Sehun kembali ke rutinitas enam tahun silam saat dirinya sering membuntuti Ha Na ketika yeoja mungil itu sedang ada masalah dengan namja berkulit putih salju, Kim Min Seok.
Disela-sela kesibukannya kuliah, jika ada waktu senggang, ia selalu menyempatkan diri mengawasi seluruh gerak-gerik Ha Na. Pecundang? Anggap saja begitu untuk sekarang.
Menjadi pahlawan kesiangan? Ya.. mungkin itu kalimat yang tepat untuk diucapkan saat ini. Sudah sering kali, Sehun menyelamatkan Ha Na dari amukan Jong In. Adik laki-laki Ha Na tak pernah tahu jika Min Seok sering mengantar noona-nya pulang atau bertemu di suatu tempat yang hanya sengaja untuk makan atau sekedar berjalan santai.
Sejak Sehun kembali melihat Min Seok, saat itu juga ia lebih sering menginap di rumah Jong In dengan berbagai alasan.
Awalnya Jong In menentang namun namja itu lebih memilih mengabaikannya karena jurusan kuliah yang mereka ambil berbeda walau masih satu universitas.
Hanya ada satu alasan yang kuat Sehun mengambil langkah seperti ini. Bayang-bayang Jong In mengamuk beberapa tahun silam, cukup membuatnya bergidik ngeri. Hubungan kakak beradik itu juga sempat renggang karena sikap Jong In yang sulit dikendalikan ketika marah. Ia hanya takut jika sampai terjadi lagi, hal ini akan buruk sekali.
Percayalah, setelah hari itu ada perubahan yang terjadi di antara kakak beradik ini. Jong In yang notabane seorang adik, kini bertingkah layaknya 'oppa' yang sangat menyebalkan! Namja itu tak ingin noona-nya merasakan sakit yang sama terulang kembali.
"Bisakah kita mampir ke tempat makan? Aku lapar," ujar Sehun jalan beriringan di sebelah Jong In.
Jong In menggumam. Namja itu masih sibuk dengan ponselnya.
"Menghubungi Ha Na noona?"
Lagi-lagi namja di sebelahnya menggumam menjawab pertanyaan Sehun.
"Jangan terlalu berlebihan, Jong In-ah. Ha Na noona juga butuh teman untuk bergaul. Kita sudah sama-sama besar, biarkan Ha Na noona mencari kebahagiaannya."
Jong In melempar pandangannya ke arah Sehun. Tatapan matanya begitu tajam dan menusuk. "Arra. Tapi aku juga takkan membiarkannya merasakan sakit yang sama. Tolong digaris bawahi kalimat ini."
Sehun berdecak. Ia memutar kedua bola matanya malas. "Terserah kau saja!"
Ada rasa kesal menghinggapi hatinya. Bagaimana ia mau mendekati Ha Na jika adiknya keras kepala seperti Jong In?!
Keduanya terus melangkah mencari sebuah tempat makan yang ingin didatangi Sehun. Langkah Sehun sempat terhenti. Ia melihat sebuah siluet yeoja yang barusan dibahas, ada di dalam sebuah kafe di depan sana.
"Mampir beli kopi di kafe itu dulu ya," ujar Jong In terus melangkah.
Merasa tak ada jawaban dari Sehun, Jong In pun memutar tubuhnya, "YAA! Kenapa berhenti?"
Sehun segera berlari menghampiri Jong In, "Tadi eomma telepon. Kau bicara apa tadi?"
"Beli kopi dulu," ulang Jong In.
Sehun mengangguk, mengiyakan.
Bola matanya membulat sempurna. "Tak bisakah kita beli kopinya di tempat lain?" tanya Sehun menghentikan langkah Jong In.
"Wae? Kopi di tempat ini enak. Kau harus coba."
"Tempat lain saja ya," ajak Sehun.
"Shireo! Kajja!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pandangan Pertama
Fiksi PenggemarMin Seok, namja yang memiliki kulit putih bak salju yang cukup populer di sekolahnya, ia tidak percaya jika cinta bisa datang saat pandangan pertama. Baginya, cinta itu tumbuh di antara dua orang yang saling mengenal satu sama lainnya. Akan tetapi...