34. Scenario

2.1K 96 1
                                    

"Bagus kamu ya Lan. Bagusss," ucap Karin sambil mengobati luka di muka Aslan.

Aslan sekarang berada di UKS tepat di sebelah kasur Jeffry yang terluka. Karin mengobati lukanya sedikit demi sedikit, Aslan hanya diam tak ada komentar sedikitpun.

"Mampos dah, mending gue di ruang OSIS aja kalau gini." Bagas keluar dari UKS setelah melihat ke dua temannya babak belur hari ini.

Aslan sedikit tersenyum dengan apa yang di ucapkan Bagas barusan, ia sedikit merasa terhibur dengan tingkah laku Bagas. Ketika Bagas keluar dari UKS, Aslan langsung menatap mata Karin dengan dalam.

"Jangan pernah tinggalin aku Rin," Aslan memegang tangan Karin yang sedang mengobati luka di bibirnya.

"Kamu ngomong apa sih?" Karin heran ketika mendengar Aslan berbicara seperti itu.

"Kalau suatu hari aku bilang ga sayang kamu, aku tolong minta sama kamu untuk anggap itu bohong karena aku akan terus sayang sama kamu." tegas Aslan.

"Aku harap hari itu ga pernah datang," ucap Karin, ia juga menatap dalam mata Aslan.

***

Sean membuka pelan pintu UKS tapi ketika ia mendengar suara Karin sedang berbicara dengan Aslan, Sean hanya dapat terpatung. Sean lagi lagi harus menerima kenyataan kalau dirinya gagal. Sean yang tadinya ingin masuk ke ruang UKS langsung menutup pintu dan kembali ke markas belakang sekolah.

Anak buah Sean sekarang sudah terus bertambah, ia terus mencari siswa yang bermasalah dan menjadikannya sebagai kawan untuk bergabung dalam pasukan kecilnya.

"Hari ini kita bakal ngelakuin lagi tradisi para senior kita! SMA kita terkenal tidak pernah di serang dan akan terus menyerang! Darah kita adalah darah pemberontak!" teriak Sean memberi semangat pada anak buahnya dan di balas teriakan semangat mereka.

"Siapkan motor kalian dan senjata kalian, kita serang SMA Bimasakti! SMA yang menjadi lawan kita dari dulu," ucap Sean tajam.

Sean langsung mengambil jaketnya dan menyalakan motornya, serentak teman temannya juga menyalakan motor dan berangkat ramai ramai menyerang SMA Bimasakti. Sean selalu mengingat Satria dalam hatinya dan hari ini adalah hari yang Sean tunggu. Semua harus terbalas dan habis hari ini.

Ketika mereka semua sudah berada di belakang sekolah SMA Bimasakti. Mereka langsung melemparkan batu dalam jumlah yang cukup banyak ke dalam beberapa kelas. Batu itu di lapisi oleh kertas yang berisi penantangan pada sekolah Bimasakti.

Sean melihat seorang anak laki laki siswa dari SMA Bimasakti. Ia langsung turun dan menghajar siswa tersebut hingga babakbelur dan mengancam siswa itu agar tidak melaporkan kejadian ini pada guru dan ia di suruh melapor untuk melakukan persiapan perang antar sekolah.

"Lo bilang ke temen lo, anak kelas 12! Suruh dia ngelawan kami! Gue Sean, mereka pasti kenal gue. Bilang ke temen temen lo, ini gue adik bang Satria yang mereka ingin!" ucap Sean tajam, siswa itu sedikit terlihat takut karena pasukan yang Sean bawa cukup banyak siang itu.

Setelah Sean rasa cukup ia langsung melepaskan siswa itu agar segera masuk ke dalam sekolahnya dan Sean dengan kawan kawannya langsung pergi meninggalkan SMA Bimasakti.

Mereka kembali ke markas belakang sekolah dengan penuh kemenangan, mereka baru saja berhasil untuk mengajak perang SMA Bimasakti. Sedangkan Sean, ia sedikit merenung dan terus meyakinkan dirinya agar ia bisa bertemu dengan orang orang itu lagi. Orang orang yang membuat Satria masuk penjara.

"Kenapa lo?" ucap Andre yang baru saja datang ke belakang sekolah.

"Gue udah berhasil Ndre, ayo kita lakuin ini dengan baik." ujar Sean tajam.

"Gue harap lo ga nyesel dengan apa hasil yang kita dapat nanti." Andre duduk menyalakan rokoknya.

"Gue bakal nyelesaiin masalah kita semua dulu, gue orang yang udah ngebuat mereka datang ke sini dulu. Gue juga harus ngebuat mereka datang ke sini lagi tapi dengan hasil yang berbeda. Kemenangan harus ada di tangan kita." tegas Sean, matanya penuh keyakinan.

"Ngakak gue liat lu tolo, tuh mata lo aja masih biru." ucap Andre.

"Luka baru ini su," Sean melirik Andre tajam.

"Aslan lagi? Ketebak," Andre tertawa kecil melihat ekspresi kesal Sean.

"Ga usah sebut nama dia, ini misi lu sekarang Ndre. Bawa Aslan ke sini buat bantu kita semua. Gue udah lakuin bagian gue." ucap Sean tajam.

Flashback

Sean melirik matanya ke arah Angel yang terlihat senang karena malam ini ia datang menjemputnya dan akan pergi ke clubbing bersama.

"Ian, kamu masih inget Satria kan?" ucap Angel dengan senyumnya.

"Gue ga bakal lupa pengorbanan dia kali," jawab Sean dingin.

"Aku pikir kamu harus bales dendam ke SMA Bimasakti itu. Rebut semua anak buah Aslan, berpura puralah membenci dirinya karena kalau ia tau kamu mau memulai perang dengan SMA Bimasakti lagi pasti dia bakal nolak kamu. Jadi cobalah untuk membencinya karena Karin. Itu lebih terlihat natural." ujar Angel lalu tersenyum lebar melihat ekspresi Sean yang serius mengemudi.

"SMA Bimasakti?" Sean mencoba mengingat siswa yang menyerangnya tahun lalu, dan ia akhirnya bisa mengingat samar samar.

"Adik aku, Andre. Dia bakal ada di pihak kamu pada awalnya dan berakting di depan anak buah barumu. Andre bakal aku suruh dia untuk meminta bantuan Aslan ketika kamu udah berhasil memancing perang dengan SMA Bimasakti. Dan kalau kamu khawatir Aslan ga bakal bisa maafin kamu. Itu bagian akhir milikku." jelas Angel, matanya melirik Sean yang sepertinya mendengar ucapannya dengan seksama.

Sean meminggirkan mobilnya dan menatap mata Angel dengan serius. Ia juga tidak bisa membiarkan pelaku yang membuat Satria masuk penjara bebas di luar sana. Pengorbanan Satria untuk dirinya begitu besar. Mungkin ini satu satunya cara yang bisa di lakukan Sean untuk membalas semua pengorbanan Satria.

"Bagaimana kalau Genta muncul lagi?" Sean sedikit ragu ketika ia mengingat lagi bahwa Genta adalah alumni SMA Bimasakti.

"Aku udah menerima kabar darinya secara rahasia, dia udah ga di Jakarta lagi. Kesempatan yang menarik bukan?" Angel tersenyum tertarik melihat tatapan angkuh Sean yang tak pernah berubah.

"Thanks," ucap Sean dingin.

"Ga perlu makasih, ini juga cara aku membalas kebaikan Satria sama aku dan Andre dulu." ujar Angel.

"Kapan aku bisa memulainya?" Sean menatap mata Angel serius.

"Mulailah secara perlahan dengan perubahan sifat mendasar, aku rasa kamu pandai dalam hal ini bukan?" ucap Angel lalu tertawa kecil.

Sean mengangguk mengerti dengan apa yang di arahkan Angel. Tanpa pikir panjang Sean langsung memutar balikkan mobilnya untuk kembali ke rumah Angel. Sean akan memberitau Andre sekarang, ia juga berharap memainkan drama perkelahian dengan Andre untuk mengalihkan semua perhatian orang.

"Tunggu gue Sat, gue bakal ngehajar orang itu buat lo." gumam Sean, tatapan matanya benar benar tajam bahkan rahang giginya mengeras.

Flashback end.

SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang