Part VII

38 3 0
                                    

Jarum jam di dinding sudah menunjuk tepat di angka dua. Suara ribut yang berasal dari kamar Jong In membuat Ha Na terpaksa membuka kedua matanya. Dengan mata yang masih setengah terpejam, ia melangkah keluar dan menyeret kakinya berjalan menuju ke kamar Jong In sambil menahan kantuk.

Ha Na memutar pegangan pintu kamar Jong In mencoba membukanya yang ternyata tidak dikunci oleh namja itu. Ia berdiri diambang pintu mengawasi dua namja nakal yang masih asyik dengan permainan play stasion-nya di tengah malam seperti ini di mana kebanyakan orang sudah terlelap di dalam alam mimpi.

"Kamjjagiya!" pekik Sehun saat dirinya tak sengaja memutar kepalanya dan terkejut melihat Ha Na yang berdiri di ambang pintu sambil melipat tangan. "Aiisshh noona, kau mengagetkanku. Kenapa berdiri mematung di sana?"

Ha Na menahan nafas. Ingin sekali ia menarik telinga keduanya. "Kalian tak tahu sudah jam berapa sekarang?" gerutu Ha Na kesal.

Jong In memutar tubuhnya mendengar suara datar sang kakak yang itu artinya Ha Na sedang marah. Namja itu menggaruk kepalanya yang tak gatal lalu melihat ke arah jam dinding dan tersenyum getir, "Mianhaeyo noona. Apa kami mengganggumu?"

"Jelas saja sangat mengganggu Jong In-ah," Ha Na menghela nafasnya, ia masih kesal. Pertanyaan konyol macam apa ini?

"Suara kalian terdengar hingga ke dalam kamarku. Tidurlah! Kalian bisa melanjutkannya setelah bangun tidur, bukankah kalian sedang libur sekolah?"

Jong In dan Sehun tidak menjawab, mereka tersenyum kikuk melihat Ha Na marah.

Ha Na menutup kembali pintu kamar Jong In. Ia tak langsung kembali ke kamar. Kakinya berjalan ke arah dapur. Kehausan melanda tenggorokannya yang kering.

¤¤¤¤¤

Belum lama yeoja mungil itu meninggalkan kamar Jong In, perut Sehun berbunyi minta diisi.

"Jong In-ah, aku lapar. Kau punya makanan?"

Jong In yang sudah menarik selimut siap untuk tidur, menurunkan sedikit selimutnya menatap malas Sehun. "Coba kau lihat sendiri di dapur."

"Di dapur? Kau tak ada niat untuk mengantarku?"

Jong In menarik selimutnya. Namja itu memutar tubuhnya memunggungi Sehun. "Kau pergilah sendiri. Aku ngantuk, mau tidur. Nanti noona marah kalau tahu kita belum tidur."

"Jong In-ah. Yaa! Kim Jong In." Sehun pasrah. Jong In benar-benar tidur. Namja itu sungguh luar biasa. Kena bantal sedikit langsung pulas. Dasar tukang tidur!

Mau tidak mau Sehun keluar sendiri menuju dapur. Tak jauh kakinya melangkah, ia melihat Ha Na ada di depannya berjalan ke arah dapur juga. Ia pun mengekornya dalam diam. Sehun merasa yeoja mungil itu sama sekali tidak menyadarinya.

Ha Na membuka kulkas, mengambil air mineral di dalamnya. Sehun berdiri dibalik pintu kulkas berniat menjahilinya.

Ha Na menutup pintu kulkas, yeoja itu sedikit terkejut lalu menatapnya sebentar sebelum menuangkan air untuk di minum. Sehun yang berniat menjahilinya malah dibuat bingung. Yeoja itu tak bereaksi sama sekali. Sungguh diluar dugaan.

"Kau belum mengantuk?" tanya Ha Na meneguk air yang sudah dituang ke dalam gelasnya.

"Sebenarnya sudah mengantuk tapi perutku mendadak lapar. Apa ada yang masih bisa dimakan, noona?" tanya Sehun berjalan mendekati kulkas.

"Kau lapar? Duduklah di sana. Mau aku buatkan roti isi?"

Sehun mengangguk. Ia pun menurut dan langsung duduk manis sesuai yang diperintahkan Ha Na.

Cinta Pandangan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang