23. Selera Humor

2.5K 123 2
                                    

Karin keluar dari kamar mandi dengan kaget ketika melihat Andre dan Sean menunggu di depan pintu kamar mandi perempuan.

"Kok kalian ngikutin aku?" Karin menatap ke dua temannya tidak percaya.

"Aku khawatir Sean ngapa ngapain kamu Rin," Andre kini menatap Sean dengan senyum jahat.

"Kamu?" Karin menunggu alasan yang akan di buat Sean.

Sean menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal, keningnya ia kerutkan. Sean sendiri tidak tau kenapa ia mengikuti Karin.

"Aku..." ucapan Sean terpotong.

"Dia kayaknya mau berbuat mesum sama kamu Rin," potong Andre.

"Apa apaan lo ngomong gitu?" Sean merasa tidak terima dengan apa yang di ucapkan Andre, ia mendorong Andre hingga tersungkur jatuh.

"Kok lo dorong gue?!" Andre membusungkan dadanya begitu juga Sean, mereka berdua seperti beradu dada.

"Jaga mulut lo kalau ga mau bonyok," ucap Sean lalu menarik tangan Karin pergi dari hadapan Andre.

"Loh Ian, mau kemana?" Karin terkejut akan tarikan Sean.

Andre yang merasa tidak terima langsung menarik pundak Sean agar ia berbalik, dan langsung Andre hajar muka Sean dengan keras hingga Sean jatuh tersungkur di lantai.

Karin yang berada di situ terkejut setengah mati dengan apa yang terjadi. Karin bahkan tidak bisa menutup mulutnya, ia terpanga.

"Andre kamu ngapain..." belum selesai Karin bicara, Sean bangun dan menghajar habis Andre.

Andre langsung mundur beberapa langkah akibat jotosan di bibir yang ia terima dari Sean. Sean tidak berhenti di situ, ia menarik kerah baju Andre lalu menariknya berkali kali dengan begitu lutut Sean menghajar perut Andre berkali kali.

Andre mundur beberapa langkah memegangi perutnya yang terasa sakit akibat pukulan dari Sean. Ia bahkan duduk terjatuh di lantai sambil melihat Sean tak percaya.

"Mulutmu harimaumu," ejek Sean.

Andre bangun dari duduknya untuk bersiap menghajar balik Sean tapi tiba tiba Karin menghalanginya kali ini hingga perkelahian itu terhenti.

Guru BP yang baru saja keluar dari kamar mandi pria langsung kaget melihat pemandangan yang terjadi di depannya. Dua murid laki lakinya yang sudah bonyok dan satu perempuan yang menengahinya.

"Sean, Andre dan kamu Karin. Ikut saya ke ruangan!" guru BP itu menggaruk kepala belakangnya dengan tak percaya.

Sean, Andre serta Karin berjalan di koridor mengikuti guru BP yang berjalan di depannya. Itu sedikit mencuri perhatian semua siswa dan siswi yang melihatnya.

"Gila sok kecantikan banget sih tuh anak baru, masih baru udah belagak paling cantik aja." bisikan salah satu siswi yang sempat terdengar jelas.

Sean yang berjalan di samping Karin langsung menatap mata siswi yang menggosipkan mereka tadi.

"Ga usah di dengerin, mereka cuman iri sama kamu." bisik Sean mencoba menghibur Karin.

Sean, Andre serta Karin langsung masuk ke dalam ruang BP, mereka bertiga hanya bisa berdiam diaman.

"Coba jelaskan pada bapak!" teriak guru BP itu.

"Dia ngehajar saya duluan pak!" jawab Andre emosi.

Sean berdiri tak terima dengan apa yang di adukan oleh Andre, "Maksud lo apa ngomong gitu? Jelas jelas lo kalo ngomong ga bisa di jaga!"

Andre ikut berdiri dan menatap mata Sean sambil senyum mengejek, "Kenapa? Ga terima hah?"

"Sudah jangan bertengkar, kalian harusnya malu dengan sikap kalian yang begini! Kalian itu sudah remaja! Harusnya kalian mengerti tata krama!" teriak guru BP itu memberi nasihat.

"Saya ga salah pak! Kalau dia mulutnya bisa di jaga, ga mungkin saya ngehajar dia pak!" ucap Sean membela diri.

"Sudah! Duduk kalian!" bentak guru BP.

Sean dan Andre langsung diam dan kembali duduk, mata mereka hanya bisa melihat lantai. Tanpa berani menatap balik guru BP.

"Karin coba kamu jelaskan apa yang terjadi," ucap guru BP.

"Saya tadi ke toilet pak, abis itu..." belum selesai Karin bicara tiba tiba Sean langsung memotong.

"Kami udah bertengkar sebelum ada Karin pak," ujar Sean dingin.

"Benar begitu Karin?" guru BP itu menatap Karin untuk memastikan.

Belum sempat Karin menjawab, Andre langsung menyahut. "Kami emang udah berantem pak sebelum ada Karin. Jadi Karin jelas ga tau apa masalah kami," katanya.

"Baiklah kalau begitu, dek Karin bisa keluar dari ruangan. Terima kasih," ucap guru BP tersenyum.

Karin terpanga dengan apa yang di ucapkan guru BP di hadapannya ini, ia tak percaya guru di hadapannya ini bisa percaya begitu saja setelah mendengar ucapan Sean dan Andre.
Karinpun akhirnya langsung keluar dan balik ke kelas, tetapi suasana ruang BP masih panas.

"Jadi siapa yang mau menjelaskan semua ini?" tanya guru itu.

"Dia!" ucap Andre dan Sean secara bersamaan.

Guru BP hanya bisa menggelengkan kepalanya karena penat akan dua makhluk di depannya.

***

Aslan berjalan santai di koridor pada jam istirahat ke dua, ia sedikit tertawa kecil ketika melihat Sean bersama Andre di hukum di tengah lapangan. Aslan tidak terlalu memperdulikan mereka, ia langsung masuk ke kelas Karin dan melihat Karin sedang mendengarkan musik sambil membaca novel.

"Keknya aku ngeliat temen kamu pada ke kantin," ucap Aslan, ia duduk di hadapan Karin.

Karin melepas earphone yang ia pasang, dan dengan wajah polosnya ia berkata, "Apa?"

"Aku ngeliat teman kamu pada di kantin, kok kamu ga gabung?" ucap Aslan mengulangi perkataannya.

"Aku lagi males ke kantin, aku lagi baca ini nanggung banget." jawab Karin santai, ia menunjukkan novelnya pada Aslan.

"Udah makan?" tanya Aslan.

"Aku nitip makanan ke mereka tapi keknya mereka lupa," jawab Karin santai.

Aslan yang mendengar itu langsung berlari ke kantin dan kembali ke kelas Karin membawa dua buah pop mie.

"Kamu ini ngapain sih Alan?" ucap Karin tersenyum melihat Aslan.

"Hah? Alan? Panggilan sayang nih ceritanya? Cieee," ujar Aslan, pipi Karin sedikit memerah.

"Apaan sih," jawab Karin jutek.

"Nih pop mie, aku tau kamu laper. Mereka paling lupa sama kamu," Aslan menyerahkan satu mienya pada Karin dan langsung menyantap mie miliknya.

"Wah makasih Lan," Karin tersenyum.

"Yaudah makan keburu dingin," Aslan sendiri sudah memakan sebagian mie miliknya dengan cepat.

Tak terasa mie yang mereka makan sudah habis, dan Aslan yang merasa belum membeli minuman tadinya mau berlari ke kantin tapi tiba tiba Karin menghentikannya.

"Kamu mau minum? Nih aku bawa botol minum," ucap Karin tapi sebelum memberikan botolnya pada Aslan, ia meminum terlebih dahulu lalu langsung memberikan pada Aslan.

Aslan dengan senang langsung menerima botol itu dan meminumnya lalu tersenyum pada Karin.

"Airnya kok jadi manis ya?" ucap Aslan menatap Karin.

"Hah? Masa sih?" Karin tak percaya.

"Minumnya sambil liat kamu," ujar Aslan lalu tertawa kecil.

SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang