29.

6.2K 258 4
                                    

Semua hari-hari indah antara Galang dan Alma, telah terlewati. Mereka masih bertahan pacaran sampai sekarang. Bisa di bilang, mereka sudah pacaran hampir setengah tahun.

***

Alma. Gadis itu sedang membukakan kenop pintu kamar Galang dengan membawakan segelas susu dingin yang tengah di pegang ditangannya. Jantungnya berdebar tak karuan ketika ia masuk ke kamar Galang. Takut bila Galang tidak memakai baju lagi seperti dulu.

Satu langkah masuk kekamar Galang. Alma menghela tenang. Tenyata Galang masih memakai baju.

Galang yang sedang duduk di pinggir kasur, tersenyum menatap Alma. "Buat susu-nya kok lama banget? Kamu ngapain dulu di dapurnya?" tanya Galang.

Alma menggigit bibir bawahnya. Tanpa basa-basi, Alma langsung memberikan segelas susu dingin itu pada Galang.

Galang berdiri lalu membawa segelas susu itu di tangan Alma. "Makasih Sayang, udah buatin susu dinginnya. Tapi kamu masih inget kan? Kalo buat susu untuk aku, enggak boleh pake gula okay."

Alma mengangguk, samar. "Aku masih inget," jawab Alma singkat. Kemudian Alma menunduk malu ketika Galang menatapnya sambil senyum-senyum tidak jelas.

Galang meminum segelas susu itu terlebih dahulu lalu menyimpan gelas yang sudah kosong itu di atas meja. Kemudian menatap Alma kembali. "Kita kan udah pacaran. Dan kamu akan tetap kayak gini?" tanya Galang. "Selalu nundukin kepala disetiap aku ngeliat kamu."

Rasanya aneh jika mendengar ucapan Galang pake aku dan kamu. Alma tetap menunduk. "Lalu? Aku harus natap kamu terus disetiap kamu natap aku?" tanya Alma dengan polosnya.

Galang tersenyum lebar. "Iya, kamu..." Menarik lengan Alma kedekapannya. "Harus natap Aku disetiap aku ngeliat kamu," bisiknya tepat dipinggir telinga Alma.

Jujur, Jantung Alma berdetak tak karuan. Dan yang lebih parahnya lagi. semakin Galang bersikap seperti ini padanya, Semakin malu jika ia berdekatan dengan Galang. "Galang lepasin." Alma berontak.

Galang malah merapatkan Alma kedekapannya. "Nggak, aku nggak mau lepasin kamu sebelum kamu natap aku," paska Galang dengan nada selembut mungkin.

"Ga-lang nanti ada yang liat kita. Dan ini udah malem," ucap Alma.

"Oya? Emang kenapa kalo ada yang liat kita?"

Alma menghela jengan dengan kepala yang masih menunduk. Ia malu di tatap terus oleh Galang dan di perlakukan seperti ini. "Kalo ada yang liat kita, nanti ada yang berburuk sangka sama kita. Kita kan bukan muhrimnya," jelas Alma.

Ceklekkk... suara kenop pintu akan terbuka.

Galang mengangguk mengerti. Ia mengerti tapi tetap saja tidak menuruti ucapan Alma untuk melepaskan tangan di lengannya yang membuat Alma merapat kedekapan Galang. "Kalo gitu kita nik-"

Dciitttt...

"Uhukk...Uhukkk..."

Dalam waktu yang bersamaan, Galang dan Alma membulatkan mata lalu menatap ke arah pintu bebarengan.

Dengan sigap. Galang melepaskan tangannya dari lengan Alma dan memberi jarak anatara dirinya dengan Alma. "Pa-pah? Papah ngapain kesini?" tanya Galang gelagapan.

Ginanjar mengangkat sebelah alisnya. "Harusnya Papah yang tanya sama kamu Galang? Ngapain kamu peluk-peluk Alma?" Galang menggeleng kepala. "Hmm Papah ganggu kalian berdua iya? Iya udah Papah mau keluar lagi," lanjutnya pergi keluar dari kamar Galang.

Galang segera menghampiri Ginanjar. "Pah tungguin Galang." Menyekal tangan Ginanjar, membuat Ginanjar berhenti berjalan. "Pah, Papah jangan marah sama Galang ataupun Alma. Yang Papah liat tadi enggak seperti yang Papah pikirkan."

Alma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang