19; tetangga aneh

8.3K 373 3
                                    

Tania menghembuskan nafasnya jengah. Haekal masih belum menjelaskan kenapa mereka pindah kesini.

Sedang Haekal dalam dirinya masih ada rasa kesal mengingat kejadian tadi , bisa-bisanya
Ibu pemilik kontrakan tidak mempercayai mereka itu suami
istri, padahal Tania sudah memperlihatkan kartu nikah yang baru saja jadi lima hari yang lalu, kendati dikartu nikah umur tania dituakan begitupun Haekal, bahkan Tania memamerkan poto pernikahan mereka dengan senyum penuh kemenangan.

"Oke, kalau gitu gue balik ya Kal" Rani bangkit dari menyandarnya ditembok lalu melangkahkan kakinya keluar dan melambaikan tangannya.

"Pokoknya jangan bilang siapa-siapa gue disini." seru Haekal saat Rani akan menutup pintu kembali.

Hening.

Haekal tak berniat untuk buka suara, hingga akhirnya Tania memilih untuk memecahkan keheningan lebih dulu.

"Kal, kenapa kita pindah kesini? emang nya apartmen kamu kenapa? bocor?" Tanya Tania langsung, seingat Ia apartemennya baik-baik saja.

Haekal menggeleng "Nanti ada saatnya aku ngasih tahu kamu."

Haekal tersenyum sendu.
"Maaf ya bikin kamu ngga nyaman, gapapaka kita sementara disini."

Bagai budak cinta, Tania hanya mengangguk.

"Asal sama kamu." Tania tak yakin Haekal mendengarnya, sebab pemuda itu telah memasuki kamar mandi.

Tania menghembuskan napasnya lagi, rasanya pikirannya makin semrawut, beberapa praduga melintas dikepala.

Kalau emang apartmen mereka bocor atau mungkin nggak ada apa-apa mana mungkin Haekal meminta Rani tutup mulut atas kepindahan mereka, semakin membuat kepala Tania ruwet aja.

Menurutnya selagi apartemen masih layak dan nyaman dihuni kenapa kita tak mensyukurinya? Mengapa malah pindah kesini, ketempat yang mau tak mau Tania akui sangat kecil.

"Kal!" Tania langsung menjegatnya kala Haekal keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit pinggangnya.

"Kenapa kita pindah kesini? Maksud aku Kamu yakin? Aku gapapa sama ukurannya, tapi Rumah ini kosong." Tania memberondongnya,
Gadis itu melirik kasur lantai yang digelar diatas karpet berbahan plastik.

"Kenapa ngga boleh? Ohh atau Lo udah biasa sama hidup mewah Gue kemarin ya? Sampai-sampai..." Haekal berkata dingin.

"Kal Stop!!!" Teriak Tania, rasa jengah menyergapnya.

"Oke oke aku turuti apa mau kamu, asal kamu tau aku buka perempuan kaya gitu." Tania menyerah, namun hatinya enggan kalah.

****
paginya Haekal sudah berangkat sekolah, Tania yang merasa bosan akhirnya memilih keluar menuju teras kontrakannya, Antar kontrakan dibatasi dengan tembok sebatas paha. meskipun begitu antar kontrakan menyatu temboknya, jadi Tania bisa mendengar aktivitas penghuni kontrakan sebelahnya. saat sudah diteras dilihatnya dua ibu hamil dan ibu pemilik kontrakan yang makin membuat Tania merinding, tampilannya kini memakai celana lejing warna kuning dan cuma pake baju berlengan pendek yang tania lebih suka menyebutnya 'kaos kutang' Rambut ibu itu di gulung-gulung memakai roll-an Tania jadi Ingat saat dia pertama dipondok dulu teman barunya pernah menawari nya memakai roll-an ceritanya pake barengan besok paginya berakhir tragedis sebab rambutnya nyangkut dan harus dipotong ala laki laki, balik lagi ke ibu yang kini tak sengaja melihat tania dengan mukanya yang memakai masker yang belum dicabut.
Tania tadinya berniat masuk kembali kedalam kontrakan tapi ia keburu dipanggil

"Neng" Tania cuma membalas
dengan tersenyum ramah. "sini ayo ngerujak" ajak si ibu yang memanggilnya lebih tepatnya ibu hamil berdaster biru. Tania cuma bisa senyum lagi. Namun Tania bersyukur tampolannya tak semenyeramkan ibh ibu tadi.
"Ayo nggak usah malu-malu, udah ngisi belum?" tanya ibu hamil satu lagi. "hah?" tania cuma bisa pasang wajah bingung.

"Ngisi apa bu?" tanya Tania balik.
"Bayilah." Ibu ibu bercelana kunong tadi mula ngegas.
Tania berdiri kikuk.

"Ituloh melendung" jawab ibu pemilik kontrakan yang seingat Tania bernama bu eros. bu eros memperagakan perut melendung dengan tangannya.
otomatis Tania menggeleng cepat. "Oh belum, sini atuh! kata bu eros kamu udah nikah ya?" tanya ibu hamil satu lagi yang bergamis, tania mengangguk.

Tania bukannya mau suudzon, tapi ia yakin kalau dirinya masuk dalam pembicaan mereka tadi.

"Sini atuh, yaudah saya jemput kesana ya" kata ibu hamil berdaster biru, jarak dengan tania hanya terhalang dua kontrakan, otomatis Tania langsung menggeleng.
Merasa ngeri dengan perut si ibu.

"Saya aja ya kesana bu" sahut Tania cepat tania ngeri sendiri liat ibu hamil dengan perut besar seperti akan meledak mau repot-repot menjemputnya.

Berakhirlah Tania duduk di teras kontrakan salah satu dari ibu hamil itu dengan duduk berdesak-desakan hingga tania susah gerak sebab dikepung ibu ubu berbadan besar.

didepan mereka ada ulekan berisi sambel juga ada beberapa buah potong dipiring.
"kenalin saya Reni panggil aja mba reni maklum saya masih muda baru dua puluh tiga tahun" Ibu bergamis merah muda, memulai pembicaran dengan mengenalkan diri.

"saya dera, panggil aja ka dera,umur saya ini masih muda loh, baru empat belas tahun"
kata ibu berdaster biru memperkenalkan diri, tania jelas tak percaya.

"Semprul sudah punya flek hitam ngaku muda." Sahut ibu pemilik kontrakan.

"Bercanda, angkanya balikin" kata bu dera sambil tertawa keras.

"Saya dulu nikah diusia dua empat sekarang udah punya anak enem sama yang ini tujuh"kata bu dera lagi sambil mengusap perutnya. Tania ngeri membayangkan bu dera dengan ke enem anaknya tinggal di kontrakan yang cuma ada kamar mandi dapur ruang tengah dan satu kamar dan tiap ruangan aja sempit.

"Sekarang anaknya di mana Bu?" tanya Tania melihat sekeliling sepi hanya ada mereka.
Tak ada anak kecil berkeliaran.

"Di panti asuhan" jawab ibu dera tanpa beban.

Tania langsung merasakan tenggorokan nya gatal, membuatnya tersedak batuk batuk.

Ibu dera menyondorka segelas air putih.

"Percaya aja si eneng, ya saya titipin sama ibu saya, mau gimana lagi kan."

Tania tak tau mana yang lebih baik, dipanti asuhan atau diasuh orang tua renta mengingat usia bu dera tak lagi muda.

Tania berdecak dalam hati jengkel. Haekal membawanya ke kampung mana si?

pacar halalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang