbu habis Aslan, Aslan langsung memberontak tapi apa daya jumlah yang cukup banyak membuatnya kalah. Aslan kini mukanya penuh luka dan memar akibat serangan itu.
Sedangkan Sean menatap langit langit di atasnya yang sangat cerah. Ia tidak menyangka hari ini akan datang. Hari dimana semua dendam yang Sean siapkan untuk Aslan terbalas satu persatu.
"Sean, kenapa kamu lakuin ini!?" tangis Karin pecah ketika melihat Aslan di keroyok oleh anak buahnya sendiri.
"Aku sendiri ga paham sama apa yang aku lakuin Rin. Yang aku paham, hati aku sekarang lagi berantakan." ucap Sean sebelum dirinya tidak sadarkan diri.
"Sean?!" teriak Karin yang terkejut bahwa Sean pingsan.
Semua siswa laki laki langsung saja menghentikan pukulannya kepada Aslan dan membopong Sean ke UKS. Aslan sendiri terkejut melihat Sean yang pingsan mendadak. Dalam lubuk hati kecil Aslan, ia benar benar merasa menyesal sudah memulai perkelahian dengan Sean.
Sedangkan Karin sekarang sudah tidak memperdulikan lagi tentang masalah antara Sean dan Aslan. Ia benar benar kecewa oleh sikap Sean dan Aslan yang benar benar seperti anak kecil. Karin ikut berlari pergi dari markas belakang sekolah menuju UKS. Aslan hanya dapat mematung.
***
"Loh bukannya itu Sean?" gumam Andre ketika ia melihat banyak kerumunan anak nakal yang sedang membopong Sean.
Andre langsung berlari mengejar kumpulan yang membopong Sean tapi langkahnya terhenti karena ia menabrak Bagas dan Jeffry yang baru keluar dari ruang OSIS.
"Lo kalau jalan liat liat dong?!" bentak Jeffry yang tersungkur jatuh ke lantai.
"Cepet kalian ke UKS tadi gue liat Sean di bopong sama anak anak. Sean keliatan berdarah darah gitu." ujar Andre lalu ia melanjutkan larinya.
Bagas dan Jeffry saling menatap dan mereka langsung teringat oleh masalah kemarin sore dimana Sean membabi buta Aslan. Bagas dan Jeffry langsung berlari menuju ke belakang sekolah. Mereka khawatir Aslan ikut terluka parah.
Benar saja dugaan mereka, Bagas dan Jeffry melihat Aslan yang terkapar di tanah dengan luka dan memar di wajahnya.
"Lan, bangun asu?!" teriak Jeffry, ia langsung mencoba membangunkan Aslan dengan Bagas.
Mereka membopong Aslan untuk duduk di sofa. Aslan memang tidak pingsan tapi ia hanya memejamkan matanya menahan pedih yang ia rasakan.
"Gue gagal jadi pengganti Satria," ucap Aslan, tangannya memukul udara dan matanya masih terpejam.
"Lo ga perlu ngerasa gagal Lan, Sean udah biasa ngeberontak jadi ga usah lu pikirin." saran Bagas.
"Apa ini semua gara gara Karin lagi?" tanya Jeffry heran.
Aslan tidak menjawab, ia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban untuk mereka.
"Ahhh, gue ga abis pikir sih sama jalan pikiran tuh anak." umpat Jeffry.
"Terus kok Sean bisa luka parah gitu? Jangan bilang lo ga bisa nahan emosi lu?" Bagas menatap mata Aslan dengan tak percaya.
"Udah dari dulu gue nahan semua ini, persetan dengan perjanjian yang dulu gue buat sama bang Sat. Dia udah ngambil anak anak dan bubarin geng gue anjing!" ujar Aslan penuh rasa kecewa di wajahnya.
"Lo ga usah pikirin anak anak dulu, masih ada gue sama Jeffry yang selalu di sisi lu. Temen yang baik ga akan ninggalin kawannya yang lagi banyak masalah." ucap Bagas, ia menepuk pundak Aslan agar Aslan lebih sabar menghadapi tingkah laku Sean.
"Kalau mereka berani macam macam lagi sama lo, lo langsung urus aja si Sean kutu kupret. Biar gue sama Bagas yang lawan cecenguknya." ucap Jeffry lalu menepuk dadanya sebagai tanda kesetiaannya.
Aslan hanya tertawa kecil melihat tingkah teman temannya ini. Tiba tiba saja seseorang siswa laki laki yang Aslan kenal betul dan menghampiri dirinya. Siswa itu bernama Faisal, ia juga tampak terluka lumayan parah.
"Lo kenapa Sal?" tanya Aslan bingung.
"Sean ngehajar gue di depan anak anak Lan. Dia bilang kalau mereka ga jadi pengikutnya, mereka bakal di habisin sama Sean." Faisal langsung mengadu semua kejadian yang terjadi saat dirinya dengan anak anak pergi dari markas meninggalkan Aslan dan Karin di markas tadi.
Aslan benar benar tak percaya dengan apa yang Sean lakukan. Bahkan Andre yang selalu berontak dengan geng Aslan tidak pernah ada rasa ingin menggantikan posisi Aslan sama sekali. Satria juga dulu tau akan itu tapi Andre benar benar tidak ada minat untuk menjadi ketua preman.
Aslan memijat pelipisnya merasa tak percaya dengan apa yang terjadi hari ini. Semua rasanya seperti mimpi bagi Aslan. Sekarang Sean sudah benar benar akan memusuhinya dan tidak akan kembali lagi.
"Banggggsatttt!" teriak Aslan dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean
Novela JuvenilPada awalnya semua orang akan suka dengan pilihannya, tapi ga semua orang bakal setia sama pilihannya. Tertanda, Sean. *** Karin anak baru dari Bandung harus merasakan berurusan dengan geng paling nakal di sekolahnya. Mereka semua biasa disebut Geng...