Dengan kamera yang menggantung manis di lehernya, Ha Na berjalan perlahan menyusuri jalanan di tepi sungai Han. Sore yang hangat. Cahaya matahari yang menyentuh air di dalam sungai Han menimbulkan efek kilau yang menentramkan hati. Sesekali ia mengangkat kameranya lalu menjepret beberapa objek yang menurutnya menarik untuk di foto. Garis bibirnya selalu terangkat ke atas setiap kali melihat hasilnya. Ia selalu kagum akan lukisan Tuhan yang teramat indah ini.
Pergantian musim dari musim panas ke musim gugur, membuat angin di sore itu berembus hangat. Tapi jangan berharap akan mendapat kehangatan sore seperti ini jika sudah memasuki pertengahan musim gugur. Suhu udara akan semakin menurun.
Kakinya terus melangkah tanpa arah tujuan sampai akhirnya ada sebuah motor besar berhenti tepat di depannya yang menghentikan langkahnya. Pengendara motor tersebut membuka kaca helmnya berusaha menyapa Ha Na dari balik masker hitam yang menutupi hampir seluruh wajah tersebut. Dan hanya menyisakan mata kecilnya saja yang terlihat.
Ha Na tertegun. Ia sama sekali tidak mengenali siapa sosok dibalik masker hitam itu dan bertanya-tanya dalam hati, apakah ia mengenalnya? Tapi siapa? Atau jangan-jangan orang psikopat yang sengaja bersikap seperti itu seolah mereka saling mengenal agar mudah melakukan aksi kejahatannya?
Ha Na hendak pergi namun langkahnya harus terhenti lagi saat pengendara itu memanggil namanya dengan sangat keras.
"Nuguseyo?"
"Ini aku. Kau tak mengenaliku?"
Ha Na menggeleng, memperhatikan dari atas kepala hingga ujung kakinya.
"Min Seok-ah. Kim Min Seok."
Mata Ha Na terbelalak mendengar nama namja yang sampai saat ini masih mengisi hatinya disebut. Sefrustasi itukah dirinya hingga berhalusinasi di sore hari yang indah ini?
Namja yang bernama Kim Min Seok memang indah, sangat indah layaknya bunga-bunga sakura di musim semi. Indah dan cantik. Tapi Ha Na lantas tidak percaya begitu saja pada pengendara sepeda motor tersebut. Ia tak mau dibodohi apalagi sampai tertipu! Ia pun memicingkan kedua matanya untuk sekedar memastikan namun nihil. Ia tak dapat menemukan ciri-ciri Kim Min Seok pada namja di hadapannya.
Pengendara tersebut seakan mengerti. Ia tersadar jika masker yang menutupi wajahnya belum dilepas. Tak lama kemudian pengendara itu melepas helm yang melindungi kepalanya lalu melepas masker berwarna hitam yang menutupi wajahnya.
"Min Seok oppa!" pekik Ha Na membekap mulutnya tak percaya.
Masih tak percaya dengan penglihatannya sendiri, Ha Na hanya mampu berdiri membeku menatap namja di depannya dengan tatapan nanar. Namja yang sangat ia rindukan bertahun-tahun lamanya, yang ia cari-cari di mana rimbanya kini sudah berada tepat di depannya sambil tersenyum. Sebuah senyuman yang sangat dirindukannya juga.
"Annyeong Ha Na-ya," sapa Min Seok ramah.
Ha Na yang masih membeku, tiba-tiba isi kepalanya mendadak kosong. Ia hanya mengerjap-ngerjapkan matanya menatap namja yang masih duduk di atas sepeda motor.
Min Seok tersenyum, "Apa kabar? Lama tidak berjumpa."
Otak Ha Na masih memproses secara perlahan kejadian yang tengah berlangsung. Ini bukan mimpi atau halusinasi di sore hari! Namja itu m Kim Min Seok.
Ha Na berusaha mengumpulkan kembali kata-katanya yang sempat menguap ke udara. "Baik. Oppa sendiri bagaimana?"
"Ya seperti ini." Matanya berbinar menandakan kegembiraan hatinya.
Permulaan yang sedikit canggung untuk memulai suatu percakapan. Pertanyaan demi pertanyaan yang monoton mampu menyingkirkan perasaan canggung yang membatasi keduanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pandangan Pertama
Hayran KurguMin Seok, namja yang memiliki kulit putih bak salju yang cukup populer di sekolahnya, ia tidak percaya jika cinta bisa datang saat pandangan pertama. Baginya, cinta itu tumbuh di antara dua orang yang saling mengenal satu sama lainnya. Akan tetapi...