26; terserah

7.8K 390 3
                                    

"Haekal" panggil Tania dengan nama, Haekal pun nggak keberatan meskipun Tania memanggilnya dengan  nama,Haekal nggak mau dipanggil mas, atau abang, Ih jadi keliatan aneh, Haekal bergidik ngeri.

Orangtuanya pun ngga pernah panggil dia begitu, kecuali sepupu sepupu kecilnya yang rempong yang bisanya cuma minta dijajanin.
"Kal ikh"  Tania kembali memanggil, Haekal yang sibuk
melamun langsung tersadar, layar ponsel didepannga masih menyala, namun pikirannya malah kemana mana.

"iya apaan?" sahut Haekal, lantas mematikan  lockscreen ponselnya.

"Kamu lagi apa?" tanya Tania, Ia melangkah mendekati Haekal yang sedang duduk selonjoran dikarpet.

"Baca apaan sih?" Tania mengintip buku yang sedang dibaca Haekal, sedang ponsel cowo itu telah di letakan disamping tubuhnya.

Ia menyipitlan matanya, lalu menghembuskan napas terlihat frustasi.

"Nggak ngerti "Kata Tania kesal, mendengar ucapan Tania Haekal sukses tertawa terpingkal-pingkal.

"Kamu mah nggak perlu ngerti, cukup ngertiin aja" goda Haekal, tania cemberut.

"Tan ngerasa nggak sih?" Tanya Haekal, Tania ikut selonjoran dikarpet disamping Haekal.

"Ngerasa apa? ban motor bocor" tanya Tania asal, mengingat kemarin dia masih merasa kesal, Haekal mendengkus.

"Ish bukan itu" Haekal menoleh kearah Tania, menatap Tania yang juga sedang menatapnya.
Tania mengembungkan pipinya, Haekal gemas sendiri, dengan jahil ditariknya hidung kecil Tania hingga Gadis muda itu mengaduh lantas menghindar.

"Kita berbeda, Tapi kita bisa bersama" Kata Haekal pelan, Ia tersenyum kecil mengingat awal mula pernikahan mereka, Ia awalnya pesimis membayangkan pernikahannya pasti hambar, dan pasti nggak akan lama.

Jujur Ia malu mengakui bahwa Ia juga menyodorkan diri pada perjodohan itu saat melihat potret gadis mungil itu.

Tapi Ia bersyukur sampai sekarang Allah masih mempersatukan mereka, Tania menatap jauh kedepan pikirannya melayang buana.
 
"Kamu waktu kecil pernah mainin lilin-lilinan? dari situ kita belajar, sesuatu yang berbeda bila sudah bercampur tak mudah untuk dipisahkan." Kata Tania sambil cengar-cengir sendiri, Haekal menatap ngeri Tania.

Tania lebih bagus memasang wajah rese nya dari pada cengiran kaya gitu.
Kata titisan kunti deh.

Medapat tatapan itu, mood Tania kembali jungkir balik.

"Tan, Tania" Haekal menyolek-nyolek lengan Tania, Tapi Tania malah mengubrisnya, Haekal  makin jahil Ia goyang-goyangkan bahu Tania hingga si empunya menoleh dengan wajah bete.

"Apaan?" Juteknya.

Haekal menggeleng, menghela napas lega, Tania sudah kembali dengan wajah normal nya, bahkan kini senyumnya mengembang lebar kembali.

"Kamu nggak usah nyengir-nyengir sendiri, nggak bagus" Ucap Haekal sengaja sambil matanya kembali focus menatap buku nya.

Senin ujian, Haekal harus sering belajar.

Tania mendelik kearah Haekal.
"Aku tuh lagi ngebayangin masa depan" Kata Tania, Ia kembali cengar cengir lalu tertawa kecil. Haekal mengacuhkannya dari pada ikutan gila.

"Kal?" Pangil Tania, Haekal yang ditanya Hanya menggumam.

"Bunda sms, katanya pengen jenguk aku, kasih tau jangan kita disini?" tanya Tania, Haekal menoleh sebentar lalu menggeleng.

"Tapi bunda ngesms terus, minta dibales" Kata Tania, Haekal menghela napas, lalu menutup bukunya.

"Sini biar aku telpon" Haekal mengambil hape ditangan Tania dan mengutak-atiknya.

"Jangan!" Tania berseru kencang, Haekal langsung diam.

"Lah kenapa?" Tanya Haekal bingung, Tania memainkan ujung kerudungnya.

"Nanti pulsa nya abis, aku belum paketin kouta." Kata Tania pelan,
Haekal langsung mendelik sebal kearah Tania.

"Aku ganti" Putus Haekal.
"Bener ya?" Tania memastikan, Ia nggak mau nasibnya kaya yang udah-udah, biasanya Abang sepupunya yang paling seneng ngabisin pulsanya, janjinya diganti tapi sampai sekarang masih jadi hutang, mana gada bunganya, takut dosa.

"iya, nanti aku beliin vouche 2000" Kata Haekal santai, Tania ingin memprotes tapi Suara bunda di handphone nya langsung membuatnya diam.

Ia biarkan Haekal asyik sendiri bertelpon dengan bunda, Tania memilih meraih sebuah mazmu nadzom lalu menyenandungkannya pelan.

"Hah? Mama kemarin ke rumah Bunda?"  Perkataan Haekal sukses membuat Tania menoleh cepat.

"Iya, Nanti Ekal sama Tania kesana"

"..."

"Waalaikumsallam"

Tania menatap Wajah Haekal yang kini beraut datar tak ada lagi senyum jahil seperti tadi.

"Kenapa? Apa kata bunda?" Tanya Tania takut takut.

"Besok kita kerumah bunda" Ucap Haekal, Tania langsung bersorak senang.

Gadis itu mencondongkan tubuhnya kedepan, Haekal mundur takut takut wajah mereka bersentuhan, Ia sih boleh boleh aja kan beda sama cewe yang apa apa selalu ingin benar.

"Beneran?" Tanya Tania memastikan, Haekal mengangguk sekali lagi yang langsung diserbu pelukan dari Istri mungilnya, saat Haekal akan membalas pelukan,  Tania lebih dulumelepaskan pelukannya dan loncat-loncat kesenangan.

"Pelan pelan." Peringat Haekal.
Ia melirik ngeri perut Gadis itu yang tak terlalu terlihat nenonjol.

"Bawa apa ya?" Pikir Tania. Haekal menghela napas lalu menarik tangan Tania agar duduk dikarpet disampingnya.

"Jangan loncat-loncat, nanti jatuh" tegur Haekal, Tania terperangah, pipinya bersemu merah lalu mengangguk-anggukan kepalanya.

"perhatian banget sih" Tania berakting lebay, sambil mengerlingkan matanya kearah Haekal.

Haekal menyentil jidat Tania.  ' ' 'Kalau nggak ada bayi di tuh perut, mau salto jungkir balik juga nggak bakal gue larang terserah suka suka' Ujar haekal dalam hati.

Nb: banyak kata yang ku ubah, maafken.

pacar halalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang