Min Seok, namja yang memiliki kulit putih bak salju yang cukup populer di sekolahnya, ia tidak percaya jika cinta bisa datang saat pandangan pertama. Baginya, cinta itu tumbuh di antara dua orang yang saling mengenal satu sama lainnya. Akan tetapi...
Rooftop di sekolahnya, sekarang menjadi salah satu tempat favorit bagi Min Seok saat dirinya butuh ketenangan. Pikirannya seperti benang kusut. Ia mengacak rambutnya frustasi. Setelah sekian lama, Min Seok kembali menarik dirinya menjauh dari keramaian.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sekolah sudah berakhir satu jam yang lalu. Langit pun sudah mulai berubah warna. Angin semilir menerpa wajahnya. Rambutnya yang sedikit panjang menari-nari dengan indah karena tertiup angin. Ia masih berusaha mencerna kejadian yang terlalu tiba-tiba untuknya. Kenangan yang sudah ia kubur dalam-dalam, kini mulai naik ke permukaan. Min Seok benci seperti ini. Hatinya terlalu sakit. Ia berpikir, kenapa takdir senang sekali bermain-main dengannya?
Bayang-bayang Ha Na yang tengah tersenyum manis mulai mendominasi kenangan pahit yang tengah ia rasakan. Rasa sakitnya yang muncul perlahan terobati. Senyumnya kembali mengembang. Yeoja itu seperti obat baginya. Ahh.. Min Seok baru sadar beberapa hari ini sudah menghilang tanpa memberinya kabar. Pasti yeoja itu sangat khawatir padanya.
Terdengar suara derap langkah kaki mendekat menghentikan gerakan Min Seok yang baru saja hendak merogoh ponselnya.
"Di sini kau rupanya. Di mana Jong Dae dan Baek Hyun? Sejak kapan kau suka menyendiri?" cecar seorang yeoja tiba-tiba datang mendekat.
Min Seok mengangkat kepalanya menatap si pemilik suara yang sudah sangat tidak asing lagi di telinganya.
"Apa kabar?" lanjut yeoja itu lagi yang kini berdiri tepat di sampingnya.
Min Seok diam seribu bahasa. Mulutnya terkunci rapat. Sungguh, ia sangat malas berbicara dengan yeoja yang mungkin bisa dibilang tak punya muka. Min Seok berpikir, apa yeoja ini tak punya pikiran sama sekali? Setebal apa mukanya sampai masih bisa berpikir untuk tetap datang menemuinya tanpa rasa bersalah setelah apa yang telah dia lakukan di masa lalu?
Jika diperbolehkan, Min Seok ingin sekali menyumpahinya dengan segala macam sumpah serapah! Namun, Min Seok lebih memilih untuk tetap diam dan terus menatap dingin yeoja di sebelahnya.
"Heii.. kau mau ke mana?" tanya yeoja itu menahan pergelangan tangannya ketika hendak pergi.
Min Seok menepis tangan lembut itu tetap dalam kebisuannya. Ia berlalu tanpa banyak bicara.
"Yaa! Min Seokie!"
Langkah Min Seok terhenti. Darahnya berdesir hebat. Bukan jantungnya berdegup kencang karena senang tetapi amarahnya sudah meluap bagai gunung berapi siap memuntahkan lava panasnya. Ia kembali memutar langkah, mendekat ke arah yeoja yang masih berdiri mematung di belakangnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.