33; Adam

6.3K 337 15
                                    

Tania melambaikan tangan nya pada sepupu nya Icha, Tania sudah jauh jauh datang ke cafe, tapi ia hanya disuruh untuk dengarkan icha curhat.

Bersamaan dengan itu lelaki ber jas mendatangi meja nya.

Tania menyipitkan mata merasa familiar dengan lelaki itu, Disaat lelaki itu sudah didepan nya, Tania langsung mebulatkan matanya.

"Hai, Sedang apa Tania disini?"
Tanya lelaki gagah tersebut.

"Papa!" Seru tania cukup kencang.

"Mmmh...Tadi tania.." Tania kebingungan harus menjawab apa, Sebab Haekal sudah mewanti-wanti untuk mengabaikan papa jika bertemu.

"Tadi tania abis ketemuan sama sepupu disini" jawabnya jujur, sayangnya Tania takut dosa, jadi ia memilih untuk jujur.

"Boleh papa duduk disini?" Tanya papa, Tania mengangguk
.
"Silahkan pah tania juga sebentar lagi mau pulang kok" Jawab tania canggung.

"pulang kemana?" Tanya papa, Tania memutar otaknya untuk mencari jawaban yang tepat.

"Kerumah bunda" jawa Tania, Tania tidak sepenuhnya berbohong sebab sesampai dirumah ia akan meminta ijin Haekal untuk pulang kerumah bunda.

"Kamu nggak mau mampir dulu kerumah papa? Ketemu mamah misal" tawar papa, Tania menggeleng.

"Ayolah, kamu udah lama nggak main kesana, mama kangen katanya" kata papa Haekal, seingat Tania pertemuan terakhir ia dan mama cukup buruk, mustahil mama merindukannya.

"Bukannya itu  menantumu ya Ra." Celetukan seseorang mengalihkan pandangan keduanya.

Kedua mata Tania membulat sempurna. Mama Tiara mendekat disusul kawan hedonnya.

Tania menyalami Mama setelahnya keempat rekan sosialita nya yang sayangnya malah menepis tangannya cepat.

Keempat orang itu bergabung, Papa terlihat tak nyaman berbeda dengan mama yang tetap asyik mengobrol sambil menggandeng lengan kekar suaminya.

"Pernah sekolah dimana?" Tanya ibu tu

" SD mawar asih." Jawab tania jujur.

"SD?" Mereka semua kecuali kedua orang tua Haeka terkejut.

"Smp? Sma?" Tania mengeryit, memang sepenting itu ya harus tahu dimana ia bersekolah.

"Anak saya celia sekolah dimahardika shcool, sekolah elit cuma yang berduit aja yang kesitu, Haekal juga kan ya?"
Seseorang kembali membuka obrolan, kala ketiga orang itu hanya berdiam.

Mereka satu persatu mulai membanggakan anak anak nya yang berprestasi dan bersekolah tinggi.

Tania hanya berdiam menonton, sedang dibawah meja tangannya saling meremas.

"Dia memang hanya lulusan Sd, tapi saya salut sejak kecil dia diajarkan agama." Cetus Papa Haekal menghentikan obrolan yang terus memanas, Diliriknya istrinha yang menatapnya tajam dengan wajah memerah malu.

"Nggak ada yang bisa di banggakan dari itu anak." Bisik mama geram.

Tania menggigit bibir dalamnya kuat, hanya itu hanya karna Ia tak bersekolah tinggi seperti yag lainnya, Mama jadi tak sesuka itu padanya?

****

Sesampainya dirumah papa, Tania ditinggalkan sendiri diruang tamu, katanya papa mau menemui mama dulu, mata Tania menjelajahi ruangan yang cukup luas, dan matanya terpaku pada pigura, yang menampilkan foto yang sama seperti yang Tania liat dihape Haekal.

Karena penasaran ia mendekat.
Benar itu foto abang nya Haekal.
Tania menjelajahi setiap figura yang tertempel di dinding, Matanya berhenti pada sebuah golok yang dipajang pada sebuah foto makam.

"Tania" Seseorang memanggil namanya dari belakang, Tania tersentak dan langsung memutar badannya kebelakang.
Papa berdiri di depannya dengan senyum aneh, jas nya sudah ditanggalkan, disampingnya ada mama.

Tania diajak  ke ruangan yang berada di pojok di lantai dua.
Ketika pintu kamar dibuka oleh mamah, Tania terpaku didepan pintu.

seperti kamar pada umum nya, ada kasur meja lemari, namun yang membuat tania  terpaku adalah bau pengap sepert bau ruangan yang sudah lama tidak diisi. Dinginnya ruangan membuat tania merinding.

"Ini kamar abangnya Haekal" Kata mamah, Tania mengangguk.

"Bunuh diri, 2 tahun yang lalu." Tambah mamah, Tania hanya mengangguk, Haekal sudah pernah bercerita padanya.

Mungkin jika abangnya Haekal masih ada, Ia bukan dijodohkan  dengan Haekal yang rese, tapi ia dijodohkan dengan abngnya yang tampan dan gagah.
Tania berkhayal aneh, membikinnya geli dan merinding dalam satu waktu.

"Tau kenapa?" Tanya Mama nadanya berubah sinis.

Tania hanya menggeleng.

"Karna orang biasa, sepertimu."
Tambah mama lagi kali ini terdengan geraman tertahan.

"Maksud Mama apa?" Tania menoleh tak mengerti.

Lalu mengalirlah cerita dari bibir bergincu merah itu.

****

Flashback

Tiara kembali bertengkar dengan putranya, Adam menggeram marah.

"Mama ngga bisa seenaknya, Hak adam mau memakai uang untuk apa." Marahnya, Tiara berkecak pinggang lantas berdecak.

"Buat jalang itu?" Sinis Tiara.
Adam tertawa keras.

"Dia bukan jalang, Mama yang menilainya seperti itu!!!"

Tiara berdecih, lalu memijit pelipisnya.

"Perempuan yang menghabiskan hampir keseluruhan isi atm kamu, bukan jalang begitu."

Adam mengamuk, marah melempar vas bunga kedinding hingga terdengar benturan dan pecahan yang memekakan telinga.

"Karna dia adam banyak berubah, adam jadikan dia prioritas. Hingga lupa siapa yang berdiri mendunkung sampai sesukses ini, Adam tak perna ada waktu buat seseorang yang sudah melahirkan adam ini, Adam bukan lagi anak mama yang penurut." Tangis Tiara pecah, bersamaan langkah kaki menjauh penuh hentakan amarah.

"Perempuan biasa biasa memang merepotkan."

Tiara berinisiatif akan mendekatkan Adam dengan anak kerabat nya.

Masuk komplik yuhuh
Kalau nanya kompliknya kok beda, emang aku ubah sikit sikit yak

pacar halalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang