Part XXIV

15 3 0
                                    

Pagi-pagi sekali di saat semuanya masih terlelap, perlahan sang ayah membangunkan Jong In yang masih berada di dalam alam mimpinya. Ia mengerjap-ngerjapkan mata dan sedikit menggeliat merenggangkan tubuhnya. Beliau menitipkan beberapa pesan apa saja yang harus dilakukannya selama sang ayah tak ada.

Jong In mengangguk menandakan bahwa ia mengerti dan akan melakukan sesuai perintah sang ayah.

Bayangan tubuh kekar sang ayah menghilang dibalik pintu ruang kamar inap Ha Na. Yeoja mungil yang berada di depannya masih terlelap. Mukanya begitu tenang dan damai. Tanpa disadari, air mata jatuh dari pelupuk membasahi kedua pipinya. Jong In teringat beberapa hari yang lalu ketika noona-nya ini menangis kapan pun yang dia mau. Dan satu penyebabnya yaitu seorang namja yang merupakan sunbae di sekolah kakaknya, Kim Min Seok. Hanya mengingat namanya saja, kekesalan Jong In kembali membuncah.

Jong In tak habis pikir dengan namja satu itu. Apa yang bisa membuatnya menyakiti Ha Na, kakaknya. Ia sebagai adiknya saja tak pernah membuat Ha Na menangis.

Ha Na adalah sosok kakak yang selalu menjadi pelindung dirinya, yeoja yang penuh dengan kasih sayang, seorang yeoja yang begitu lembut tapi kenapa ia harus melihatnya menderita seperti ini? Apa yang sudah diperbuat noona-nya? Apa kekurangan Ha Na dimata namja itu? Sungguh, hanya
pertanyaan itu saja yang terus menerus berputar-putar di dalam kepalanya.

"Noona, kau sudah bangun?" tanya Jong In selesai meletakkan bunga mawar di dalam vas, bunga kesukaan Ha Na.

Ha Na diam seribu bahasa, matanya menatap dalam Jong In yang sedang mengambil alih kursi di samping tempat tidur.

"Minumlah," tak peduli pertanyaannya dijawab atau tidak, Jong In tetap menyuguhkan segelas air mineral kepada Ha Na. "Appa berangkat pagi-pagi sekali. Appa juga minta maaf padamu karena tidak bisa berada disisimu setiap saat, terlebih noona sedang sakit sekarang."

Masih diam, Ha Na melempar pandangannya ke arah yang lain sekitar ruang inapnya.

Jong In menyadari kebisuan Ha Na. Sang kakak tidak akan mengunci mulutnya rapat-rapat jika sedang tidak marah padanya. Apa karena kejadian kemarin? Ia sadar jika dirinya memang sedikit kelewatan tapi siapa yang takkan marah melihat kakak perempuan yang paling disayangi dibuat sedih bahkan menangis di setiap waktu?

"Noona, kau marah padaku?"

"Pergilah ke sekolah!"

"Pergilah ke sekolah!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jong In tertegun. Nada bicara Ha Na begitu dingin, tanpa senyuman dan tanpa menatapnya. Semarahnya Ha Na pada dirinya, yeoja itu masih mau menatapnya walau dengan tatapan tajam sekalipun.

"Aku sudah ijin tidak masuk sekolah hari ini, noona dan appa juga memperbolehkan. Aku ingin menemani noona."

"Aku tak butuh ditemani. Kau tak perlu bersusah payah. Aku bisa melakukan semuanya sendiri."

Cinta Pandangan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang