Di malam hari yang kelam. Bulan yang di temani bintang-bintang. Gadis yang bernama Alma sedang melamun, sambil menyandarkan kepalanya pada dada Mamah-nya, yang tidak lain Bi Lilis.
"Mah, tadi," jeda Alma menghela pelan. "Alma ketemu sama Ayah di jalan."
Diusapnya, rambut panjang Alma oleh tangan Bi Lilis. "Ketemu Ayah, bagus dong. Ayah nanya apa sama kamu?"
Alma menggeleng kepala pelan. "Ayah enggak nanya apa-apa sama Alma dan cuek. Dan kejadian itu pas Alma lagi pulang sekolah bareng Kak Angga. Alma merasa sedih Mah, masa Ayah sendiri enggak nanya sama anak kandungnya, Alma ngerasa Ayah enggak ngaku Alma anaknya. Beda banget sama Kak Angga. Ayah memperlakukan Kak Angga layaknya seorang anak. Mungkin ayah sayang banget sama Kak Angga karena lahir dari wanita yang dicintainya." Hati Alma remuk. Mata Alma berkaca-kaca. Begitipun dengan Bi Lilis, sadar betul bahwa dia menikah karena perjodohan. "Ayah enggak sayang sama Alma. Dan Ayah juga benci Alma."
Bi Lilis hanya tersenyum menanggapi ucapan Alma walau hatinya sekarang terasa perih seperti apa yang Alam kini rasakan. "Kalau emang Ayah benci Alma. Mungkin Kak Angga juga bakal di larang Ayah buat deket sama kamu."
Bibir mungil Alma bergetar, ia ingin menangis, tapi tetap di tahan. "Mah, Alma juga mau cerita satu hal lagi sama Mamah. Tapi janji, Mamah jangan ngambek sama Alma."
Dahi Bi Lilis bergelombang. "Memangnya apa Al?"
Alma berdiri dari sandarannya Bi Lilis. "Tapi janji, Mamah jangan marah," ingat Alma sekali lagi.
Bi Lilis tersenyum. "Bicara aja, Mamah enggak akan marah sama kamu."
Alma mengangguk samar. "Jadi, pas Ayah pergi setelah ketemu Kak Angga dan Alma. Alma nangis," ucapnya menggigit bibir bawah. "Karna Ayah enggak nanya dan nyuekin Alma. Jadi Alma merasa sedih, padahal Alma kangen banget sama Ayah." Alma memeluk Bi Lilis.
Mata Bi Lilis berkaca-kaca. Ia bungkam. Tidak tahu apalagi yang harus ia jawab.
Alma meneruskan lagi ucapannya, "Pas Alma nangis, Kak Angga meluk Alma buat nenangin Alma yang lagi nangis." Jantung Alma berdebar, ia takut Mamah-nya marah. "Terus Galang liat Alma sama Kak Angga pelukan, dan salah paham sama Alma. Padahal Kak Angga peluk Alma buat nenangin Alma yang lagi nangis tapi Galang nyimpulin kalo Alma selingkuh."
"Galang, Galang, Galang..."
Obrolan antara Alma dan Bi Lilis teralihkan ketika mendengar suara Wulan yang sedang memanggil anak satu-satunya.
Bi Lilis dan Alma segera keluar dari kamarnya, menghampiri Wulan yang sudah berada di depan pintu kamar Alma.
"Alma, kamu liat Galang?" tanya Wulan.
Alma menggeleng pelan. "Enggak Tante," jawab Alma. Bahkan dari pulang sekolah-pun Alma tidak melihat Galang sama sekali.
"Galang kemana iya? Soalnya saya enggak liat Galang dari pulang sekolah sampai sekarang. Saya takut aja Galang kenapa-napa? Biasanya suka kabarin saya kalau mau pergi kemana-mana." Wulan memijat keningnya, frustasi. "Saya tau, Galang suka main malem sama temen-temennya, dan saya juga tau dimana tempat Galang suka main karna Galang suka ngabarin saya. Tapi sekarang, enggak ada kabar sama sekali dari pulang sekolah sampai sekarang, dan sekarang udah pukul sembilan malem."
Alma bungkam. Apakah ini karnanya? Karna tadi Galang melihat Alma berpelukan dengan Angga membuat Galang tidak ada kabar sama sekali? Pantesan saja, Alma chatt Galang tidak ada balasannya sampai sekarang.
"Iya udah Tante, Alma mau nyari informasi dulu, dimana Galang," ucap Alma pada Wulan.
Wulan mengangguk. Kemudian dia berjalan menuju ke lantai dua, diikuti oleh Bi Lilis dari belakang. Takut bila Wulan kenapa-napa, apalagi sekarang di rumahnya sedang tidak ada Ginanjar karna sibuk bekerja.
Sementara Alma, gadis itu sibuk chatt Galang, tapi tidak ada balasan juga. Di telpon, apalagi. Ponsel Galang sedang tidak aktif.
"Oya, telpon temennya Galang, siapa tau ada yang tau Galang dimana."
Rizki adalah nama yang pertama Alma lihat di layar ponselnya. Tanpa basa-basi, Alma langsung menelpon.
"Hallo," sahut Rizki dari sebrang telpon. "Tumben telpon gue, kangen iya..."
Alma menggeleng kepal keras. "Ih siapa yang kangen, Aku telpon karna aku mau nanya. Kamu tau Galang lagi ada dimana?"
"Galang? Gue enggak tau Galang dimana? kenapa emangnya?" tanya Rizki.
"Mamah-nya nyariin," jawab Alma.
"Palingan ada di rumah si Radit kalo jam segini mah. Biasa, pasti main game berdua."
Alma tersenyum. "Ok makasih iya infonya," ucap Alma senang karna mendapat kabar dari Rizki, meskipun belum sepunuhnya Galang ada di rumah Radit.
Lalu memutuskan telpon bersama Rizki.
Kemudian Alma menelpon Radit. Tapi cowok itu masih belum mengangkat telpon Alma. "Mungkin lagi sibuk main game sama Galang kali iya?" Alma berpikir sejenak. Lalu Alma mulai lagi menelpon Radit berkali-kali. Tapi... ah sial! Radit belum saja mengangkat telpon Alma.
"Hallo..."
Alma tersenyum senang ketika Radit mengangkat telpon Alma. "Hallo Dit, kamu lagi sama Galang enggak? Kalo lagi sama Galang, tolong bilangin Mamah-nya nyariin dan suruh pulang aja sekalian."
"Aduh Al, malem ini gue enggak lagi sama Galang. Tapi sama cewek hehe... Udah iya telponnya, gue lagi kencan nih. Jangan gangguin lagi."
Tutt...Tutt...Tutt
Alma membulatkan matanya. "Gangguin? Ih padahal-kan aku enggak tau kalo Radit lagi sama cewek!" cibir Alma.
Alma berdiri dari kursi tempat belajarnya lalu berpikir siapa yang akan di telpon lagi. "Farel, aku belum telpon Farel, mungkin Farel tau Galang ada dimana."
Tangan Alma sedikit bergetar karna dari tadi belum tau dimana keberadaan Galang sekarang. Alma mulai melenelpon Farel.
"Hallo," sahut Farel dari sebrang telpon.
"Farel kamu tau dimana Galang sekarang? Atau kamu lagi sama Galang kan? Rel, Mamah-nya Galang nyariin. Tolong bilangin dong, pliss... dan sekalian suruh pulang aja." Alma memohon dengan degupan jantung yang memburu.
"Oh Galang, si Galang-kan lagi di Rumah sak-"
DEG...
Perlahan Alma duduk di pinggir kasur. Jantungnya berdebar. "Ma-maksud kamu apa Rel?" tanya Alma lagi.
Farel tidak menyahut.
Tangan Alma bergetar. "Rel, maksud kamu apa?"
"Hah? Maksud gue Rumah Sakti. Nah iya, Galang lagi ada di rumah Sakti."
Dahi Alma bergelombang. "Enggak! Kamu pasti bohong kan. Galang enggak punya temen yang namanya sakti." Mata Alma berkaca-kaca. Nafasnya memburu.
Farel masih terdiam.
Bibir mungil milik Alma bergetar. "Farel, Galang ada dimana sekarang? Maksud kamu Galang ada di rumah sakit?"
Farel tetap diam.
"Rel... Farel."
"Eh-, Galang ada... Emm gue jemput lo sekarang aja iya kalo mau ketemu Galang, lagian Galang bukan ada di rumah sakit."
"Tapi tad-"
Tutt...Tutt...Tutt
Hati Alma berdegup kencang. Ada apa dengan Galang? Apakah Galang memang sedang di rumah sakit? Bila memang benar, lalu dia kenapa?
TBC~
Bandung, 01-November-2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Alma
Teen Fiction"Singkat banget sih jawaban lo! Padahal ngomong itu gratis gak pake uang, pulsa ataupun kuota." Galang terlalu kejam memperlakukan Alma sekasar itu. Sedangkan Alma sosok pendiam yang tidak mudah memberontak ketika ada yang mengusik kehidupannya. Gal...