40; ada apa dengan Haekal

5.2K 287 16
                                    

Jujur kemarin sempat down, ngerasa buntu dan ceritanya makin  absurd sampee aku jadi insecure, rasanya mau tarik cerita lagi aja, ntah lah.

Makasih buat yang kirim pesan nyemangatin, tanpa kalian cerita ini ga lanjut hehe. Lofyouuu.

Happy reading!!!

Andai keegoisan sedikit saja merajainya, maka Tania sudah memberontak dan pergi meninggalkan Suaminya yang memilih jalan hidup susah seperti ini.

Tapi Tania tak bisa, bagaimana mungkin dia meninggalkan suami yang memilih hidup dengannya tak peduli apapun resikonya, meninggalkan hidup mewahnya, meninggalkan keluarga tercintanya, meninggalkan Mama yang melahirkannya demi bisa hidup bersama Tania.

Bisa aja Tania kabur lantas raganya berleha leha nyaman dirumah orangtuanya, namun bagaimana dengan hatinya, batinnya tak aka bisa tenang, sednag belahan hatinya kesusahan sendirian, bagaimana nantinya apa Tania sanggup menahan rindu yang menggebu menuntut temu.

Engga! Tania akan tetap disamping Haekal sampa kapapun, bahkan sampai nyawanya tercabut dari raga.
Satu Hal yang disyukuri nya Papa Haekal masih mau membiayai pendidikan anaknya untuk masa depan.

Menelan ludahnya dengan susah payah, Haekal sejak tadi tak bisa melepaskan pandangannya dari Tania yang mondar-mandir dihadapannya sambil mengeringkan rambut basahnya dengan handuk.

"Tan bisa diem gak tangannya? Bikin orang nggak kuat iman aja." Gerutu Haekal kesal.

"Kenapa? Masalah? Kalau nggak dikeringin ya kagak bakal kering-kering dong." Jawab Tania santai, Tangannya masih bergerak mengeringkan rambutnya dengan hand
uk kering, jangan lupakan gaya mengeringkan rambutnya yang ala-ala trio macan.

"Dasar nggak peka" gerutu Haekal lagi sambil memajukan bibirnya 5 cm, membuat Tania yang didepanya jadi gemas.

"Belum malam jum'at, sayang." bisik Tania lembut, dengan cekikikan diakhir.

"Lagian kamu sih? Liat yang masih pake baju tertutup aja udah panas dingin, gimana kalau disondorin cewe buligir!! Bisa khilaf dadakan!!" Kata Tania sambil berkecak pinggang, pikirannya berkelana membayangkan apa yang tadi baru saja Ia ucapkan.

"Naudzubillah" seru Tania kencang menggetok getok kepalanya lantas beralih ke  tembok disampingnya.

Haekal tertawa kecil sambil geleng kepala.

Drrt drtt drtt

Getaran di handphone Haekal membuat Haekal kembali tertarik kedunia nyata, 'baru juga mau mimpi' gerutunya sebal dirogohnya Ponsel yang terselip dikantong jaket.

"Mau apa" Gumam Haekal bingung, dibukanya isi chat yang baru aja masuk.

'Oke tunggu disitu' balas Haekal.

****

Sambil menunggu suaminya yang pergi entah kemana, sebodo amatlah Tania tak mau suudzon.

Tepat adzan ashar berkumandang Tania langsung ngacir untuk wudhu, selasai salam dilihatnya pintu kamar terbuka matanya menjelajah setiap sudut kamr dilihatnya Haekal sudah nangkring diatas kasur, matanya menatap Tania dengan intens membuat Tania menerjap kaget dan hampir berteriak maling.

"Ekal, ngagetin aja! Abis dari mana?" Tanya Tania langsung, Haekal masih diam dengan mata masih mengarah pada Tania, ada segelintir kebimbangan disana yang ditangkap retina calon ibu itu, membuat Tania hanyut dalam kebingungan.

Merasa pertanyaan nya belum terjawab, Tania langsung memutuskan kontak mata mereka dan bangkit melepaskan mukenanya lalu melipatnya asal.

Tania memiringkan kepalanya sambil bersedekap, meneliti setiap inci tubuh Haekal dan terfocus pada pipi Haekal yang samar memerah.

"Kal tau ga? Aku punya indra ke dua delapan loh" ucap Tania sinis. Haekal yang mendengar langsung kaget, indra ke duapuluh delapan? Tania? Yakin?

"Emang ada indra ke dua delapan?" Tanya Haekal tak yakin, loh setahu Haekal cuma sampai indra ke enam, Tania ada ada aja ih, Tania mengerucutkan bibirnya lantas mengangguk mantap.

"Ada aku bisa mencium aroma aroma tak sedap" ujar Tania sambil tangannya disatukan memperagakan gerakan ala mbah dukun.

"disini tepat didepan aku, dipipi kamu." Ujar Tania semakin sinis, Haekal yang tidak mngerti segera bangkit dan mendekati cermin dipintu lemari.

"Hah?" Serunya kaget, tubuhnya membeku, diikuti keringat yang mengalir didahinya.

Haekal bingung harus bilang apa, beralasan apa mending jujur aja. Jantungnya sudah bertalu begitu cemas, menunggu Tania akan meledak marah dalam hitungan detik kedepan.

"Jujur apa tidur diluar!" Seru Tania marah, hormon ibu hamil nya kambuh, Tania merasa akhir akhir ini Ia mudah meledak-ledak. Bahkan hanya masalah sepele, bisa mendadak receh
atau bahkan menangis terisak isak.

"Tidur diluar aja deh" putus Haekal, sambil melangkah keluar, menutup pintu Hati-hati, meninggalkan Tania yang ambruk, menutup wajahnya dan menangis disana.

Sakit saat tahu lelaki mu memilih menghindar daripada jujur untuk sesuatu yang sudah di ketahui.

****

Tania menyiapkan sarapan dengan goreng jagung yang dibuatnya selesap shalat shubuh.
Bagaimanapun Ini tetap kewajibannya melayani suami meski seberapa kesal pun hati.

Dibiarkannya mata sembab nya terlihat, tak akan Tania tutupi, biar aja Si Haekal tahu perbuatannya melukai.

Haekal masih memberikannya resiko padahal Dia sudah tak dijajani orangtuanya, entah uang dari mana, yang buat Tania kesal semenjak pindah kesini tiap selepas magrib Haekal akan pergi baru kembali selepas petang, tau istrinya hamil, surh siapa coba hamilin kalau masih mau bebas kelayapan Gerutu Tania.

Sebuah tangan melingkar perutnya, mengajak badan Tania bergoyang kesana kemari.

"Kal lepas." Kata Tania, Haeka malah memeluknya makin erat, Tania segera mematikan kompor dan memindahkan saringan berisi gorengab ke atas wadah kaleng.

"Aku megang sodet loh, mau kena minyak kamu?" Ketus Tania Haekal cemberut menenggalam  wajahnya dibahu Tania.

"Judes banget." Cibirnya, Tania mengendik meminta dilepaskan   tapi Haekal ngeyel.

"Maaf ya, bukan mau bikin kamu nangis, kemarin lagi gamau debat, takut nanti malah nyakitin kamu." Lirih Haekal memebalikan badan Tania kerahnya lau mengusap-usap mata terpenjam Tania lembut, menghapus lelehan bening disana dengan ibu jarinya.

"Tapi diemnya kamu nyakitin banget." Tangis Calon ibu itu kembali tumpah.

"Duh kok makin nangis." Haekal jadi panik.

"Abisnya kamu mau bohong." Lirih Tania makin terisak
Haekal mendekapnya.

"Siapa yang mau bohong coba, maaf aku gatau." Kata Haekal sembari melepaskan pelukan.

"Udah berhenti nangis, kamu jadi makin cantik." Katanya, Tania tertawa masih dengan uraian air mata, memukul lengan Haekal pelan. "Mana adaa cewe sembab jad cantik, ada ada aja ih."

Udah ep 40 aja ya tapi belum tamat juga, mau di tamatin skrng ga?

pacar halalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang