Part XXXVII

14 3 0
                                    

Suhu udara semakin menurun. Maklum saja, ini sudah di penghujung musim gugur. Suasana musim dingin pun mulai terasa. Banyak orang mulai mengenakan mantel tebal menjelang sore hari ketika mereka hendak keluar rumah.

Ha Na merapatkan mantel tebal yang ia kenakan ketika semilir angin menyentuh kulitnya. Sore itu ia tak sendiri, ada Sehun yang ikut menemaninya. Namja berwajah dingin itu menyodorkan sekaleng soft drink dan duduk di samping Ha Na ikut menikmati indahnya matahari yang mulai terbenam dari ufuk barat.

"Gumawo Sehunie," ucap Ha Na tiba-tiba tanpa melepaskan pandangan matanya dari depan.

Sehun memutar kepalanya ke arah Ha Na, menatapnya bingung. "Untuk apa, noona?"

"Karena selalu menolongku dari amukan Jong Inie setelah Min Seok oppa kembali."

Sehun terdiam. Dadanya seperti dihujam ribuan anak panah. Sakit. Senyumnya terangkat tipis. Ia tersenyum miris atau lebih tepatnya, mengasihani diri sendiri. Apa tidak ada celah sedikit pun untuk dirinya masuk ke dalam hati yeoja tersebut? Apa hanya namja berkulit putih salju itu saja yang ada di hati Ha Na selama ini? Jerit hati kecilnya yang mulai memberontak tak terima. Sudah terlalu lama ia memendamnya.

"Apa selama ini perbuatanku hanya sebatas pertolongan bagimu, noona?" tanya Sehun datar. Ia memalingkan wajah lalu menatap kosong yang ada di depannya.

"Ne?"

Sehun tak bergerak sedikit pun. Ia berusaha mati-matian agar tak menatap wajah yeoja di sebelahnya. Ia takut akan gagal mengutarakan semua yang mengganjal di dalam hatinya.

"Apa selamanya aku akan selalu dianggap sebagai dongsaeng-mu?"

"Maksudmu apa, Sehun-ah?" tanya Ha Na yang tak mengerti arah tujuan pembicaraan Sehun. Yeoja itu memaksa memutar tubuh Sehun agar menghadap dirinya.

Akhirnya, pertahanan yang Sehun buat runtuh juga. Ia sudah tak tahan lagi. Mulutnya meracau sangat lancar bak air yang sedang mengalir. "Apa tidak ada sedikit pun noona melihatku sebagai namja? Aku..."

Sehun menggantung kalimatnya, memberi jeda sejenak untuk mengumpulkan seluruh keberaniannya. Dan dalam satu tarikan nafas, ia kembali meluncurkan sepenggal kalimat, "Dangshinee joahyo."

Ha Na membeku seketika. Itulah reaksi yang didapat Sehun setelah ia mengutarakan isi hatinya. Ia bukan lagi anak-anak yang duduk di bangku sekolah menengah. Ia sudah besar, sudah dewasa!

"Apa noona masih ingat ceritaku tentang siapa yeoja yang aku sukai dan membuatku patah hati secara bersamaan?"

Reaksi Ha Na tetap diam. Yeoja itu mulai mencerna setiap kata yang dilontarkan Sehun.

"Yeoja itu adalah noona," tunjuk Sehun. "Ya.. Ha Na noona adalah yeoja yang kusukai dari awal pertama kali berjumpa. Dan yang perlu noona ketahui, bahkan sampai detik ini pun, aku masih menyukaimu."

Ha Na benar-benar membeku mendengar seluruh pernyataan Sehun. Yeoja itu bahkan bingung bagaimana harus menanggapinya.

"Sehunie.." cicitnya pelan. Ya.. hanya itu. Hanya menyebut nama Sehun yang mampu keluar dari mulut mungilnya.

Sehun tak menjawab. Dirinya lebih memilih yeoja yang selalu ia panggil noona ini meneruskan reaksi selanjutnya.

"A-apa kau sungguh-sungguh dengan kalimatmu?"

"Apa aku terlihat seperti orang yang sedang bercanda, noona?" Sehun melempar kembali pertanyaan kepada Ha Na. Ia sudah kesal namun berusaha meredamnya.

Cinta Pandangan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang