Part XLII

21 2 0
                                    

"Aku tak tahu hal ini terlambat atau tidak untuk dikatakan, tapi noona akan melakukan penerbangan ke Jepang hari ini!"

"Aku tak tahu hal ini terlambat atau tidak untuk dikatakan, tapi noona akan melakukan penerbangan ke Jepang hari ini!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepenggal kalimat sukses membuat Min Seok menghentikan langkahnya. Meski enggan memutar tubuhnya ke arah asal suara, Min Seok tetap mempersiapkan telinganya baik-baik guna mendengar penuturan adik laki-laki Ha Na, Kim Jong In.

"Dan ku dengar, noona akan stay lama di sana atau mungkin menetap."

Bagai petir di tengah hari bolong, Min Seok cukup terkejut saat mendengarnya. Ia nyaris memutar tubuhnya tepat sebelum satu buah pesan masuk ke dalam ponselnya. Matanya yang kecil mirip mata kucing tersebut, terbelalak sempurna. Tanpa aba-aba lagi, Min Seok mengambil seribu langkah keluar dari tempat yang baru saja ia datangi.

"Yaa!"

Seruan Baek Hyun pun ia abaikan. Sebuah pesan singkat mampu merusak kerja otaknya dalam sekejap.

- Apa hubungan kalian baik-baik saja? Jika benar hubungan kalian baik-baik saja, kenapa Ha Na noona ingin ke Jepang dalam waktu yang lama? Bukankah sudah ku katakan padamu, hyung agar menjaga Ha Na noona? Aku tak ingin berbasa-basi terlalu lama. Intinya, aku tak peduli hubungan apa yang kalian jalani sekarang. Jika kau menyia-nyiakan Ha Na noona, aku bersumpah tidak akan memberimu kesempatan lagi. Ini kesempatan terakhirmu, hyung! Ha Na noona sekarang berada di Namsan Tower. Seharusnya ia masih berada di sana, mengingat penerbangannya masih tiga jam lagi. Segera atau kau akan menyesal hyung!" - Sehun.

Min Seok berlarian menuju mobilnya. Ia menancapkan gasnya kuat-kuat, membelah jalanan kota Seoul yang cukup padat kala itu. Ia pun meremas kemudi mobil hingga buku-buku jarinya memutih. Sepanjang perjalanan, kata demi kata pesan yang dikirim Sehun, terus menerus meracuni otaknya. Tidak lagi! Ia tak boleh kehilangan lagi! Mungkin memang sudah saatnya ia harus berjuang.

"Gajima Ha Na-ya, jebal," lirih Min Seok.

Min Seok segera memarkirkan mobil sesampainya di sekitaran Namsan Tower. Ia melirik jam tangannya berharap yeoja itu masih tinggal. Ia berlarian ke sana dan ke sini, mencari seorang Ha Na. Nafasnya tersengal saat tiba di atas menara. Nihil. Dari keramaian orang, ia tak dapat menemukan Ha Na.

"Aargghh!!"

Tak peduli reaksi orang-orang di sekitarnya saat mendengar ia memekik, Min Seok pun terus mencari. Sesekali ia terlihat mengacak rambutnya. Frustasi. Ke mana yeoja itu? Apa dia sudah ke bandara? Bukankah ini masih terlalu dini untuk penerbangannya?

Pertanyaan terus memenuhi isi kepalanya tanpa henti. Min Seok sudah kehabisan tenaga. Ia pun berjalan perlahan menyusuri tiap jengkal jalanan yang ada di Namsan Tower. Matanya tak luput mengawasi tiap sudut tempat hanya mencari sesosok Ha Na. Ia tak mau kehilangan lagi! Walau harus menyusulnya ke Jepang sekali pun, akan ia lakukan.

Cinta Pandangan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang