32.

5.5K 225 0
                                    

Bel istirahat berbunyi di sekolah SMA Nusanjaya. Semua siswa-siswi berkeluaran, untuk pergi beristirahat. Dan kebanyakan mereka pergi ke kantin. Tapi tidak dengan Alma, gadis itu masih setia duduk di bangku kelasnya sendirian, ia sendirian di kelas. Meskipun berulang kali Reina mengajaknya ke kantin tapi Alma menolaknya.

Alma tengah menghapal dan mempelajari pelajaran-pelajaran sebelumnya untuk persiapan UAS minggu depan.

"Jangan terlalu pokus banget sama pelajaran, sampai-sampai kamu lupa sama diri kamu sendiri," ucap seseorang menatap Alma di depan bangkunya.

Alma mengerutkan alisnya lalu gadis itu menengadahkan kepalanya. "Kak Angga," gumam Alma. "Kakak ngapain kesini?"

Angga tersenyum. "Emang kenapa kalo Kakak kesini? Kamu marah sama Kakak. Dan kamu masih marah sama kejadian-kejadian dulu Kakak soal nyakitin Galang?"

Alma menggeleng pelan. "Itu masalalu, aku udah lupain. Tapi kenapa kakak bahas itu lagi?" tanya Alma. "Udahlah Kak, lagian aku udah lupain soal itu." Alma kembali pokus pada buku tanpa membacanya.

"Kakak udah bilangkan, jangan terlalu pokus sama pelajaran sampai kamu lupa sama diri kamu sendiri," ucap Angga kembali ke awal pembahasan tadi. "Kamu pasti laper kan, Kakak bawain kotak makanan buat kamu." Angga memberi kotak makanan yang ia pegang dari tadi kepada Alma.

Alma memengadahkan kepalanya, menatap Angga sambil tersenyum manis. Dan disaat itu juga, Galang baru saja ingin masuk ke dalam kelas menghampiri Alma dengan wajah berbinar. Namun tiba-tiba...

Mata elangnya langsung terpancar tajam, hatinya tiba-tiba dipenuhi api kecemburuan dan dibalik wajahnya telah di hiasi kemarahan. Galang memutar kedua bola matanya, ia langsung pergi lagi dari tempat ini. Lagian ia tidak minat lagi untuk menemui Alma setelah melihat adegan tadi.

Kedatangan dan kepergian Galang barusan, tidak di ketahui Alma maupun Angga. Mereka berdua sama-sama tidak menyadarinya. Padahal, tubuh tegap Galang begitu jelas berdiri di balik pintu, saat tadi.

Alma menggeleng pelan. "Makasih Kak, tapi aku enggak lapar." Memang benar, Alma tidak lapar. Kalau ia lapar, mungkin sekarang juga ia akan pergi ke kantin.

Angga tersenyum. "Oh, iya udah, Kakak enggak maksa."

Alma mengangguk pelan. Ia tetap menatap buku pelajarannya tapi tidak di baca ataupun di hapal. Alma merasa risih bila berdekatan dengan Angga. Dan Angga, masih tetap berdiri di depan meja milik Alma.

Alma menatap Angga. "Kakak, ngapain masih disini?" tanyanya.

"Emangnya kenapa kalo kakak masih ada disini. Kakak takut aja kalo Galang deketin kamu," ucap Angga.

Alma memgerutkan alisnya. "Kak, Galang itu pacar aku. Dan apa masalanya kalau Galang deketin aku. Dia punya hak buat deketin aku, karna dia pacar aku," tegas Alma kesal.

Angga memutar kedua bola matanya. Ia masih seperti dulu. "Alma, Kakak tau, kamu pacar Galang-"

"Kalau Kakak tau aku pacaran sama Galang, lalu kenapa Kakak ngelarang Galang buat deketin aku? Kenapa Kak?" jeda Alma. Angga terdiam. "Aku tau, Kakak itu kakak aku, tapi kakak enggak seenaknya ngelarang Galang buat deketin aku."

"Alma, Galang itu jahat, dia enggak serius pacaran sama kamu, dia itu cowok PHP dan ngapain kamu masih bertahan sama dia," ucap Angga dengan nada tinggi.

Hati Alma terasa tercekat mendengar runtuyan ucapan Angga. Apa dia sepercaya itu pada Angga, kakaknya. Alma menggeleng pelan. "Aku enggak percaya.

Angga memutar kedua bola matanya. "Kakak enggak bisa buktiin sama kamu. Karna Kakak ingin kamu tau sendiri," ucapnya berjalan meninggalkan Alma.

"Bagaimana aku bisa tau kalo kakak enggak buktiin semuanya sama aku?" ucap Alma, berdiri dari meja, menatap punggung Angga.

Angga berhenti berjalan. Ia melirik pada Alma sekilas, lalu berjalan kembali. Meninggalkan Alma sendirian.

Alma terdiam. "Alma kamu percaya gitu aja sama Kak Angga. Enggak! Enggak mungkin Galang kayak gitu. Galang enggak php sama aku," batin Alma. Alma tidak percaya tapi mengapa Angga begitu serius mengatakan hal itu padanya.

Daripada bertanya-tanya pada diri sendiri. Alma memilih untuk menanyakan semuanya tentang Galang pada Angga sekarang. Percaya, tidak percaya, Alma akan tetap bertanya.

Alma sedang berjalan di koridor sekolah. Mencari sosok seorang laki-laki yang tidak lain Angga. "Angga kemana iya?" Alma melirik kesana kesini tapi mengapa Angga tidak ada. Padahal Angga baru saja pergi. Tapi cowok itu sangat cepat menghilangnya. "Padahal aku mau tanya lagi soal Galang."

Alma berhenti berjalan, mengambil nafas terlebih dahulu. "Angga kemana iya?" tanya Alma pada diri sendiri.

"Kamu ngapain nyari-nyari Kakak?"

"Eh-" Alma terlonjak kaget karna Angga tiba-tiba datang di belakangnya. "Aku mau tanya soal yang tadi." Yang Alma maksudkan adalah soal Galang.

"Kenapa tanya sama Kakak? Kamu bisa kan, tanya langsung sama Galang-nya."

***

"Lo kenapa?" tanya Farel menatap Galang yang tengah mengacak-ngacak rambutnya. Mereka berdua sedang berada di taman sekolah.

Galang menatap Farel sekilas, tanpa menjawab pertanyaan Farel tadi. Ia sangat malas sekali untuk menjawab.

"Tadi," jeda Farel duduk di sebalah Galang. "Gue liat Alma sama Angga di kelas berduaan."

Galang menghela pelan. "Gue udah tau itu, dan lo ngapain buat kasih tau gue?" Menatap Farel.

Farel tersenyum miring. "Gue kira lo enggak tau, makanya gue kasih tau," jawabnya. "Lo cemburu?"

Galang terdiam. Tanpa menjawab sepatah kata apapun lagi pada Farel.

Farel mengangguk, ia mengerti dengan perasaan Galang saat ini. "Seharusnya Angga tuh harus ngerti, kalo Alma itu udah pacaran sama lo."

Galang menundukan kepalanya. "Gue udah berkali-kali ngehalangin Angga buat deket Alma dari dulu, tapi dia masih tetep aja bersi keras buat deketin Alma. Sebenernya dia siapanya Alma sih?" Galang menatap Farel.

Farel menggeleng pelan. Tandanya ia memang tidak tahu.

Galang memutar kedua bola matanya. Hatinya terasa perih, hanya karna melihat Angga berduaan di kelas bersama Alma. "Lo ngertikan perasaan gue sekarang Rel? Mungkin, orang berpikir gue itu lebay. Iya mungkin lebay banget kali iya? Coba lo pikirin, hanya karna liat Alma berduaan sama Angga, gue jadi lemah kayak gini," jeda Galang. "Kenapa gue cemburu banget iya?"

Farel mengangguk. "Iya gue ngerti perasaan lo sekarang, dan siapa yang enggak cemburu liat pacar berduaan sama orang lain. Tapi, sebelum lo berburuk sangka sama mereka, lo cari dulu informasinya. Siapa tau mereka bahas pelajaran."

Galang memutar kedua bola matanya. "Bahas pelajaran?" Galang tersenyum miring. "Kalo mereka bahas pelajaran, ngapain Angga bawa-bawa kotak makan segala buat Alma dan lebih parahnya lagi, Alma malah senyum sama Angga pas Angga kasih kotak makannya?"

"Kalo lo cemburu, kenapa lo enggak labrak aja Angga tadi?"

Galang terkekeh. "Mereka berdua lagi bahagia, dan kalo gue datang, yang ada kebahagiaan mereka pudar karna gue Rel." Galang tertawa tapi mungkin hatinya dipenuhi sayatan luka. "Padahal gue mau bicara sesuatu sama Alma, sesuatu yang udah gue sembunyiin selama ini, dan sekarang Alma berhak tau biar enggak ada kesalah pahaman," ucap Galang.

Farel tersenyum. Ia mengerti semuanya. Bahkan sangat mengerti.

TBC~
Bandung,31-Oktober-2018

Alma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang