30.

6.7K 245 4
                                    

"Radit, kita bolos sekolah yuk," ajak Rizki, memasangkan wajah kesalnya. "Lo tau kan? Siang ini pelajaran Bahasa Inggris." Saat ini mereka sedang berada di belakang sekolah, berkumpul bersama kawan-kawan.

Radit membulatkan matanya. "Sekarang, Pelajaran Bahasa Inggris! Sial banget," umpatnya kesal.

Galang menatap keduanya bergantian. "Lha emangnya kenapa kalo ada pelajaran bahasa inggis? Hanya karna pelajaran bahasa Inggris, kalian bolos sekolah gitu aja?"

"Ah masa lo enggak ngerti sih Lang? Pelajaran Inggris kan gurunya galak bin cerewet," cerocos Rizki.

"Dan setelah pelajaran Inggris, nanti bakal lanjut pelajaran Ki-mia," jeda Rizki, berpikir dahulu. "Apalagi Kimia, pelajarannya susah banget. Piksss siang ini, setelah selesai istirahat gue mau bolos sekolah."

"Gak usah bolos sekolah, nongkrong aja disini, lagian enggak akan ketauan guru kan," saran Radit.

Galang memutar kedua bola matanya, menatap keduanya bergantian. "Eh, Radit, Rizki... kalian berdua aneh banget sih? Hanya karna gurunya galak dan pelajarannnya susah banget, kalian berdua bakal bolos sekolah gitu aja? Lo pikirin, kedua orang tua lo udah bayar sekolah mahal-mahal dan kalian berdua malah ngecewain orang tua."

Radit dan Rizki bericap bersamaan, "Tapi Lang-"

"Menurut gue sendiri iya, Daripada bolos-bolos sekolah enggak jelas hanya karna enggak ngerti pelajaran atau gurunya galak. Meningan kalian ikut belajar, kalo enggak ngerti kenapa enggak minta contekan sama murid yang pinter, siapa tau di kasih contekan. Dan kalau-pun gurunya galak kenapa kita enggak lawan aja," jeda Galang. "Gue cuman ngingetin aja, enggak maksa kalian buat belajar. Gue sendiri emang kayak kalian, malas belajar, tapi setidaknya enggak bolos-bolos sekolah juga. Buktinya, cewek juga suka ada yang jarang belajar, tiap hari kerjaannya cuman nyontek sama temen sebangkunya. Dan guru-pun kadang udah pada tau kalo muridnya suka nyontek, tapi mereka marah? Kebanyakan enggak, tapi nilai sikap-nya yang di kurangin."

Radit tertawa geli mendengar Galang ceramah. "Sejak kapan Galang suka ceramah?" tanya Radit.

Galang tidak menjawab. Ia hanya memutar kedua bola matanya. Lalu ia mengecek ponselnya. Sudah ratusan cewek yang mengirim pesan padanya di Instagram. Tapi tidak ada satupun yang Galang balas. Bukannya sombong ataupun sudah mempunyai pacar. Hanya saja, Galang malas untuk membalasnya. Tak terkecuali orang yang ia sayangi.

"Lang...Lang... pantesan aja gue jarang liat lo bolos sekolah, di kejar-kejar guru sampe jalan raya, tapi ternyata lo memilih belajar," ujar Rizki.

"Karna si Galang, orangnya enggak mau ambil resiko." Farel tiba-tiba datang sambil membawa satu cup pop mie.

"Kenapa jadi bahas gue sih?" tanya Galang masih setia menatap layar ponselnya.

"Karna lo orangnya aneh, lo itu anak baik-baik Lang? tapi kenapa lo mau aja gabung sama anak brandal kayak kita-kita? Kenapa lo enggak gabung sama siswa-siswa lain yang pintar, baik, sholeh. Kalau lo gabung sama kita-kita yang ada nama lo jadi ternodai."

Galang sengaja mengalihkan pembicaraan. "Ternodai?" Galang terkekeh geli mendengarkan ucapan Radit tadi. "Emangnya baju, ternodai? Haha... Uhuk, Uhuk, Uhuk..." Galang memegang dada-nya yang sesak. Galang menajamkan matanya. "Siapa yang ngerokok?! Uhuk...Uhuk..."

Rizki melengo sambil mengacungkan tangannya. "Gue, emangnya kenapa Lang? Lo mau? Nih gue kasih."

"Enggak!" Galang melotot pada Rizki sementara Farel tertawa sambil menyeruputi Pop Mie.

"Haha... Si Galang, ngerokok? Sampai kapanpun si Galang enggak bakalan mau ngerokok," jeda Farel menatap Galang yang menambahkan tajaman matanya. "Gue masih inget banget tuh Lang. Dulu, pas waktu SMP, lo baru pertama kalinya mau nyobain ngerokok pas baru hirup asap-nya langsung batuk-batuk, kejeng-kejeng, sesek nafas dibawa ke rumah sakit haha...."

Alma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang