7. Manis

5.3K 295 6
                                    

Bell pulang sekolah berbunyi dan dari tadi Andre juga sudah mulai kode kode batuk yang membuat Karin tak nyaman bahkan untuk melihat raut wajah Andre saja Karin tak berani.

Setelah guru keluar kelas, semua murid juga akhirnya keluar kelas. Karin sengaja memperlambat keluar kelas untuk menghambat waktu jadi ketika ia keluar, Aslan di harapkan sudah ada di depan kelas.

Karin mulai memasukan buku dan pulpen miliknya sedangkan Andre dari tadi hanya memerhatikan kegiatan Karin yang tak penting.

"Jangan lama lama dong, udah ga sabar nih." ujar Andre sambil tersenyum malu.

Mendengar itu Karin benar benar merasakan geli yang luar biasa, bisa di bayangkan kalau ia jadi jalan berdua dengan Andre maka di pastikan sepanjang perjalanan Karin akan mendengarkan gombalan receh dari Andre yang benar benar tidak masuk ke dalam selera humor Karin.

"Kok diam aja sih, ayo buruan." kata Andre yang sudah menggendong tas miliknya.

Andre yang sudah tak sabar akhirnya memutuskan mendahului Karin dan menunggu di depan kelas sampai Karin benar benar selesai membereskan buku catatannya.

"Karin mana?" sapa Sean yang berada tepat di depan pintu.

"Masih beres beres, ada urusan apa lu sama dia?" jawab Andre dengan tajam.

"Bukan urusan lu kan, jadi buat apa lu tau urusan gue?" kata Sean menatap mata Andre.

"Denger ya, hari ini Karin bakal jalan sama gue. Jadi gue harap lu ga ngerusak rencana gue." ucap Andre penuh penekanan.

"Ngomongnya santai aja bisa ga? Emang Karin punya lu doang, gue juga berhak ngajak dia jalan." kata Sean membuang muka seraya tersenyum tipis menghina Andre.

"Sorry ya, yang ngajak dia jalan duluan itu gue jadi harusnya lu sadar diri dan ga usah seolah olah lu itu prioritas dia." ucap Andre penuh penekanan.

Sean kini menatap mata Andre sangat dalam dan jelas terukir amarah di antara mereka berdua.

"Kalau gue bukan prioritas dia terus lu siapa dia? Temen sebangku yang cemburu gara gara ada cowok ngasih coklat." ujar Sean menghina Andre.

"Jaga mulut lu!" kata Andre lalu menarik kerah Sean.

"Andre, Sean. Kalian berdua ngapain?" tanya Karin yang baru keluar kelas.

Karin benar benar bersyukur datang di waktu yang tepat sebelum terjadi hal seperti kemarin lagi antara Sean dan Andre.

"Ndre, lepasin." ujar Karin menatap mata Andre.

Andre yang mendapat perintah langsung dari Karin otomatis melepas genggaman kerah baju Sean.

"Rin, jadi ga?" teriak Aslan dari kejauhan.

Sean dan Andre seketika menatap mata Karin.

"Hari ini aku jalan sama Aslan, makasih tawarannya tapi Aslan lebih butuhin aku buat ujian remedial minggu depan." ucap Karin lalu pergi menyusul Aslan di koridor yang tak jauh dari kelas Karin.

Sean hanya tersenyum miris melihat Karin yang memilih Aslan untuk jalan berdua, dan juga Sean menatap sekilas wajah Andre. Sean benar benar ingin tertawa keras sekarang.

"Jadi, itu yang namanya prioritas?" bisik Sean sebelum meninggalkan Andre sendiri.

Andre yang di tinggal sendirian benar benar termakan emosi, ia tak habis pikir dengan Karin yang lebih memilih Aslan ketimbang dirinya. Juga Andre masih punya dendam tersendiri kepada Sean.

"Belum puas lu Lan sakitin kakak gue? Dan sekarang lu mau mainin Karin?" gumam Andre menahan emosi yang sangat panas, tangannya kini sudah mengepal siap menonjok siapa saja.

SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang