Sepulang dari rumah mamah Tania langsung menemui ayahnya.
Tania tak tahu kenapa Mama menceritakan hal itu padanya, lalu menyuruhnya pulang saat Papa berdehem dari belakang.
Ayah yang duduk didepannya hanya bergumam sambil sesekali menyeruput kopi nya, matanya sibuk melihat koran.
Ga kangen Putri semata wayangnya kali ya, dumel Tania.
"Ayah tahu kalau Haekal punya abang?" Tanya Tania langsung, ayahya menoleh sebentar lalu kembali focus pada koran.
"Sepengetahuan ayah Haekal anak semata wayang deh Tan" jawab Ayahnya santai.
Tania merasa bingung ayahnya seperti tidak tahu apa-apa atau mungkin pura-pura tidak tahu.
Tania sedang tidak ingin berburuk sangka."Yaudah, Tania pamit pulang ya yah" merasa percuma, Tanua berdiri lalu meraih tas selempangnya.
"Tan kok buru-buru amat" sahut bunda dari arah dapur sambil tergopoh menghampiri putrinya.
"Iya nih, takut Haekal nunggu lama dirumah." Kata Tania menyalami bundanya.
"Yaudah, nih bawa"
Bunda menyondorkan kresek hitam yang cukup besar."Apa ini bunda?" Tanya Tania.
"Ini sayuran sama bahan bahan dapur jadi kamu nggak perlu belanja lagi." Ujar bunda penuh kasih."Bunda nggak usah repot-repot harusnya Tania yng ngasih kebunda." Kata Tania sambil mengembalikan kresek itu ke bunda.
"Nggak apa-apa, bunda nggak mau kamu kecapean" bunda kembali menyondorkan kresek itu pada Tania, Tania langsung menahan nya.
"Bukan gitu bunda, Tania kan pulang nya ngeteng naek angkot, jadi nggak bisa bawa barang banyak" ujar Tania lembut, bunda mendengus lalu menggeleng-gelengkan kepalanya geli.
"Dasar, bilang dong kalau kamu malu bawa nya" ucap bunda, lalu seketika Tania tersenyum lebar memperlihatkan gigi kelincinya.
"Nah itu bunda tahu""Bunda gamau tau bawa."
Sesampai dirumah Tania merebahkan tubuhnya di karpet sambil mengkipas-kipasi wajahnya yang penuh dengan keringat.
"Jalanan macet parah" jawab Tania saat Haekal menanyakan kedatangannya yang terlambat.
"Lain kali, minta jemput aku, Dede bayi prioritas utama." Tuah Haekal, Tania mengangguk saja.
"Yaudah sana mandi, cuci muka." Suruh Haekal, Tania menggeleng.
"Kalau lagi keringetan jangan cuci muka, nanti kokoloteun( flek hitam)." Jawab Tania lugas.
"Kamu percaya? Kalau nggak cuci muka, muka kamu gaada bedanya sama penggorengan loh Tan." kata Haekal jahil.
"Beneran?" Tania langsung meraih kaca di tas, menyetuh segala sisi wajahnya.
"Enggak kok" kata Tania usai selesai mengaca.
Tania berdiri dan berputar-putar diatas lantai, sambil bernyanyi.
"I want to be fakgrel." Nyanyinya sambil menarik hanuk dar gantungan belakang pintu.
Haekal terperangah, menggeleng geleng kepalanya takjub, tau dari mana istri kudetnya itu.
"Kenapa sih?" bingung Tania saat berbalik dan menapati tatapan aneh suaminya.
"Kamu tau lagi itu dari mana?"
Tanya Haekal."kenapa emang?" Tania malah balik bertanya.
"Goodgrel kali tapi bagus deh anggapan aku salah ternyata selama ini" ujar Haekal mengangguk angguk seakan baru memahami sesuatu.
"Anggapan apa?" Tania kembali bertanya dengan raut curiga.
"Kamu ternyata bukan perempuan katrok, yang tiap hari ngedekem dikamar tanpa tau perkembangan jaman" gumam Haekal.
"Yah jahat kamu" seru Tania sebal, menyerang Haekal dengan cubitan sakit di pinggang cowo itu.
Tania seketika ingat sesuuatu, ia kembali duduk dikarpet disamping Haekal.
"Kal, ada yang mau aku tanyain?" Gadis itu menelengkan kepalanya menatap Haekal serius.
"Tanya apa?" Sahut Haekal.
"Terkait sikap mamah selama ini" ujar Tania lagi.
Haekal membeku memandangi wajah Tania lamat.
"Nggak ada yang kamu sembunyiin kan dari aku?" Selidik Tania, Haekal menaikan alisnya.
"Itu pertanyaan?" Haekal bertanya balik.
"Menurut kamu?" Sahut Tania jengah juga pikirnya.
"Aku pikir itu sebuah tuduhan" sahut Haekal tenang.
"Tuduhan tepat sasaran" tambah Tania agak sinis.
Haekal tersenyum tipis lalu meraih pundak Tania agar menghadapnya.
"Udah, nggak pelu cari cari sesuatu yang bisa bikin kamu banyak pikiran." ujar haekal sambil mengusap-usap kepala Tania lembut.
"Yang perlu kita lakukan adalah bersyukur atas semua kejadian didalam hidup dan bersyukur di setiap detik hembusan napas." Tambah Haekal lantas mengecup kening Tania dengan lembut.
Tania memejamkan matanya dan mengucapkan alhamdulillah terus menerus dalam hati nya.
Benar kata Haekal bersyukur mampu medatangkan perasaan damai dan bahagia, bersyukur membuat kita merasa cukup atas semua nikmat dari Allah, menjauhkan diri dari sifat rakus dan ingin mengerutu.
" bau hasem" ujar Haekal sambil menjauhkan dirinya dari Tania.
Tapi terkadang kita sulit untuk mengucap syukur.
"Rese kamu" Tania cemberut dan melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi sambil menggerutu.
Haekal menggeleng, matanya meredup menatap sendu punggung istri mungilnya.
"Aku takut kehilangan kamu."

KAMU SEDANG MEMBACA
pacar halal
RomanceHati hati selaon banyak typo, bikin leneung mual muntah, banyak juga silent reader. :) "Tan lo mau ga jadi pacar gue" "loh kita kan udah nikah Kal,masa kita harus cerai dulu" "jangan dicerai Tan,cukup lo anggap kita lagi pacaran,bedanya ini pacar hi...