Part XXIX

24 4 0
                                    

Sikap Min Seok perlahan menghangat. Berpura-pura dingin di depan Ha Na membuatnya semakin gila. Bersikap dingin pun tak ada gunanya. Yeon Hee, yeoja itu takkan diam. Jadi.. lebih baik ia bersikap terang-terangan melindungi Ha Na daripada berusaha melindunginya dari balik layar.

Sikapnya yang sering menghindar setiap kali bertemu Ha Na, kini perlahan mulai melempar senyum ketika berpapasan. Canggung memang tapi jika tidak di mulai dari sekarang, mau kapan lagi?

Sebuah tepukan lembut menyentuh pundaknya. Ia pun menoleh ke pemilik tangan tersebut.

Jong Dae tersenyum sangat lebar. "Kau sudah melakukan yang terbaik, Min Seok-ah. Hwaiting!"

Min Seok mau tak mau menarik garis bibirnya ke atas. Tersenyum samar. Atau lebih tepatnya tersenyum untuk mengasihani diri sendiri atas kebodohan yang sudah dilakukan.

"Aku bodoh ya," desis Min Seok untuk dirinya sendiri.

"Ne?"

Min Seok menatap Jong Dae lesu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Min Seok menatap Jong Dae lesu. Lagi-lagi tersenyum bodoh. "Ha Na-ya mengalami kesulitan karena aku. Seharusnya takkan ada air mata yang mengalir dari mata indahnya karena namja bodoh sepertiku."

Jong Dae menepuk-nepuk pundak Min Seok, menguatkan. "Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Perbaiki secepatnya sebelum terlambat. Yeoja itu harus tahu kebenarannya, Min Seok-ah."

Min Seok menatap kosong manik hitam milik Jong Dae, berharap menemukan secercah harapan di sana. "Apa dia masih mau menerimaku?"

"Berusahalah. Usaha takkan membohongi hasil."

¤¤¤¤¤

Yeon Hee menatap kosong pemandangan di depannya. Sekilas matanya menangkap sosok yang selama ini berusaha ia dapatkan kembali hatinya. Dirinya semakin membeku. Namja itu masih bisa melempar senyum kepada yeoja yang tak sengaja berpapasan. Sedangkan untuknya? Tersenyum pun seakan tidak sudi saat berpapasan dengannya. Hanya sikap dingin yang ia dapati.

'Kau sangat beruntung Ha Na-ssi. Min Seokie masih mau tersenyum saat melihatmu walaupun hubungan kalian sudah berakhir,' batin Yeon Hee masih terus mengawasi dari tempatnya berdiri.

"Apa ada yang mengganggu pikiranmu, Yeon Hee-ya?"

Suara berat di sampingnya sukses membuat Yeon Hee menoleh dan tersenyum singkat. Ia menggeleng, memastikan semuanya baik-baik saja.

"Kapan acara hari kelulusan digelar, appa?"

"Seminggu setelah acara pentas seni sekolah. Waeyo?" tanya pria paruh baya yang Yeon Hee panggil 'appa' ini.

"Aniya," jawab Yeon Hee singkat. Ia terdiam agak lama sebelum akhirnya bersuara kembali. "Aku ingin kembali ke London."

Pria paruh baya itu mengerutkan keningnya, menatap anak gadisnya bingung. Seingatnya, Yeon Hee yang merengek terus menerus minta kembali ke Korea lalu sekarang? "Jeongmal? Kenapa tiba-tiba sekali?"

Cinta Pandangan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang