"Oppa gwenchana? Aku sungguh mengkhawatirkanmu."
Sayup-sayup, Min Seok mendengar ada suara yeoja yang mengajaknya bicara. Min Seok belum sepenuhnya sadar. Ia mencoba memfokuskan pandangan ke arah asal datangnya suara. Sebuah siluet yang sangat ia yakini adalah Ha Na. Yeoja yang sempat ia selamatkan.
Bibirnya mulai bergerak untuk bicara. Ia menggenggam erat telapak tangan yang ada di sampingnya.
"Gajima Ha Na-ya, jebal."
Siluet tersebut nampak tersenyum padanya. Tak banyak bicara.
"Yaa! Kim Min Seok. Kau sudah sadar?"
Kesadaran Min Seok perlahan mulai kembali. Sebuah teriakan kencang yang meneriaki namanya, membuat penglihatan Min Seok yang tadi mengabur kini menjadi jelas. Segera setelah itu kesadarannya kembali pulih.
Min Seok hempaskan kuat-kuat tangan yang sempat ia genggam tadi dan gelak tawa Baek Hyun menyambut setelahnya.
"Apa yang terjadi? Dari tadi kau mengigau meneriaki nama Ha Na. Kau merindukannya, eoh?" tanya Baek Hyun mendekat.
"Di mana Ha Na-ya? Bukankah tadi yeoja itu di sini?" tanya Min Seok mengabaikan pertanyaan Baek Hyun.
"Ha Na-ya? Tak ada orang selain kami berdua," jawab Jong Dae.
"Maja maja!" timpal Baek Hyun.
"Bukankah tadi -"
"Ha Na-ya? Apa kau bercanda? Tak ada Ha Na di sini. Kau menggenggam erat tangan Jong Dae selama mengigau," jelas Baek Hyun. "Apa kau bermimpi tentangnya? Kau merindukannya?"
Min Seok diam. Ia hanya menundukkan kepalanya. Apa benar ia baru saja bermimpi? Jika benar ia bermimpi, kenapa mimpi tersebut begitu menyakitkan?
"Aku kenapa?" tanya Min Seok pelan. Sungguh ia takut menghadapi kenyataannya.
"Eh? Kau bertanya kau kenapa? Apa kepalamu terbentur lalu amnesia?" tanya Jong Dae.
Min Seok tak menghiraukan kalimat Jong Dae. Matanya menjelajah setiap inci lekuk tubuhnya. Ingatan terakhir yang ia ingat adalah saat dirinya tertusuk. Pandangannya berhenti di bagian perut yang kini di balut perban panjang. Perban tersebut mengelilingi perutnya yang rata. Ada rona merah terlihat dari perban putih bersih itu.
"Berapa lama aku tertidur?" tanya Min Seok lagi.
"15 jam," jawab Baek Hyun cepat.
Segaris senyum tipis terangkat menghias wajahnya yang pucat. "Kalian sempat bertemu Ha Na? Apa dia pergi?"
Gumaman kedua namja itu menjawab semuanya. Hatinya mencelos. Yeoja itu sudah pergi, bahkan dia pergi tanpa berpamitan dengannya. Apa yeoja itu benar-benar pergi meninggalkannya di sini bersama semua kenangan?
"Dokter bilang, kau tidak boleh banyak bergerak dulu, Min Seok-ah," Jong Dae mengingatkan.
Tanpa banyak bicara, Min Seok kembali merebahkan tubuhnya dan menarik selimut. Ia membelakangi kedua sahabatnya. Air matanya turun tanpa ia mau. Ya, kini hatinya benar-benar hancur. Apa sudah tidak ada kesempatan lagi untuknya?
"Kalian berdua, pergilah! Pulang dan beristirahat," ujar Min Seok mati-matian menekan suaranya yang bergetar hebat.
Baek Hyun memegang pundak Min Seok, "Kau yakin?"
Min Seok menggumam. "Pergilah! Dan kau Baek Hyun, kau juga pasti sangat sibuk. Mian. Jangan bolos hanya karenaku."
"Gwenchana. Bukankah kau yang akan membayarku nantinya?" gurau Baek Hyun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pandangan Pertama
FanfictionMin Seok, namja yang memiliki kulit putih bak salju yang cukup populer di sekolahnya, ia tidak percaya jika cinta bisa datang saat pandangan pertama. Baginya, cinta itu tumbuh di antara dua orang yang saling mengenal satu sama lainnya. Akan tetapi...