Part XV

28 2 0
                                    

"Yaa! Kalian berdua mau bangun jam berapa? Mau sekolah tidak?" teriak Ha Na menggedor pintu kamar Jong In.

Sehun menggeliat mendengar teriakan Ha Na dari luar sana. Ia duduk di pinggiran kasur sambil mengucak mata. Ditengoknya Jong In yang masih nyenyak di bawah selimut tanpa terusik sedikit pun.

 Ditengoknya Jong In yang masih nyenyak di bawah selimut tanpa terusik sedikit pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jong In-ah... ireona!" Sehun mengguncang kuat tubuh sahabatnya ini. Namja satu ini memang sulit di bangunkan jika sudah tidur.

"Jong In-ah..." panggil Sehun cukup kencang.

Jong In menggeliat, "Ck! Jangan ganggu aku!" ujarnya malas.

"Yaa! Kim Jong In! Jika kau tidak bangun sekarang juga, akan ku pastikan Ha Na noona sebentar lagi akan datang lalu menyeretmu turun dari ranjang ini!"

Dengan sedikit kesal, Jong In membangunkan tubuhnya dan duduk bersandar. Namja itu menggaruk kasar kepalanya. "Aisshh! Kapan libur sekolah sih? Aku ingin tidur panjang!" gerutunya.

"Dasar pemalas!" Sehun melempar bantal ke arah Jong In yang matanya masih menutup enggan untuk dibuka.

Ia berlalu meninggalkan namja pemalas itu. Sehun merapikan dirinya bersiap untuk berangkat sekolah bersama pasangan adik kakak ini. Ia berjalan sangat pelan menghampiri Ha Na yang masih sibuk menyiapkan sarapan untuk semuanya. Dari balik dinding yang membatasi dapur, Sehun mengawasi setiap gerakan yeoja itu di sana. Wajahnya tampak seperti biasa, selalu bersinar dan ceria.

Ha Na menyadari kehadirannya. Yeoja itu menyapanya dan tak ketinggalan senyum manis yang selalu menghias wajahnya yang kecil. Hatinya kembali tergores. Tak pernah sekali pun ia merasa sedih saat melihat senyuman itu. Tapi sekarang, hatinya terluka hanya karena melihat senyum tersebut.

Ketiganya sarapan bersama sebelum berangkat ke sekolah. Mereka berjalan beriringan menuju halte bus. Sesekali Sehun memaksakan untuk tersenyum walau berat.

Hatinya semakin meringis saat melihat seorang namja berkulit putih salju tengah duduk di dalam halte bus yang akan mereka datangi.

¤¤¤¤¤

Min Seok melirik jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya, sepertinya ia datang terlalu cepat. Ia datang 20 menit lebih awal. Seketika senyumnya mengembang, lebih baik seperti ini.

Min Seok duduk di sudut, sendirian sambil menunggu seseorang yang mampu membuatnya uring-uringan semalaman. Ini bukan pertama kalinya tapi rasa yang ia rasakan sangat berbeda dari sebelumnya. Diayunkan kakinya hanya untuk mengusir rasa bosan yang mulai menjalar.

Sesekali ia berusaha menahan keinginannya untuk langsung menghampiri seseorang yang tengah ditunggunya itu tapi Min Seok tak membiarkan ego menguasai dirinya. Ia tetap bertahan walau hatinya teramat ingin.

Penantiannya berakhir. Seseorang yang ditunggu-tunggu akhirnya menampakkan batang hidung. Dengan diiringi 2 namja di mana salah satunya merupakan adik laki-lakinya dan satunya lagi mungkin teman dari si adik karena seragam sekolah yang mereka kenakan sama.

Cinta Pandangan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang