Part IX

31 2 0
                                    

Ha Na berdiri di depan halaman rumahnya melempar senyum ke arah seseorang yang berdiri tepat di depannya. Yeoja itu tersenyum sangat manis seperti biasa. Tanpa disadari, ada sepasang mata yang tengah mengawasinya dari dalam rumah dengan tatapan terluka.

 Tanpa disadari, ada sepasang mata yang tengah mengawasinya dari dalam rumah dengan tatapan terluka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata senyum manis itu tidak bisa dinikmati sendiri olehnya. Ada perasaan tak rela melihat senyuman tersebut harus dibagi dengan yang lain. Sehun sudah bersiap menghampirinya tapi yeoja itu sudah terlebih dahulu memasuki rumah.

"Sehunie? Kalian pulang cepat hari ini?" tanya Ha Na sedikit terperanjat melihat Sehun berdiri dibalik pintu. Yeoja itu melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia tahu benar jam pulang sekolah adiknya.

Belum sempat yeoja itu melanjutkan kalimatnya, Sehun melenggang pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan yang baru saja dilontarkan kepadanya.

Sehun merutuki sikapnya sambil berjalan menuju ruang tengah. Sebelumnya ia sudah berjanji pada dirinya akan bersikap sewajarnya seolah tidak melihat apa pun.

Gagal! Sehun gagal mempertahankannya. Gemuruh dalam dadanya semakin berkecamuk. Semua dinding yang sempat ia bangun tinggi-tinggi runtuh begitu saja saat berhadapan dengan Ha Na. Berbagai macam pikiran buruk menyerangnya. Ia mengusap wajahnya secara kasar merasa putus asa.

Usapan lembut di punggungnya membuat Sehun mendongakkan kepalanya ke atas.

"Kau sendiri? Di mana Jong In-ah? Apa dia sedang tidur?" tanya yeoja yang kini mengambil alih tempat kosong di sebelah Sehun. Yeoja itu duduk tepat di sampingnya.

Sehun bergumam dan mengangguk menjawab pertanyaan Ha Na. Ingin sekali rasanya ia berbicara dengan yeoja di sebelahnya seperti biasa tapi kerja otaknya melarang itu semua.

Sehun duduk diam mematung, matanya memang mengarah ke stasiun tv namun sorot matanya begitu kosong. Pikirannya melayang jauh.

"Kau sudah makan?"

Lagi-lagi ia menjawabnya tanpa bersuara. Sehun menggelengkan kepalanya dengan mata yang masih tertuju ke layar tv.

Ha Na tersenyum sama sekali tak menaruh pikiran buruk kepadanya. Yeoja itu bangkit dan berjalan menuju dapur setelah mendapat jawaban dari Sehun.

Sehun sempat memutar bola matanya mengikuti arah langkah kaki Ha Na. Ia kembali tenggelam dalam pikirannya sendiri. Perasaannya campur aduk. Ia tak mengerti mengapa dirinya bertindak seperti ini. Ini di luar kendalinya. Belum pernah selama hidupnya sampai sekarang hati, pikiran dan sikapnya tidak berjalan beriringan. Saling beradu.

"Sehun-ah," panggil Ha Na dari arah dapur.

"Ne noona."

Tanpa disuruh, Sehun bangkit dan memasuki dapur mencari sosok yang memanggilnya. Ha Na melempar senyum manisnya yang perlahan meredam gemuruh dalam dadanya. Sebuah senyuman yang mampu membuat hatinya terus bergetar saat berada di dekatnya.

Cinta Pandangan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang