32. Hero

2.2K 104 1
                                    

Sean duduk sendiri di atas motor sambil merenung apa yang telah ia perbuat hari ini. Rasa sesal yang terus tercampur membuatnya bercampur aduk tak karuan. Luka dan lecet di tubuh Sean sudah seperti hal yang biasa sekarang.

"Gue ga bakal lakuin ini semua kalau Aslan ga mulai ini semua," gumam Sean mempercayai dirinya sendiri.

***

Aslan mengentikan motornya, ia memutuskan untuk menginap di rumah Jeffry karena orang tuanya sedang dalam perjalanan bisnis selama seminggu jadi Jeffry menyuruh dirinya dengan Bagas untuk membantu menghuni rumahnya yang cukup besar.

"Nganterin Karin mulu lo tiap hari," ejek Jeffry ketika Aslan membuka pintu kamarnya. Bagas sendiri sudah asik memegang handphonenya dan tiduran di sofa.

"Ojek offline ya Aslan," ucap Bagas lalu ia dan Jeffry tertawa.

"Sialan lo pada," jawab Aslan ketika mendengar ejekan teman temannya.

"Sean ga lo telpon suruh ke sini juga?" tanya Bagas pada Jeffry.

"Lo mau rumah gue jadi kandang berantem?" Jeffry menatap Bagas.

Bagas tak menjawab hanya tertawa kecil, ia melupakan bahwa hubungan antara mereka dan Sean selalu saja merenggang jika sudah menyangkut perempuan. Aslan selalu saja bisa mendapatkan perempuan yang Sean suka dengan mudah seperti membalik telapak tangannya.

"Telpon aja kalau lo ngerasa kesepian gada kakak lo," sindir Aslan pada Bagas.

"Tapi sumpah Lan, gue ga nyangka loh si Sean serakah tahta juga." sahut Jeffry mengingat kejadian hari ini di sekolahnya.

"Tahta dan perempuan adalah dua hal yang sangat berharga di dunia ini bro," jawab Aslan santai, ia memilih duduk di karpet empuknya Jeffry dan punggungnya ia selenderkan pada kasur Jeffry.

"Dan lo dengan mudahnya bisa dapat itu semua," ucap Bagas, ia tersenyum menatap Aslan.

"Satria yang minta sama gue Gas, gue mau ga mau harus gantiin dia. Gue udah punya komitmen buat bikin geng kita itu terus hidup dan semakin baik ke depannya. Bukan yang berisi pembullyan dan pemalakan kayak jaman bang Sat." jelas Aslan, ia selalu memejamkan matanya ketika ia merasa pusing dan sekarang mungkin Aslan pusing.

"Btw kayaknya gue liat Andre di UKS tadi, kayaknya doi mihak Sean." ujar Bagas sambil memainkan hpnya.

"Andre bukan ancaman besar buat kita kita, dulu waktu doi ngeberontak aja langsung ke atasi." jawab Jeffry santai.

"Astaga, gue baru kepikiran Angel. Gue takut Angel di bisikin sama Sean yang macam macam," Aslan berdiri tegak ketika mengingat Angel, ia langsung mengambil jaket dan pergi menemui Angel.

Sedangkan Bagas dan Jeffry saling bertatap mata dan saling bertanya tanya bagaimana bisa Aslan masih saja memperdulikan Angel.

***

Sean mengumpulkan semua anak buahnya di telaga sore hari ini, tidak ada tujuan yang ia ingin capai. Sean hanya merasa kesepian jika berada di rumah. Bahkan Sean sendiri membeli beberapa minuman dan snack untuk mereka makan.

"Ian, gue ga nyangka kalau lo bakal ngambil posisi Aslan." ucap salah satu di antara mereka.

"Posisi ini harusnya jadi milik gue dari dulu," jawab Sean dengan angkuh.

SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang