"Lan, Sean tuh datang." Bagas yang melihat Sean datang langsung memberi tau Aslan yang sedang duduk membelakangi Sean.
"Biarin aja," jawab Aslan sambil melihat ke arah kartu poker di tangannya.
Sean langsung menghampiri Aslan, ia memutar paksa pundak Aslan dan langsung menjotos wajah Aslan dengan bringas. Seluruh orang di markas langsung terkejut dengan apa yang di lakukan Sean.
Aslan hanya tersenyum melihat kedatangan Sean yang penuh emosi, seakan ia tau akan terjadi.
"Maksud lo apa ngomong gitu ke Karin?" Sean menatap Aslan yang tersungkur di tanah.
"Gue ga ngomong apa apa su!" bibir Aslan masih mencoba tetap tersenyum.
"Ga usah bohong lu anjing," Sean memegang kerah Aslan dan menatap mata Aslan dalam dalam.
"Karin punya gue," ucap Aslan dengan napas yang terengah engah.
Sean langsung menarik kerah baju Aslan agar ia berdiri dan mendorong tubuh Aslan.
"Dari dulu sampe sekarang, lu ga pernah berubah anjing!" teriak Sean.
"Emang kenapa kalau gue nikung lo, hah? Karin sendiri suka sama gue! Karin ga suka sama lo, sadar diri anjing!" bentak Aslan, emosinya kini sudah tidak bisa tertahan lagi.
"Jaga mulut lo bangsat," Sean berlari dan menendang lurus perut Aslan sehingga ia terjatuh duduk ke tanah.
Aslan langsung terbatuk batuk akibat pukulan Sean, belum cukup di situ. Sean langsung menghajar muka Aslan berkali kali. Tidak ada satupun orang di markas yang berani menghentikan perkelahian Sean.
"Lo gila, Ian? Gara gara cewek lo jadi kayak setan?" ejek Aslan yang terkapar lemah di tanah.
"Lo yang setan anjing! Dulu Angel lo rebut dari gue dengan gampangnya, sekarang lo mau Karin juga? Gila egois banget lu Lan!" Sean langsung pergi meninggalkan markas setelah membabi buta Aslan di hadapan teman tongkrongannya semua.
Bagas dan Jeffry langsung membopong Aslan agar duduk di sofa sekiranya Sean sudah pergi meninggalkan markas.
"Semua orang yang ada di sini, ga boleh bocorin apa yang terjadi sore ini. Jangan sampe ada orang luar tau tentang masalah ini." teriak Aslan memperingati semua temannya.
"Lo ga ke rumah sakit aja Lan? Muka lo berdarah gitu," ucap Bagas tanpa memperdulikan apa yang di ucapkan Aslan tadi.
Aslan sendiri tidak menjawab Bagas, ia memilih untuk memejamkan matanya dan mencoba menahan perih bekas pukulan Sean.
***
Karin berjalan memasuki koridor sekolahnya, hari ini ia sengaja datang sedikit terlambat agar bisa melihat Aslan. Benar seperti dugaan Karin, ia kini melihat Aslan berjalan berada di depannya. Karin langsung berlari mengejar Aslan.
"Pagi Alan," sapa Karin di iringi senyuman.
"Pagi tuan putri," Aslan juga langsung tersenyum melihat Karin menyapanya.
"Apaan sih? Eh tapi kok itu pipi kamu babak belur? Kamu abis berantem ya Lan?" pandangan Karin langsung teralihkan ketika melihat banyak bekas luka memar di wajah Aslan.
"Kamu tipikal cewek yang cerewet juga ya?" ejek Aslan lalu tertawa kecil.
"Aku tuh perhatian sama kamu bukan cerewet," ceplos Karin setelah beberapa detik kemudian ia baru menyadari apa yang baru saja di ucapkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean
Fiksi RemajaPada awalnya semua orang akan suka dengan pilihannya, tapi ga semua orang bakal setia sama pilihannya. Tertanda, Sean. *** Karin anak baru dari Bandung harus merasakan berurusan dengan geng paling nakal di sekolahnya. Mereka semua biasa disebut Geng...