Suasana di depan rumah Reina sangat ramai, jelas ramai. Malam ini adalah malam perayaan perunangan dirinya dan Farel yang ketiga tahun. Hubungan mereka sempat berakhir, namun karna Farel telah menjelaskan semuanya, Reina telah sadar.
Banyak Alumni siswa-siswi dari SMA Nusanjaya yang hadir di acara perayaan ini. Iya Alumni, karna mereka sudah keluar sekolah dan akan lanjut kuliah. Semua orang di sini tengah menikmati hidangan makanan dan minuman gratis yang telah di sediakan, dan ada juga yang tengah berdiri menikmati alunan lagu yang mengalun indah di halaman rumah ini.
Kolam renang, menjadi objek paling indah yang indah di acara ini. Karna beberapa lilin yang menyala, mengambang di atas air dengan sebuah mangkok yang menjadi wadah lilinnya.
Alma, gadis yang memakai Dress berwarna putih di atas lutut dengan rambutnya yang di gelung serta sejumput helaian poni curli menghiasi wajahnya. Gadis itu berdiri di sisi kolam renang. Ia melamun sendirian, tidak ada seseorang yang spesial menemaninya. Seperti ada Fragmen yang meminta Alma untuk mengingatnya. Dimana kenangan dulu, antara dirinya dan Galang. Mereka berdua hadir di acara Ulang Tahun Farel, pergi dari rumah, kesalon, makan-makan lalu berlanjut berdansa. Berdansa, itu adalah salah satu kenangan yang tidak akan pernah Alma lupakan.
"Alma," panggil seseorang.
Gadis itu menoleh kebelakang. Dan di dapati Reina yang tengah memakai gaun yang sangat indah, berwarna biru layaknya cinderalla.
Reina mendekat pada Alma. "Al, gue kangen sama lo," ucap Reina memeluk Alma tiba-tiba.
Alma tetap terdiam. Tidak membalas pelukan Reina.
"Alma, gue minta maaf sama lo. Gue udah salah paham sama lo, gu-gue emang sahabat terjahat yang pernah lo temui." Reina ingin menangis saat mengatakan hal itu, namun dia sadar, hari ini adalah acara pertunangannya. Apalagi make-up-nya yang tebal, yang bisa-bisa luntur bila ia menangis. "Alma sekali lagi gue minta maaf."
Alma membalas pelukan Reina. "Kamu enggak perlu minta maaf Rei, seharusnya aku yang minta maaf. Kalo aku enggak ke rumah sakit sama Farel berdua, mungkin kamu enggak akan salah paham."
Reina melepas pelukan Alma, dia tersenyum menatap Alma, ia sudah mengerti soal ini. "Lo emang sahabat terbaik gue. Kata Farel benar, 'sahabat itu segalanya, meskipun kita udah pernah nyakitin berkali-kali, tapi dia yakin, pesahabatan akan tetap bersatu lagi. Beda dengan cinta. Orang yang sedang berpacaran, terkadang mereka akan saling bermusuhan disaat semuanya berkahir.'"
Alma tertunduk. Kata-kata Reina barusan telah membuat dirinya ingat lagi pada Galang. Dan itu memang benar, 'Orang yang sedang berpacaran terkadang mereka akan saling bermusuhan disaat semuanya berakhir.' Karna Alma telah mengalami hal itu. Dirinya dan Galang saling membenci, tidak ada rasa kedamaian sedikitpun. Sampai-sampai keluarga Alma dan Galang telah mengetahui bahwa mereka sudah putus.
"Alma lo kenapa? Apa barusan gue salah ngomong sama lo?" Reina bertanya khawatir.
Alma menggeleng kepala pelan. "Enggak kok."
"Eh, eh, eh... Ada Alma sama Reina disini." Tiba-tiba Mauren datang bersama Rafa, mereka saling bergandengan tangan. "Kalian udah baikan iya?" tanyanya tersenyum meledek.
Reina memutar kedua bola matanya. "Lo mau apa lagi sih? Buat keributan lagi? Plizz, gue mohon sama lo jangan buat keributan disini. Masih untung gue undang lo ke acara ini."
Mauren tersenyum miring dengan tangan yang manja menggelantung di lengannya Rafa. "Itu lo tau, kalo gue mau bikin keributan disini."
Alma masih terdiam. Pikirannya masih kacau tentang Galang. Bahkan hari ini juga, Alma belum melihat Galang di acara ini. Mungkin ia tidak datang.
"Tumben lo sendirian?" tanya Mauren pada Alma. "Biasanya-kan sama Galang. Oh iya, gue lupa, kalo lo sama Galang kan udah putus. Kasihan..." Mauren berbicara dengan dramatisnya.
"Makasih udah kasihanin aku, karna putus sama Galang. Tapi aku ngerasa, aku enggak butuh kasihan dari kamu," jawab Alma dengan nada ketus. Sejak kapan Alma begini, Alma juga tidak mengerti. Mungkin sejak putus bersama Galang, sifat dirinya perlahan berubah.
"Oh gitu iya. Kalo lo nggak butuh ucapan kasihan, gue kasih ucapan selamat. Selamat lo udah putus sama Galang." Mauren mulai melangkah.
Entah disengja atau tidak sengaja. Tiba-tiba, bahu Mauren menyenggol bahu Alma. Tubuh Alma oleng, tidak seimbang. Sampai pada akhirnya tubuh Alma jatuh ke kolam renang.
Terdengar suara yang mengejebur. Orang-orang yang sedang beraktifitas mulai mencari asal suara. Dan di dapati Alma, yang mulai berdiri di tengah-tengah kolam yang tingginya hanya mencapai pinggang Alma.
Dengan perasaan kacau balau, Alma masih terdiam di tengah-tengah kolam itu. Seandainya, saat Alma jatuh ke kolam langsung ada yang menyelamatkan dirinya, seperti adegan-adegan yang ada di sebuah sinetron. Tapi tidak, itu semua tidak terjadi. Yang terjadi hanyalah Alma, yang berusaha sekuat mungkin untuk memutupi rasa malunya.
Hah? Apakah Alma berpikir bahwa orang yang menyelamatkan itu Galang. Tidak, tidak mungkin. Alma membenci Galang, dan sekarang ia masih mengharapkan Galang menjadi super hero-nya, sungguh Bodoh! Lagian, meskipun Alma berharap, tidak mungkin itu terjadi. Dan itu memang benar sesuai kenyataan, Galang tidak datang menyelamatkan Alma.
Reina masih terdiam, jantungnya berdenyut kencang. Entah apa yang harus ia lakukan. Farel baru saja datang di belakang Reina.
"Alma jatuh ke kolam karna apa?" bisik Farel bertanya. Namun tidak di jawab oleh Reina, ia masih syok dengan kejadian tadi.
Disilangkannya kedua tangan Alma menutupi dada-nya, terlebih lagi ia memakai dress berwarna putih dan diatas lutut. Membuat dress itu menjadi transfaran.
Orang-orang di sini seperti orang bego, semuanya malah terdiam menatap Alma. Bahkan ada yang tertawa ada juga yang merasa kasihan pada Alma.
Tatapan mereka semua semakin tajam, ketika seorang laki-laki yang memakai Jas berwarna hitam mulai turun dari tanggan kolam, menuju Alma. Sampai-sampai, celana-nya menjadi basah sampai paha.
Alma masih kian menunduk antara malu dan sedih dengan semua apa yang terjadi pada dirinya saat ini. Sampai-sampai Alma tidak menyadari kehadiran seorang pria yang ia harapkan menjadi super hero-nya, sudah datang berada dihadapannya.
Semenatara laki-laki itu masih terdiam. Lekat menatap wajah Alma. Dan juga dress-nya yang basah dan transfaran. Dibuka-nya, Jas hitam miliknya.
Tanpa sepengetahuan Alma, cowok itu memakaikan jas itu ke punggung Alma. Menutupi dress-nya.
Jantung Alma berdenyut kencang. Hati yang sudah runtuh seakan-akan terbangun lagi menjadi indah, hati yang gelap kini mulai terang, hati yang tergores sudah mulai sembuh tanpa bekas sayatan.
"Ga-galang?" Alma menatap wajah Galang tidak percaya. Dan lebih tidak percaya, tangan Galang mulai memegang kedua bahu Alma.
Tanpa berpikir panjang. Tangan Galang mulai menyelusup ke punggung tengah Alma, lalu memeluk Alma dalam rengkuhan. Galang mengambil nafas dalam-dalam sambil memejamkan matanya. Menikmati sensasi setiap denyutan jantung dirinya dan Alma yang berdetak kencang.
Alma ingin berontak dari pelukan Galang. Tapi tidak terjadi. Mungkin pelukan Galang begitu tulus, begitu hangat dan begitu nyaman sehingga membuat Alma enggan untuk melepaskannya. Tanpa rasa malu atau apapun, Alma baru membalas pelukan Galang.
Mereka berdua berpekukan di tengah-tengah kolam dengan cahaya lilin yang masih menyala sebagian, menerangi indahnya malam, menikmati Angin segar dan menikmati kerinduan yang sudah lama terpendam.
Rindu terpendam yang telah roboh, hancur begitu saja, karna kenangan, kenangan itu terus saja menghantui di setiap malam.
Mereka berpelukan, tanpa memikirkan orang-orang yang di sekitar. Yang mereka pikirkan, hanyal kerinduan yang sudah lama mereka tinggalkan.
"Aku rindu sama kamu, Al," bisik Galang pelan membuat satu titik air mata jatuh menghiasi pipi mulus Alma.
TBC~
Bandung, 15-Oktober-2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alma
Teen Fiction"Singkat banget sih jawaban lo! Padahal ngomong itu gratis gak pake uang, pulsa ataupun kuota." Galang terlalu kejam memperlakukan Alma sekasar itu. Sedangkan Alma sosok pendiam yang tidak mudah memberontak ketika ada yang mengusik kehidupannya. Gal...