27.

6.6K 300 12
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA

GUE HARAP SEDIAKAN OKSIGEN KALO MAU BACA CERITA DI PART INI CKK...

Keesokan harinya tiba-tiba Galang mengajak Alma kesuatu tempat di malam hari seperti ini. Tapi Galang sudah izin pada Mamahnya sendiri yang tidak lain Wulan. Dan juga Izin pada Bi Lilis, Mamahnya Alma.

Saat ini, Alma tengah diboncengi oleh Galang dengan motornya.

"Ga-galang kita mau kemana?" tanya Alma.

"Hmm, gue gak tau," jawab Galang membuat Alma mengerutkan alisnya. "Tapi liat aja nanti, karna sekarang gue lagi cari tempat yang pas buat gue dan lo."

Alma terdiam. Entahlah, ia tidak mengerti apa yang akan Galang lakukan sekarang?

***
Pukul: 21:00
"Galang kamu bawa aku kesini?" tanya Alma mengamati tempat ini. Dimana Galang yang telah membawanya kesini.

Ketika Galang memberikan senyuman manis pada Alma. Alma langsung menunduk malu. Sungguh ia tidak mengerti pada kelakuan Galang saat ini?

"Gue tau, tempat kayak gini udah enggak asing lagi buat semua orang. Tapi menurut gue, tempat ini udah ngebuat gue nyaman." Galang tersenyum hambar.

Kemudian Alma melanjutkan ucapan Galang, "Dan yang lebih jelas lagi pemandangannya sangat indah dan menakjubkan." Alma mengembangkan senyuman, menatap kerlap kerlip lampu di seluruh kota jakarta yang terlihat jelas. Dan mereka berdua sedang berada di sebuah balkon Rumah Vila milik keluarga Galang.

"Gue enggak nyangka kalau jawaban lo bakal kayak gitu."

Alma menatap Galang tidak mengerti. "Terus aku harus bilang kalau pemandanganya enggak indah?"

"Andai lo tau, kalau jawaban lo tadi itu udah sempat ngebuat hati gue hancur." Galang melipatkan tangan di depan dadanya.

"Ha-hancur? Maksud kamu?" tanya Alma tidak mengerti menatap wajah Galang yang begitu lesu dengan kepala menunduk dan tidak lupa lipatan tangan itu mulai lepas dari depan dadanya.

Galang menghela berat. Kemudian ia menatap Alma datar. "Lo enggak perlu tau kenapa jawaban lo tadi itu udah ngebuat hati gue hancur."

"Aku emang enggak ngerti apa isi hati kamu, Galang. Tapi kamu harus tetap bersabar seperti pemandangan kota ini." Alma kembali menatap kerlap-kerlip lampu di kota ini yang sangat menakjubkan.

"Kayak pemandangan kota ini?"

Alma kembali menatap Galang dengan berani. "Iya. Aslinya dia memang gelap namun dia menjadi indah nan terang hanya karna sang kerlap-kerlip lampu menghiasi kotanya. Dan hati yang sakit ada kalanya menjadi sembuh hanya karna ada seseorang yang telah membuatnya bahagia."

Galang tersenyum menatap Alma. Menatap wajah yang selalu menunduk disetiap ia melihatnya. Namun kini ia tidak menunduk disaat Galang menatapnya. "Dan sekarang hati gue udah bahagia," ucap Galang.

"Bahagia?"

"Iya Bahagia. Bahagia hanya karna seorang cewek cupu yang udah pernah ngebuat gue kesel karna selalu nundukin kepala disetiap gue natapnya dan dia adalah Alma Ainazahra," jeda Galang. "Tapi anehnya? Sekarang dia enggak nunduk pas lagi gue tatap wajah manisnya."

DEG

Jantung Alma berdetak tak karuan. Rasanya, dia seperti tengah melambung tinggi ke luar angkasa.

"Pipi lo udah keliatan merah kayak gitu, apa gue harus gombalin lagi biar pipi lo tambah merah?" goda Galang melangkah mendekat pada Alma.

Namun Alma malah memundurkan kakinya disetiap Galang melangkah yang berusaha mendekati dirinya.

"Kenapa lo mundur dan menjauh dari gue? Apa gue harus tetap melangkah kemudian narik lo kedekapan gue agar lo menjadi milik gue?"

Alma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang