43.

12.8K 335 6
                                    

"Alma, cowok kayak gue emang gak pantes buat di maafin. Tapi dengan kata maaf, hati gue akan tenang meskipun lo gak akan maafin gue," ucap Galang saat baru pulang dari acara perayaan pertunangan Farel dan Reina yang ketiga tahun.

Mereka berdua berjalan di pinggir jalan raya menuju halte yang lumayan jauh. Mereka berdua akan menunggu kendaraan yang akan mereka tumpangi untuk pulang ke rumah. Meski ini sudah malam, jalan raya di sini masih ada beberapa mobil dan motor yang berlalu lalang.

"Tanpa kamu minta maaf, aku udah maafin kok," jawab Alma. "Galang, kita bukan anak kecil lagi, yang akan saling membenci hanya karna hal sepele. Seharusnya saat itu, aku harus ngerti keadaan kamu."

Galang mengela nafas pelan sambil berjalan pelan dan canggung. "Gue juga seharusnya ngerti perasaan lo saat itu. Maaf, gue udah sakitin lo berkali-kali. Lo udah tau kan semuanya? Kalo gue sama Aila itu udah mantan bukan pacar."

Alma mengangguk. "Aku udah tau, dan aku minta maaf atas nama Angga, karna udah buat Aila celaka. Dan itupun karna enggak sengaja," jelas Alma masih cemas dengan Galang. Apakah Galang masih membenci Angga? Alma tidak tau.

Galang berhenti berjalan. "Gue udah tau semuanya. Dan ini karna Farel juga yang jelasin, kalau bukan karna dia, mungkin sampai sekarang juga, gue akan tetep benci Angga."

"Alma, lo mau tau alasan gue cinta sama lo?"

Alma masih terdiam. Namun Galang akan tetap menjawabnya.

"Gue nggak pernah niat buat lo jadiin pelampiasan dari Aila. Itu semua bohong. Yang sebenernya, gue cinta lo karna sifat lo hampir mirip sama Aila, dan itu ngebuat gue suka sama lo. Tapi bukan berarti, lo, gue jadiin pelampiasan dari Aila."

Alma masih tetap terdiam. Ia lebih memilih diam daripada salah berbicara.

"Alma, lo mau balikan gak sama gue?" tanya Galang langsung ke inti.

Alma masih terdiam dan menatap Galang ragu.

"Gue tau, gue bersalah dan gue udah nyakitin lo berkali-kali. Tapi apakah lo masih ngasih kesempatan ke gue buat ngisi hati lo lagi?"

Alma menggigit bibir bawahnya sambil mengangguk satu kali.

"Jadi? Kita pacaran lagi? Yes..."

***

Galang dan Alma sedang berada di balkon Vila, mereka berdua menikmati angin semilir di sore hari.

"Cinta aku ke kamu itu bagaikan angin iya Al," ucap Galang memecah keheningan. Lo gue sudah berakhir dan kini hanya tertinggal Aku Kamu di antara mereka berdua.

Alma mengerutkan alisnya. "Angin kan selalu datang lalu pergi meninggalkan aku gitu aja. Jadi yang kamu maksudkan itu?"

Galang tersenyum samar. "Iya sih, banyak orang yang bilang kayak gitu, salah satunya kamu. Tapi, apakah aku ninggalin kamu?" Galang balik bertanya.

Alma menggeleng pelan. "Jadi? Maksud kamu apa?"

"Yang aku maksudkan. Aku pernah datang ke hidup kamu, memberi kebahagiaan dan kasih sayang. Semakin besar kasih sayang itu, semakin besar juga cintanya. Namun pada akhirnya, tanpa aku sadari, aku telah membuat kamu terluka. Seperti hal-nya dengan Angin, yang selalu memberi kesejukan pada orang-orang, bahkan kesejukan itu dalam beberapa menit akan semakin besar dan besar. Hingga pada akhirnya, Angin itu malah membuat orang sakit."

Alma mengangguk samar. "Kenapa kamu bisa bedain cinta sama Angin?"

"Karna aku pernah ngerasaain bagaimana rasanya menyakiti hati seseorang. Dan aku juga pernah ngerasain bagaimana rasanya meriang." Galang tertawa menatap wajah Alma yang begitu cantik. "Iya meriang, orang yang butuh kasih sayang."

Alma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang