Hai haii readers... sampai jumpa kembali. Langsung aja iya baca... jangan lupa vote-nya.
MAAF BILA ADA TYPO ATAU KESALAHAN DALAM PENULISAN
***
Kring...kring...kring
Suara bel pulang sekolah berbunyi, saatnya semua siswa-siswi bersiap-siap pulang sekolah. Di setiap koridor dikerumuni murid yang sedang akan bersiap-siap pulang menuju rumah.
"Alma, gue duluan iya. Gak apa-apa kan?" tanya Reina.
Alma mengangguk sambil tersenyum manis. Sepertinya cewek itu tidak akan pernah lepas dari senyuman manisnya. Jelas manis, setiap Alma tersenyum akan menunjukan lesung pipi yang membuat dirinya terkesan imut.
"Tapi ..." Reina berpikir sejenak membuat Alma mengerutkan alisnya, tidak mengerti. "Gue takut lo di apa-apain sama Galang," lanjutnya.
"Rein, kamu tenang aja. Aku gak bakal kenapa-napa kok," jawab Alma.
"Ok, gue duluan ya. Bye!"
***
Di tengah-tengah perjalanan koridor sekolah yang masih ramai. Alma berhenti berjalan, mengingatkan sesuatu yang tertinggal di kelasnya. Ia mencoba mengingat apa yang tertinggal di kelasnya. Lalu Alma mengecek terlebih dahulu tasnya sebelum ia capek-capek kembali ke kelas.
"Buku? Buku Biologi," ucap Alma. "Untungan aku cek dulu kalau enggak nanti bisa ketinggalan dan gak bisa menghapal buat ulangan," lanjutnya.
Alma segera kembali ke kelasnya yang berada di lantai dua, dengan kaki yang lumayan pegal akibat tadi berolahraga di siang hari yang terik membuat Alma sedikit lemas menaiki anak tangga itu yang lumayan tinggi. Alma melanjutkan perjalanan menuju koridor lagi yang berada di lantai dua. Angin spoi-spoi menerpa wajah Alma yang kucel dan banyak keringat.
Ckliiik.
Alma membuka pintu itu dengan perlahan-lahan.
"Cewek cupu!"
Alma kembali mendongak ketika Galang sudah berada didalam kelas bersama gerombolan teman-temannya yang lumayan banyak bisa di bilang sepuluh orang bersama Galang, dan Galang sedang duduk di meja milik Reina dengan satu kaki terangkat ke kursi milik Alma sementara teman-temannya duduk di belakang Galang, membentuk melingkar.
Alma masih terdiam dengan jantung yang berdebar. Rasa takut mulai menghantui diri Alma. Bagaimana tidak, Hanya Alma seorang cewek yang berada di kelas itu sementara semua anak cowok itu tersenyum senang terkecuali Galang yang serius menatap Alma.
"Lang tuh cewek, kita apain Lang? Jadi santapan aja lang," ucap salah satu teman Galang bertanya pada Galang.
Jantung Alma serasa tercekat mendengar ucapan itu. Ia ingin pergi dari tempat ini, Tapi ... buku miliknya belum terbawa dan masih di kolong meja.
"Jangan mau nyantapin cewek cupu kayak dia." Galang tersenyum menatap Alma yang masih menunduk. "Lo ngapain kesini lagi? Bukannya udah pulang tadi sama Reina?" tanya Galang pada Alma.
"A-aku cuman mau bawa bu-ku," jawab Alma terbata-bata serta tubuhnya nyaris bergetar.
"Buku?" Galang kembali tersenyum, meledek. "Biasa dia tuh anak rajin dalam belajar. Tapi sayangnya, dia rajin berbohong sama Mama gue," lanjut Galang berucap pada teman-temannya.
Alma menatap Galang merasa kesal dengan akhir ucapan itu tetapi ia hanya bisa terdiam, tidak bisa apa-apa, ia tak berdaya bila melawan Galang.
Alma aku-akui, ia sering berbohong pada Wulan, Mamanya Galang. Tapi ini juga demi dirinya dan Galang.
Alma segera pergi dari tempat ini tanpa membawa buku terlebih dahulu.
"Katanya mau bawa buku? Kok malah pergi?"
Seketika Alma berhenti berjalan di depan pintu setelah mendengar ucapan Galang. Tanpa melirik Galang dan teman-temannya sedikitpun, Alma tetap berdiam diri di depan pintu itu dengan persaan takut.
"Buku yang lo maksud buku ini?"
Alma membalikan tubuhnya perlahan-lahan kemudian didapati tubuh tegap Galang yang sudah berdiri di hadapannya dan tinggi tubuh Alma hanya mencapai dagu milik Galang. Galang membawa satu buku bersampul coklat milik Alma.
Alma kembali menunduk dan mengangguk.
"Alma Ainazahra." Galang membaca nama lengkap Alma di buku milik Alma. "Bukunya masih bagus lebih bagus kalo buku ini gue?" Mensipitkan matanya menatap satu tong sampah yang berada di koridor tepat di belakang Alma yang lumayan jauh. "Gue buang." Galang membuang buku Alma tepat meluncur ke tong sampah itu yang bau dan banyak minuman yang tersisa.
Alma membulatkan matanya dan membalikan tubuhnya menatap tong sampah yang terdapat bukunya yang terlihat basah terkena minuman sisa para siswa-siswi di sekolah ini.
"Ga-galang i-tu buku pelajaran." Kali ini Alma bersuara lagi.
Galang tersenyum meledek lagi. "Terus kenapa kalo itu buku pelajaran? Gue harus nangis gitu liat buku pelajaran lo jadi kayak gitu atau gue harus berduka cita. No-no-no-no!" Galang menggelengkan kepala dengan dramatis. "Apalagi merasa kasihan sama lo, enggak bakalan, masa gue merasa kasihan sama cewek cupu kayak lo." Mendorong dahi Alma dengan puas tetapi Alma tetap bersabar.
Mata Alma memerah bukan karna Galang mendorong dahinya tetapi bukunya yang berada di tong sampah menjadi basah dan kotor. Sebuah perjuangan menulis hingga setengah buku sampai ia rela menulis hingga menghabiskan pena yang sering habis tiba-tiba kadang pena milik Alma hilang dicuri orang dan kini ia hanya bisa menatap buku itu yang sudah tidak berguna.
"Lang udah Lang kasihan loh meningan tuh cewek jadi santapan aja." Ucapan teman Galang terdengar melengking di telinga Alma.
Galang melirik teman-temannya sekilas kemudian keluar menarik tangan Alma dengan kasar lalu menutup pintu kelas membiarkan teman-temannya tetap di kelas.
Alma tersentak kaget hingga jantungnya kembali lagi berdetak kencang karna takut dan Alma tetap menunduk tidak berani menatap Galang.
"Eh cupu!" Galang berteriak membuat Alma semakin takut.
Galang menatap Alma dengan teliti sambil mengerutkan alisnya. "Muka gue bukan di bawah! muka gue ada di atas! Dan lo ngapain nantap kaki gue? liat sepatu mahal gue?" Galang menatap sepatunya yang bisa dibilang wow.
Alma menggigit bibir bawahnya entah harus berbuat apa lagi? Ia tidak mampu menatap Galang maka dia menatap ke arah lain, tong sampah hanya itu satu-satunya pemandangan yang menarik mata Alma.
"Sekarang lo liat tong sampah! Lagian ya, Muka gue itu lebih ganteng, bersih sementara tong sampah yang lo liat sekarang itu udah bau, jijik lagi." Galang membanggakan dirinya.
Mata Alma mulai memerah betapa sedihnya dirinya menatap buku pelajarannya yang sudah tidak berguna.
"Cupu! lo denger gue gak sih? Gue itu lagi ngomong sama lo!" Galang merasa kesal.
Alma tetap terdiam menahan air mata yang mulai keluar dari matanya kemudian menatap Galang, ragu.
"Sekarang lo pulang dan naik angkot! Sementara gue naik mobil gue dan nanti lo bilang sama mamah gue! Lo sama gue pulang bareng naik mobil milik gue," perintah Galang.
Alma mengangguk dengan wajahnya yang datar tanpa ekspresi.
"Ngerti enggak?"
Alma kembali mengangguk.
Galang memutar kedua bola matanya, kesal. "Jawab dong! Dari tadi ngangguk-ngangguk mulu kayak orang bisu!"
"I-iya."
"Singkat banget sih jawaban lo! Padahal ngomong itu gratis gak pake uang, pulsa ataupun kuota." Galang berkomentar tanpa mendapat jawaban dari Alma. "Nanti gue tunggu di jalan yang lumayan jauh di rumah gue! Biar gak ketauan sama Mama."
Alma kembali mengangguk tanpa menjawab dengan suara dan itu membuat Galang kembali kesal.
"Dasar orang bisu!"
***
TBC~
Minggu, 8-Juli-2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Alma
Teen Fiction"Singkat banget sih jawaban lo! Padahal ngomong itu gratis gak pake uang, pulsa ataupun kuota." Galang terlalu kejam memperlakukan Alma sekasar itu. Sedangkan Alma sosok pendiam yang tidak mudah memberontak ketika ada yang mengusik kehidupannya. Gal...