17. Kekalahan

3.1K 168 1
                                    

Siang itu matahari benar benar terik, Satria dan kawan kawan bahkan tidak beranjak dari sofa rusak yang setia di markasnya. Bahkan berjalan ke motor saja mereka malas.

"Lo ga balik ke kelas Lan?" ucap Satria.

"Lain kali aja, males gue di kelas. Ga bakal masuk ke otak juga," jawab Aslan sambil kipas kipasan menggunakan buku tulis.

"Kemarin lo udah keseringan bolos loh Lan, gue yakin besok lu di panggil guru BP. Kebanyakan bolos." kata Satria menatap Aslan.

"Perhatian amat sih lo? Baper ini loh." ujar Aslan sambil tertawa kecil.

"Mana peduli dia sama masa depan Lan." sahut Sean melirik ke arah Aslan.

Aslan bangun dari duduknya karena merasa tidak terima dengan apa yang di ucapkan oleh Sean barusan. Bukannya ia tak peduli akan masa depan tapi Aslan hanya sedang tidak enak hati untuk masuk ke dalam kelas hari itu.

"Jaga mulut lo kalau ga tau apa apa!" ucap Aslan lalu ia kembali duduk.

"Slow," kata Satria pada Aslan.

"Ngel, lu laper ga? Ayo cari makan?" ajak Sean tidak memperdulikan Aslan dan juga Satria.

"Gue ga laper Ian, lu makan sendiri aja sana." jawab Angel menolak.

Merasa dirinya di tolak oleh Angel, Sean memilih pergi sendiri dari markas untuk mencari makan. Ia benar benar malas melihat Aslan pada saat itu.

Aslan yang melihat perubahan Sean hari itu membuatnya khawatir dan mengikuti Sean ke kantin.

"Lo kenapa sih?" tanya Aslan.

"Kemarin malam lu abis jalankan sama Angel." jawab Sean dingin.

"Ya tapikan gue bermaksud jomblangin kalian?" ucap Aslan membela dirinya.

"Emang harus gitu caranya ya? Hah?" kata Sean menatap mata Aslan.

Sean lalu duduk di meja kantin masih dengan perasaan emosi dan kesal terhadap Aslan. Bukan sekali dua kali cewek yang Sean suka dari dulu selalu Aslan ambil begitu saja. Sean sudah cukup bersabar selama ini.

"Lo kenapa sih Ian? Jangan gara gara cewek lo jadi ginilah." Aslan duduk di hadapan Sean sambil membawa dua minuman pesanannya dengan Sean.

"Iya sampe lupa punya temen di embat juga." gumam Sean melirik mata Aslan.

"Bukan maksud gue buat deketin Angel, Ian. Oke, mulai besok gue ga bakal ngajak ngomong ataupun jalan berdua sama dia doang." ucap Aslan memohon sembari menatap mata Sean.

"Nah gitu dong," kata Sean menatap mata Aslan lalu tersenyum kecil.

"Iya iya, ya kali punya temen sendiri gue ambil Ian." ujar Aslan.

Tiba tiba Aslan dan Sean mendengar suatu kehebohan dari arah belakang sekolah, markas. Mereka mendengar banyak suara motor yang berhenti di sana juga teriakan yang terdengar cukup emosi.

Aslan dan Sean menatap mata satu sama lain selama beberapa detik, lalu mereka langsung lari dengan cepat melihat markas. Tampak Satria dan kawan kawan kini terpojok oleh puluhan siswa luar.

"Woi siapa kalian?" teriak Sean dari belakang mereka.

Mereka semua menengok ke arah belakang dan melihat Sean serta Aslan yang bermuka garang.

Salah satu dari mereka melihat suatu foto dan menyamakan wajahnya dengan wajah Sean lalu berbisik ke arah teman temannya.

"Jadi lu yang namanya Sean? Hah?" ucap salah satu dari mereka dengan suara yang serak.

"Ada urusan apa lo sama gue? Hah?" ujar Sean dengan suara yang keras.

"Lo tanya urusan apa? Hah? Urusan apa? Berani banget lo nyolot sama kita kita. Kemarin lo yang nyerang gitu aja ke Genta! Cupu lo." ujar orang itu lalu memberi aba aba kepada temannya untuk menyerang Sean.

Sean dan Aslan yang ketakutan akan lawan yang cukup banyak mereka berlari ke arah belakang sekolah dan mengunci gerbang yang menghubungkan markas dengan sekolah. Hingga mereka benar benar lupa, Satria dan kawan kawan masih di belakang sekolah.

"Goblok ya lu Ian, Angel sama yang lain masih di belakang sekolah." ucap Aslan panik lalu ia dengan cepat berlari lagi ke arah markas dan membuka pintu itu.

Sean yang khawatir langsung memanggil para satpam untuk pergi ke belakang sekolah karena telah terjadi kerusuhan yang cukup besar.

Sedangkan itu Aslan melihat sendiri Satria yang di pukuli oleh banyak orang. Tidak cuman Satria tapi Andre yang melindungi Angel di belakangnya juga melawan banyak orang serta Bagas dan yang lain turut membantu melawan banyak orang.

Aslan langsung berlari dan meloncat lalu menendang salah satu dari mereka. Ia memukul kepala orang yang ada di depannya dengan tangan kosong. Lalu menendang orang di belakangnya yang mau menyerang begitu saja.

Aslan berlari ke arah belakang Andre dan menarik tangan Angel agar ia mengikutinya berlari. Belum sampai motor, Aslan sudah di halangin jalan oleh tiga orang. Tangan Aslan diam diam memberi kunci motor pada Angel yang sedang panik.

"Pergi!" ujar Aslan lalu ia menyerang tiga orang itu secara bersamaan.

Angel yang sangat takut langsung pergi ke arah motor Aslan. Tetapi ia masih di halangi oleh orang yang memakai helm di atas motornya.

Orang itu membuka helmnya.

"Panas ya, hahaha!" ucap orang itu lalu tertawa menang.

"Genta?" ucap Angel tak percaya.

"Iya orang yang di pukul sama pacar lo kemarin pake tongkat baseball." jawab Genta tersenyum jahat.

Angel langsung berbalik badan dan ingin berlari kabur tapi belum sempat ia kabur, tangannya berhasil di cengkram oleh Genta. Angel langsung menjerit ketakutan. Dengan kasar saat itu Genta langsung menampar Angel hingga pingsan.

Tak lama kemudian muncul banyak satpam dari arah belakang dengan Sean.

Genta yang melihatnya langsung menaiki motornya dengan posisi Angel memeluknya dari belakang karena pingsan.

Sean dari jauh yang tidak tau Angel pingsan atau tidak, berpikir bahwa laki laki yang menggunakan helm dan jaket hitam itu temannya. Jadi pada waktu itu Sean memberi arah pada satpam satpam untuk ke arah kericuhan.

***

Mereka semua kini berada di UKS untuk mengobati luka memar akibat perkelahian tadi. Luka yang mereka dapat cukup banyak, dapat menghiasi wajah mereka.

"Ahhh." teriak Bagas sambil mengobati luka pada bibirnya yang robek akibat serangan tadi.

"Angel tadi di bawa sama lo kemana Lan?" tanya Andre sambil duduk memejamkan mata.

"Kakak lo aman kok Ndre tadi gue kasih kunci motor ke dia." jelas Aslan pada Andre.

"Lah ini kan kunci motor lu Lan," sahut Satria sambil memegang kunci motor Aslan.

"Lah kok bisa di elu?" tanya Aslan terkejut.

"Tadi Sean yang ngasih kunci motor lu ke gue, katanya dia tadi kunci motor lo jatoh tadi." ucap Satria memberi penjelasan.

"Terus Angel?" ujar Andre, ia langsung bangkit dari duduknya dan menatap semua mata di ruangan.

"Firasat gue ga enak," gumam Satria.

SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang