Part XVI

33 4 0
                                    

Namja tinggi putih pucat itu berdiri di depan jendela kamar dengan tangan terlipat di atas dada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namja tinggi putih pucat itu berdiri di depan jendela kamar dengan tangan terlipat di atas dada. Pandangan matanya mengarah keluar jendela menatap jalanan yang tampak lenggang. Matanya hanya menatap namun sorot matanya begitu kosong. Begitu banyak hal-hal yang mengganggu pikirannya.

Ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Ia buru-buru masuk ke dalam selimut dan menutup matanya. Pura-pura tidur. Telinganya tetap mengawasi setiap derap langkah yang masuk ke dalam kamarnya. Masih tak ada suara dari sang pemilik langkah. Sentuhan lembut di puncak kepalanya membuat Sehun tahu kalo itu ibunya.

"Sakit lagi? Ayo kita pergi ke dokter, sayang," ajak sang ibu lembut masih membelai lembut kepala Sehun.

Sehun tak menjawab. Ia tetap bertahan dengan matanya yang tertutup berharap sang ibu cepat pergi mengira dirinya benar-benar tertidur.

"Sehun-ah.." panggilnya lagi. Kali ini wanita paruh baya itu tak menyerah. Sudah beberapa kali Sehun absen dari sekolah.

Sehun menyerah. Ia menggeliat, merenggangkan tubuh seolah-olah dirinya memang sedang tidur. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya lalu menatap sang ibu dengan tatapan khas orang bangun tidur.

"Ayo kita pergi ke dokter, sayang. Kita periksa kesehatanmu ya," ajak sang ibu untuk kedua kalinya.

"Aku baik-baik saja, eomma. Tak perlu ke dokter. Nanti juga sembuh," tolak Sehun kembali menaikkan selimutnya.

"Sembuh bagaimana? Sudah beberapa kali eomma perhatikan, kau sering kali seperti ini."

Sehun membangunkan tubuhnya, "Aku hanya kelelahan, eomma. Geogjeongma. Akhir-akhir ini sering ada ujian. Aku hanya sedikit stres, nanti juga hilang," bohong Sehun. Ia hanya beralasan untuk menghindari pergi ke dokter karena dirinya memang tak benar-benar sakit melainkan hatinya yang sakit.

"Kau yakin?" tanya sang ibu menatap Sehun intens.

Sehun mengangguk pasti. Ya.. dirinya sungguh tidak sakit. "Biarkan aku tidur lagi, ma," ujar Sehun yang kini masuk lagi ke dalam balutan selimut yang nyaman dan meringkuk di sana.

Helaan nafas sang ibu terdengar jelas di telinganya sebelum wanita paruh baya itu beranjak pergi dari kamarnya. "Araseo. Panggil eomma jika kau butuh sesuatu."

Sehun menggumam tanpa membalikkan wajahnya menatap sang ibu. Pintu kamar kembali tertutup, menandakan sang ibu benar-benar keluar dari kamarnya. Ia pun menurunkan selimut yang menutupinya hingga bawah dagu. "Mianhaeyo eomma. Hanya saja hatiku sedikit berantakan," batin Sehun dan tak lama kemudian perlahan kelopak matanya menurun. Ia tertidur.

¤¤¤¤¤

"Noona sudah belum?" tanya Jong In menghampiri Ha Na yang masih sibuk di dapur menyiapkan makanan.

Ha Na mengangkat kepalanya dan tersenyum, "Sudah. Kajja!" jawabnya menutup sekotak sushi, membungkusnya sedemikian rupa untuk diberikan kepada Sehun. Namja nakal itu sangat menyukai sushi.

Cinta Pandangan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang