Sean keluar dari perpustakaan setelah hampir berkelahi lagi dengan Andre jika saja Karin tidak menghalanginya. Sean sekarang sudah ga tau mau kemana setelah pergi dari perpustakaan. Jam pelajaran pertama saja belum selesai, Sean benar benar tidak punya tempat lagi sekarang selain kantin mba Dewi.
Andre dan Karin tetap memilih berada di perpustakaan karena tidak mungkin mereka berkeliaran selagi mereka di hukum. Karin juga benar benar masih ingin mendapat reputasi yang baik tentang dirinya.
"Kok Sean tadi tidur di sini?" tanya Karin pada Andre yang sedang membaca buku. Andre sudah kehilangan moodnya untuk kembali tidur.
"Ga tau," jawab Andre dingin.
"Emang biasanya dia tidur di mana?" Karin menatap mata Andre mengharapkan jawaban yang dapat menutupi rasa ingin taunya.
"Di markas belakang sekolah kecuali kalau dia lagi ada masalah sama Aslan. Dia ga akan datang menemui Aslan di markas." Andre menutup bukunya setelah menjelaskan semua itu pada Karin. Ia menaruh bukunya di atas meja dan menatap Karin.
"Maksud kamu berarti sekarang Sean lagi berantem sama Aslan?" Karin terkejut akan itu.
"Kamu ga perlu khawatirin mereka, mereka jarang banget berkelahi fisik. Paling diem dieman kayak anak cewek, lebay." ucap Andre, alis matanya naik sebelah.
"Kenapa mereka ga pernah main fisik? Jelas jelas Sean kalau ke kamu langsung bringas," tanya Karin heran.
Andre sendiri menggelengkan kepalanya sebagai jawaban untuk Karin. Tiba tiba Karin teringat oleh apa yang Aslan ceritakan di kantin waktu sarapan pagi.
"Kapan terakhir kali Aslan berantem sama Sean?" tanya Karin, matanya benar benar memancarkan rasa ingin tau yang membuat Andre terus berbicara.
"Terakhir kali aku liat mereka kelahi serius waktu Sean kecewa sama Aslan gara gara Aslan dekat sama kakakku," jelas Andre lalu ia mulai merasa kantuk melandanya lagi. Andre langsung membaringkan kepalanya di meja perpus dan memejamkan matanya sekali lagi.
"Hah?!" Karin bangkit dari duduknya dan pergi dari perpustakaan begitu saja meninggalkan Andre.
Andre juga terkejut akan respone dari Karin, ia tidak menyangka dengan Karin yang begitu perhatian dengan Sean. Mungkin lebih tepatnya Karin perhatian pada Aslan.
"Sialan Aslan," gumam Andre dingin.
Karin berjalan terburu buru diam diam menuju markas belakang sekolah dan benar saja banyak siswa laki laki yang sedang merokok di sana termasuk Aslan. Laki laki itu sedang menghisap nikotin itu dengan syahdu. Banyak siswa di sana yang terkejut akan kehadiran Karin. Aslan yang tau bahwa Karin mendatanginya langsung buru buru membuang rokoknya.
"Sean berantem sama kamukan?" tanya Karin tajam.
"Enggak," jawab Aslan lalu tertawa kecil.
"Jawab jujur Aslan, Sean berantem sama kamukan?" tanya Karin lagi.
"Enggak," jawab Aslan lagi tapi kini ia menjawabnya dengan serius.
"Kamu berantemkan sama Sean?" bentak Karin kali ini.
"Enggak!" teriak Aslan kesal.
Semua siswa laki laki di sana langsung pergi meninggalkan markas melihat Aslan yang sedang berbicara dengan Karin sangat serius.
"Kenapa kamu tanya gitu?" tanya Aslan tajam.
"Karena aku tau!" teriak Karin kali ini lalu ia membalikkan badannya.
Karin baru akan melangkahkan satu kakinya untuk pergi tiba tiba ia di tarik oleh Aslan dan di peluk dari belakang begitu saja.
"Iya, aku berantem sama Sean karena aku ingin kamu." bisik Aslan tepat di telinga Karin. Suara Aslan kali ini benar benar sangat pelan dan tulus.
Karin meneteskan air matanya, ia tak menyangka akan jadi seperti ini jadinya. Sudah cukup bagi Karin, merasa tertekan oleh gosip anak anak di sekolahnya tentang Sean dan Andre tapi kini Aslan malah berkelahi dengan Sean diam diam.
"Kenapa kamu ga kalahin Sean?" ucap Karin dingin.
"Karena aku tau, dia juga sayang sama kamu. Aku ga bakal bisa ngelawan orang yang baik sama kamu Rin. Karena Sean punya caranya sendiri buat nunjukin rasa sayangnya ke kamu." jelas Aslan, ia mengeratkan pelukannya pada Karin seolah olah tidak ingin kehilangan.
"Terus kamu mau aku apa?" bisik Karin.
"Tetap jadi diri kamu apa adanya dan berpikirlah terus akan hari esok karena kita ga akan tau apa yang akan terjadi di hari esok," bisik Aslan dengan tulus.
Karin melepaskan pelukan Aslan dan memutar badannya untuk memeluk Aslan dengan erat.
"Aku suka sama kamu Lan," bisik Karin, suaranya benar benar sangat pelan.
"Aku ga akan biarin kamu yang ucapin itu dulu ke aku. Biar aku membunuh waktuku dulu sehingga aku bisa meyakinkan diriku untuk bisa berada di sisimu," jawab Aslan, ia mengeratkan pelukannya begitupula Karin.
***
"Kok lu semua pada ke sini?" tanya Sean heran karena siswa laki laki nakal yang biasanya ia temui di belakang sekolah kini berada di kantin mba Dewi.
"Ya kali kita ke sana, jelas jelas Aslan lagi pacaran tuh sama si anak baru sialan." umpat salah satu siswa dari mereka.
Sean melihat betnamanya, siswa yang mengumpat itu bernama Faisal. Sean sepertinya sedikit mengingat Faisal. Dia anak kelas 12 yang paling sok jagoan di geng Aslan.
"Lo Faisalkan?" ucap Sean dingin.
Faisal yang merasa namanya di panggil langsung menoleh ke arah Sean yang sedang duduk.
Sean berdiri dari duduknya dan mendekati Faisal lalu membenarkan dasi siswa itu yang berantakan.
"Kata guru BP di sini kalau masang dasi yang benar," bisik Sean tepat di telinga Faisal.
Sean mengikatkan dasi Faisal dengan sangat kencang hingga ia merasa tercekik dan langsung menjotos wajah Sean agar Sean melepaskan dasinya.
"Sialan lo Ian, mau apa lo sama gue hah?!" bentak Faisal tidak terima.
"Apa maksud lo ngomong anak baru itu sialan? Mau jadi jagoan?!" Sean maju menendang perut Faisal hingga tersungkur jatuh di lantai.
Sean langsung menjongkokkan badannya di atas badan Faisal dan menjotos muka Faisal dengan membabi buta. Tidak ada yang berani menghentikan Sean saat itu. Sean benar benar tampak sedang marah.
Semua siswa laki laki nakal itu cuman bisa menundukkan kepalanya ke arah Sean sebagai rasa tunduknya.
"Mulai sekarang, lo semua bukan lagi geng Aslan! Ikutin apa kata gue! Kita balikin kejayaan sama seperti waktu ada bang Satria," teriak Sean di depan banyak siswa laki laki itu.
Tidak ada jawaban dari mereka semua yang berarti mereka semua sudah tunduk di bawah Sean. Sean mengalihkan matanya pada Faisal yang sudah terkapar lemah.
"Dan buat lo Faisal! Sekali lagi lo berani ngehina anak baru itu di depan muka gue. Lo abis," ucap Sean lalu ia pergi di ikuti semua siswa laki laki nakal itu.
Faisal hanya bisa menahan dendam dirinya pada Sean, ia akan membalas permaluan ini kepada Sean suatu saat.
"Bangsat!" gumamnya menahan rasa sakit bekas luka tonjokan Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean
Roman pour AdolescentsPada awalnya semua orang akan suka dengan pilihannya, tapi ga semua orang bakal setia sama pilihannya. Tertanda, Sean. *** Karin anak baru dari Bandung harus merasakan berurusan dengan geng paling nakal di sekolahnya. Mereka semua biasa disebut Geng...