10. Perlawanan Hati

4.4K 251 2
                                    

Sean kini berbaring di kasur rumah sakit, luka yang di alaminya cukup parah walau hanya sekedar memar tapi sangat banyak. Sean juga di suruh untuk rawat inap malam ini karena keadaan punggungnya juga sangat banyak memar.

Geng Aslan juga sudah balik ke rumah masing masing sedangkan Aslan masih di ruangan Sean menemani Sean di rumah sakit.

"Ian, ortu lu kapan balik?" tanya Aslan sambil main hp.

"Ga tau," jawab Sean.

"Lu ga lagi pengen apa apakan?" ucap Aslan melihat Sean yang meringis meringis kesakitan.

"Gue pengen banget di jenguk sama cewek yang gue suka tapi bakal jadi mustahil, orang pdkt aja gue belum pernah sama dia." ucap Sean lalu tertawa kecil.

"Maksud lu Karin?" sindir Aslan.

"Menurut lu?" kata Sean menatap Aslan dengan muka memelas.

"Ini masih jam tujuh, gue coba chat dia dulu. Sapa tau dia mau izin ke orang tuanya sebentar." jawab Aslan dengan malas.

"Tapi kalau dia ke sini malah khawatirin elu bukan gue." gumam Sean.

"Ngomong apa sih lu? Gue deketin Karin awalnya juga karena lu yang nyuruh." ucap Aslan marah.

"Lu teralu dalam Lan, kakaknya Andre mau lu kemanain hah?" ujar Sean menatap Aslan.

"Maksud lu Angel?" kata Aslan.

"Sapa lagi?" ujar Sean.

"Kan itu punya lu." ucap Aslan dengan santainya.

"Dulu sebelum ada Karin, lu bilang Angel punya lu dan sekarang Karin cewek yang gue suka mau lu ambil juga?" kata Sean menatap tajam.

"Gue ga bilang kalau Karin itu punya gue, come on. Karin bisa milih antara kita?" ujar Aslan.

"Kalau gue ga lagi sakit, sekarang lu udah gue tonjok." ucap Sean tertawa kecil pada Aslan.

"Dan gue bakal balik tonjok, right?" kata Aslan menatap Sean.

"Lu tuh bangsat ya Lan, dulu waktu masih ada bang Sat kita selalu ribut dan gue selalu di bela sama dia." ucap Sean menutup matanya.

"Jelaslah bego, gue itu harusnya sekarang udah kelas tiga dan lu tuh harusnya masih jadi adik kelas gue." kata Aslan sambil tertawa.

"Lu harus naik Lan tahun ini, kalau ga lu bisa di keluarin dari sekolah." ujar Sean masih menutup mata.

"Iya, gue tau." jawab Aslan sambil bermain hp.

"Btw Karin ga usah lu undang ke sini, sekarang udah malam. Ga usah di paksa Lan." ucap Sean.

"Dia juga ga read chat gue." ujar Aslan sambil melihat hpnya.

"Waktu cepet banget ya, tadi siang kita cabut dari sekolah jam dua belas terus kumpul sampe jam satu abis itu kita cari cari geng Genta sejam terus berantem deh." ucap Sean mengingat ngingat kejadian tadi sore.

"Yang pasti kita sampe sini sekitar jam lima sore." kata Aslan masih memainkan hpnya.

"Iya dan kerasa udah jam tujuh." ucap Sean melihat Aslan yang sedang tersenyum menatap hpnya.

Sean memutuskan untuk tidur saat itu karena semua badannya sakit dan matanya juga mengantuk butuh istirahat. Ia harus kembali sehat dan kembali melawan geng Genta.

Aslan sendiri memutuskan untuk keluar dari kamar rawat Sean karena melihat Sean tengah tertidur, ia tak ingin mengganggunya.

Aslan yang bosan akhirnya menelpon Karin, ia tadi sempat chat sebentar juga dengan Karin bukan untuk mengajaknya ke sini melihat Sean tapi ia chat hanya untuk dirinya sendiri. Kalau benar Sean memaksa Karin untuk datang, Aslan juga akan bilang bahwa orang tua Karin tak mengizinkannya.

SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang