Karin melihat sekeliling sekolah, baru saja beberapa hari ia tidak masuk karena virus demam yang melanda tapi rasanya sekolahnya menjadi sedikit lebih berubah. Lebih tenang.
Karin berjalan ke kelas dan baru saja ia menginjak lantai di kelasnya, mata Andre melirik Karin tajam. Karin pikir Andre juga akan bertingkah lebay seperti Sean sebelumnya, nyatanya tidak.
"Muka kamu napa ketekuk gitu Ndre?" tanya Karin kikuk.
"Kamu tau ga sih baru aja 3 hari kamu ga berangkat, kelas ini terancam jadi sarang markas geng Aslan." jelas Andre kesal.
"Kok bisa? Bukannya mereka jenguk aku ya waktu itu?" Karin tertawa kecil mendengar cerita Andre.
"Ya sehari setelah itu Sean sama Aslan datang bolak balok ke sini, mastiin kamu udah berangkat atau belum. Eh bukannya abis mastiin langsung pergi malah ngajak satu geng masuk ke dalam kelas." ujar Andre kesal.
"Yaudahlah mungkin mereka khawatir sama aku," ucap Karin lalu tertawa kecil.
"Iya tapi aku yang di tanyain sama wali kelas, pagi pagi kelas kita udah bau rokok tau ga?"
"Hah? Masa sih?"
"Parahnya lagi tuh Aslan buang putung rokoknya ke meja guru,"
Tawa Karin pecah, ternyata ia salah mengira kalau sekolahnya lebih tenang dari sebelumnya. Sifat Aslan and the Geng tetap sama. Merusak lingkungan sekolah dan membuat rusuh satu sekolah.
"Berarti Aslan masih perhatian ke aku ya Ndre?" suara Karin benar benar pelan menahan malu.
"Btw yang mimpin Aslan and the Geng kemarin itu Sean. Mereka juga yang buat rusuh di sini," ucap Andre menggoda Karin.
"Hah?"
"Enggak, bercanda kok. Iya, Aslan masih perhatian sama kamu." Andre memutar ke dua bola matanya malas.
***
Karin duduk di kantin mba Dewi dengan Nina, ia menikmati suasana kantin sekolahnya lagi setelah menderita demam.
"Kenapa? Kangen suasana kantin yang seru ini?" Nina terkekeh melihat Karin senang bisa menikmati istirahat di kantin mba Dewi.
"Kangenlah, apa lagi sama orang yang suka main gitar di pojokan itu." Karin menyengir menatap Nina.
Nina sendiri menangkap maksud Karin, orang itu adalah Aslan. Sayang sekali hari ini Aslan dan kawan kawannya tidak kumpul di kantin mba Dewi. Mereka sedang di hukum bersama karena memecahkan kaca perpustakaan saat bermain bola.
"Kamu ga kangen sama orang itu?" Nina menunjuk Sean dari jauh dengan dagunya.
Sean berjalan menuju kantin dengan baju yang keluar serta dasi yang kendor. Mata Sean tanpa sengaja menangkap kehadiran Karin di kantin mba Dewi. Tanpa pikir panjang Sean langsung duduk tepat di depan Karin.
"Pagi," sapa Sean.
"Pagi Ian," jawab Karin.
"Gue pesen makan dulu," sahut Nina lalu pergi dari kantin bukannya memesan makanan.
"Aku kemarin ke laut," ucap Sean.
"Ngapain?" tanya Karin heran.
"Minum airnyalah," jawab Sean dengan bangga.
"Kamu ngapain minum air laut Sean?" Karin terkekeh dengan cerita Sean yang tak masuk akal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean
Teen FictionPada awalnya semua orang akan suka dengan pilihannya, tapi ga semua orang bakal setia sama pilihannya. Tertanda, Sean. *** Karin anak baru dari Bandung harus merasakan berurusan dengan geng paling nakal di sekolahnya. Mereka semua biasa disebut Geng...