"Buru-buru sekali, ada apa?" tanya Sehun menghampiri Jong In yang tengah sibuk merapikan peralatan sekolahnya.
Jong In mendongakkan kepalanya ke arah asal suara. "Aku cemas dengan noona. Aku mau menjemputnya," ujar Jong In kembali melanjutkan apa yang sedang dikerjakannya.
"Aku boleh ikut?"
Jong In hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan pertanyaan Sehun. Mereka berdua bergegas pergi menuju sekolah Ha Na. Jong In sungguh mencemaskan kakaknya. Hampir satu bulan ia merasakan perubahan sang kakak yang begitu jelas terlihat. Kakaknya yang selalu ceria, mudah tersenyum bahkan sekarang ia tak pernah melihat senyuman itu ada di wajah sang kakak.
Beberapa kali Jong In sering memergoki mata sang kakak sembab di pagi hari atau suara isak tangis ketika dirinya melewati depan kamar Ha Na. Berbagai macam pertanyaan terus berputar di dalam kepalanya. Kenapa? Ada apa? Apa yang sedang terjadi?
Jong In terus mendekatinya tanpa lelah dan bertanya tapi sikap sang kakak yang sering kali menghindarinya membuat Jong In putus asa. Sifat Ha Na yang pendiam dan pemalu inilah yang membuat Jong In begitu over protektif terhadap yeoja satu-satunya yang ada di dalam keluarganya. Ia tak ingin merasakan kehilangan kembali setelah sang Ibu tiada. Ditambah ayah mereka yang super sibuk membuatnya sadar bahwa ini adalah tugasnya untuk menjaga dan melindungi sang kakak dari hal apa pun.
Di dalam bus, Jong In tampak resah. Berkali-kali namja berkulit sedikit gelap ini melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya berharap ia sampai di sekolah sang kakak tepat pada waktunya. Senyumnya mengembang saat mengetahui dirinya belum terlambat. Hanya tersisa sepuluh menit lagi sebelum sekolah sang kakak berakhir.
"Jong In-ah, bukankah itu Ha Na noona?" tunjuk Sehun ke seorang yeoja yang tengah berdiri berhadapan dengan seorang namja di depannya. Namja tersebut terlihat hanya menundukkan kepala, bersikap acuh tak acuh dengan yeoja yang sedang mengajaknya bicara.
"Noona? Di mana?" tanya Jong In menatap Sehun lalu mengikuti arah jari sahabatnya yang menunjuk ke seorang yeoja tengah berdiri di depan sana.
Matanya membulat, Sehun benar! Yeoja yang ditunjuknya memang Ha Na, kakaknya. Darahnya mendadak mendidih ketika melihat siapa yang tengah berdiri di hadapan kakaknya. Ya.. namja itu, Kim Min Seok. Namja yang sudah membuat kakaknya berubah selama hampir satu bulan ini.
Kenyataan ini baru ia dapatkan dua hari yang lalu setelah dirinya terus mencari tahu dan mendekati sahabat karib sang kakak, Jang Yeo Woon. Tak semudah yang dibayangkan, mengorek informasinya saja sangat sulit. Jong In harus melakukan berbagai macam cara agar Yeo Woon mau membuka mulutnya.
Perasaan marah, sedih dan kecewa telah bercampur menjadi satu. Jong In sudah tak dapat berkata-kata lagi. Kejadian yang dialami Ha Na saat ini membuatnya merasa gagal melindungi sang kakak dari hal-hal yang dapat melukainya.
Jong In mempercepat langkahnya dengan Sehun yang berada persis di belakangnya. Nafasnya memburu. Dadanya naik turun menahan amarah yang sudah bergejolak di dalam hatinya. Langkah kakinya semakin dekat.
BUGHH...
Sebuah bogem mentah mendarat tepat di pipi Min Seok. Pukulan yang cukup keras mampu membuat Min Seok jatuh tersungkur. Sedangkan yang dipukul hanya memegangi rahangnya yang terasa sakit akibat pukulan yang diberikan Jong In tadi.
Ha Na terpekik, yeoja itu menutup mulutnya.
"KAU! BERANI-BERANINYA MENDEKATI NOONA-KU LAGI SETELAH BERANI MENYAKITINYA?!” teriak Jong In menarik kerah kemeja Min Seok dan siap melayangkan pukulannya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pandangan Pertama
FanfictionMin Seok, namja yang memiliki kulit putih bak salju yang cukup populer di sekolahnya, ia tidak percaya jika cinta bisa datang saat pandangan pertama. Baginya, cinta itu tumbuh di antara dua orang yang saling mengenal satu sama lainnya. Akan tetapi...