"Hallo Rin," ucap Andre dari sebrang sana.
"Iya hallo Ndre, ada apa nelpon jam segini? Gabut?" sahut Karin sambil tertawa kecil.
"Aslan masuk rumah sakit Rin," Andre menghela napas kasar.
"Hah? Kok bisa?" ucap Karin terkejut.
"Inget orang yang datang ke parkiran sekolah kita dulu? Yang berdua,"
"Ehm, iya inget. Jangan jangan..." belum sempat Karin menyelesaikan kalimat ucapannya ia sudah tak sanggup melanjutkannya.
"Jangan kasih tau Sean ya Rin, aku takut amarah dia malah meluap luap gara gara ini." ujar Andre dengan nada yang sangat lemas.
"Terus ini Aslan di rumah sakit sama sapa?" tanya Karin penuh kekhawatiran.
"Ada aku sama Bagas nanti malam Jeffry sama yang lain gantian jaga," jelas Andre.
"Kok bisa sih Aslan sampe di pukulin dua orang itu?" ucap Karin kesal.
"Aku minta maaf Rin tapi tolong jaga rahasia ini, sebenarnya Sean yang nyari masalah sama mereka buat balas dendam tapi karena mereka pikir Aslan yang mimpin tadi sore pas di jalan, Aslan langsung di cegat gitu aja sama mereka."
"Astaga, kenapa sih selalu berantem di otak kalian? Sekarang Aslan di rumah sakit mana?" teriak Karin kesal.
"Kamu ga usah ke sini kata Aslan, dia khawatir sama kamu Rin." ucap Andre dengan ketulusan.
"Aku yang khawatir sama dia, aku... aku... aku ga bisa diam aja Ndre liat orang yang aku sayang di pukulin." Karin menelan ludahnya, ia tak menyangka akan bicara ini di telpon dengan Andre.
"Aku ga bisa bantu kamu Rin karena aku juga khawatir sama kamu. Aku takut kamu kenapa kenapa, aku yakin mereka pasti lagi bergerak saat saat ini. Leon yang aku tau lebih picik dari Genta." jelas Andre pasrah.
"Aku bahkan ga peduli sama orang seperti mereka." ucap Karin dingin.
"Kalau gitu kamu egois, aku cuman pentingin orang yang kamu sayang di banding semua orang yang sayang sama kamu. Kamu ga pernah sadar akan itu. Kamu terlalu sibuk dengan memikirkan Aslan sampai kamu lupa..."
"Aku sama Sean juga sayang sama kamu." ucap Andre lalu menghela napas kasar.
"Ndre..."
"Udah kamu diem di rumah aja ya, kita semua ga lagi dalam keadaan baik baik aja di sini Rin. Aku tolong kamu paham itu." ucap Andre lalu memutuskan sambungan telpon.
***
"Ngel, lo mesti tanggung jawab dengan semua kekacauan ini!" teriak Sean.
"Ian, jangan teriak teriak! Di dalam ada mamah aku." jawab Angel yang berdiri di balik pintu.
"Lo keluar sekarang," tangan Sean menarik keluar Angel dari dalam rumah.
Tatapan mata Sean benar benar berapi api, ia harus menyelesaikan semua ini.
"Kamu mau apa sih?" bentak Angel.
"Hah? Jangan belaga polos! Ini semua rencana lo buat nyerang SMA Bimasakti!" teriak Sean dengan emosi.
"Ini semua emang rencana aku tapi ingat, semua yang jalanin kamu dan yang lain. Bukan aku." ucap Angel penuh penekanan.
Plak
Sean menampar wajah Angel dengan kesal, bisa bisanya ia terjebak dalam rencana kekacauan seperti ini.
"Kenapa? Kamu ga suka sama semua kekacauan ini? Iya?" teriak Angel marah.
"Gue ga nyangka lo jebak gue di kekacauan kayak gini!" ujar Sean kesal.
"Lo harusnya ngaca di sini! Semua itu kesalahan ada di lo! Lo yang mau nyerang SMA Bimasakti buat alasan balas dendam bang Satria tapi nyatanya lo melampiaskan emosi lo karena lo kalah sama Aslan! Lo marah sama Aslan! Lo benci sama Aslan karena Aslan udah berhasil dapatin hati cewek itu!" teriak Angel marah, ia bahkan meneteskan air matanya.
Tangan Sean hampir melayang untuk menampar Angel ke dua kalinya tapi kali ini belum sampai mendarat, tangan Sean di genggam oleh seseorang.
Sean menoleh dan menatap orang itu tajam.
"Leon?" ucap Sean tak percaya.
"Berani banget lo nampar sepupu gue anjing!" ucap Leon penuh penekanan.
Sean menatap balik Angel dengan tatapan tak percaya, bahkan kini ia terjebak dengan lawan yang ternyata sepupu dengan orang yang ia anggap kawan.
"Lo sama Angel Andre sepupu?" ucap Sean tak percaya.
Leon memelintir tangan Sean lalu memukul muka Sean hingga Sean tersungkur jatuh di tanah. Leon tersenyum menang setelah melihat raut wajah Sean yang putus asa.
"Kenapa? Kejebak lo?" ejek Leon.
"Sejak kapan lo..."
Belum sempat selesai Sean bicara pada Angel, Leon langsung menendang wajah Sean cukup keras.
Leon lalu jongkok berdiri tepat di depan wajah Sean yang sudah penuh dengan luka. Sean sendiri sudah tidak sanggup bicara saat ini.
"Lo ga tau masalahnya di sini Ian," tawa Leon pecah.
Diam diam Angel meneteskan air matanya, Angel sendiri tak menyangka ia akan bertindak sejauh ini pada Sean.
"Lo sama Aslan itu sama. Sama sama nyakitin sepupu gue. Dan semua ini belum selesai sampai di sini. Gue bakal hajar pengikut lo satu satu sampe mereka semua tau. Mereka berada di pihak yang salah!" Leon tertawa menang lalu jarinya menyentil dahi Sean yang terkapar di tanah.
Leon berdiri dan membawa Angel masuk ke dalam rumah, Leon sendiri tau bahwa Angel diam diam masih menyayangi Sean walau hanya sedikit.
Sedangkan Sean mencoba berdiri dengan segenap tenaga yang tersisa dan langsung pergi mengendarai motornya menuju rumah sakit, tempat di rawatnya Aslan.
Dalam perjalanan, Sean terus merenung semua titik masalah di sini. Ia tak menyangka bahwa Angel menuntunnya untuk mencari masalah dengan SMA Bimasakti agar rencana Leon bisa di bantu oleh teman teman SMAnya untuk masalah pribadi seperti ini.
"Gue ga pernah takut sama lawan tapi gue selalu takut sama kawan yang nusuk gue dari belakang," ucap Sean dingin.
***
Aslan menatap mata Andre tajam, ia bahkan sedari tadi masih bingung dengan apa yang Andre ceritakan barusan.
"Ulangin Ndre, gue ga paham maksud lo itu." ucap Aslan dengan raut wajah kesal.
"Kakak gue nyuruh Leon buat balas dendam sama lo dan Sean karena udah mainin perasaannya tapi kakak gue buat seolah Sean yang nyerang SMA Bimasakti dengan alasan buat balas dendam tapi padahal itu semua buat alasan untuk Leon agar bisa minta bantuan pada teman temannya buat ngabisin lo semua." Andre bahkan sudah tak sanggup lagi menatap mata Aslan.
Andre sendiri awalnya tidak mengetahui rencana kakaknya bahkan ia juga terkejut mengetahui bahwa anak dari adik ibunya yang tinggal di Amerika adalah Leon yang tinggal di Indonesia.
"Angkat kepala lo, sekarang gue mau tanya sama lo." ucap Aslan tajam.
Andre mengangkat kepalanya dan mencoba menatap dalam mata Aslan.
"Lo ada di pihak mana sekarang?" tanya Aslan dingin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sean
Fiksi RemajaPada awalnya semua orang akan suka dengan pilihannya, tapi ga semua orang bakal setia sama pilihannya. Tertanda, Sean. *** Karin anak baru dari Bandung harus merasakan berurusan dengan geng paling nakal di sekolahnya. Mereka semua biasa disebut Geng...