39. RE

2.2K 104 3
                                    

Sean berjalan di koridor, tatapan matanya melihat sekeliling sekolah setelah banyak hal yang terjadi akhir akhir ini. Sudah 2 hari berlalu setelah anak SMA Bimasakti datang ke sekolahnya. Sekolah akhir akhir ini benar benar terasa sepi, tidak seperti sebelumnya.

Tatapan mata Sean tak sengaja saling bertemu dengan mata Karin yang juga sedang berjalan bersama Nina menuju kelasnya. Sean melihat dengan jelas bahwa Karin tertawa ceria setelah semua ini.

Ingin rasanya Sean menyapa Karin saat itu tapi entah rasanya kenapa lebih berat dari biasanya. Terlebih lagi setelah semua kejadian sebelumnya. Karin melewati Sean yang terpatung di koridor. Karin mengode pada Nina agar ia pergi lebih dulu.

Karin membalikkan badannya setelah merasa Nina pergi, ia menatap Sean yang sudah mulai berjalan perlahan lahan. Penampilan Sean masih tetap sama seperti biasanya yang Karin lihat. Seragam kemeja sekolah yang keluar dan berantakan serta dasi yang tak terikat dengan benar. Ingin rasanya Karin memanggil Sean. Karin juga masih berhutang pada Sean yang pernah menyelamatkan dirinya.

Tanpa sadar tubuh Karin terdorong oleh seseorang yang berjalan di belakangnya yang sedang berjalan. Karin hampir saja terjatuh karena tabrakan orang itu. Dengan cepat Karin menengok orang itu dan raut wajahnya sedikit tak percaya bahwa orang itu Aslan.

Karin merasakan perubahan pada Aslan semenjak 2 hari yang lalu. Entah apa yang sedang terjadi, tapi semua ini juga Karin yang memulainya. Karin akan menerima jika dirinya di campakkan oleh Aslan.

Karin berbalik dan berjalan menuju kelasnya. Suasana pagi di kelasnya sudah tidak seheboh dulu saat ia memasuki kelas ini pertama kalinya.
Karin rasa bukan cuman Sean dan Aslan yang berubah. Tapi manusia yang duduk di sampingnya, Andre. Ia juga menjadi lebih dingin dari biasanya bahkan hanya berbicara secukupnya pada Karin.

Karin menaruh tasnya di kursi dan menatap Andre yang sedang menyenderkan kepalanya di meja serta kuping yang terpasang earphone. Dengan sedikit keberanian, Karin melepaskan earphone Andre.

Andre yang merasa dirinya di ganggu langsung melihat orang yang berani membuka earphonenya. Andre benar benar terkejut ketika mengetahui orang itu Karin.

"Kamu udah sarapan?" ucap Karin.

"Udah,"

Andre menjawabnya dengan acuh dan memasang kembali earphonenya lalu kembali menyenderkan kepalanya di atas meja.

Karin merasa dirinya benar benar di acuhkan oleh sekelilingnya. Ia sedikit merindukan suasana kelasnya yang selalu ribut dengan tingkah usil Andre dan fans Andre.

Karin duduk di samping Andre dan langsung membuka novel yang semalam ia baca. Jujur dari dalam lubuk hati Karin, ia ingin rasanya bertanya apa yang terjadi. Berat.

***

Sean duduk di perpustakaan sambil memperhatikan sekitarnya. Ia tak menyangka di pagi hari ketika perpus baru saja buka, ada saja anak anak yang pacaran di perpus.

"Bikin iri aja,"

Sean menyenderkan kepalanya di meja dan menaruh buku di atas kepalanya. Ia memejamkan matanya tapi tak bisa menutup telinganya ketika mendengar ada siswa siswi yang sedang beromantis romantisan di dekatnya.

"Kamu tau, semalam aku mimpiin kamu. Padahal sebelum tidur aku nelpon kamu," ucap siswa yang sedang menggombali pacarnya.

"Ah kamu bisa aja,"

"Kamu sih nakal!"

"Nakal gimana?"

"Kamu ga bisa diam di hatiku doang, kamu juga berputar di pikiranku setiap saat."

SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang