Siapkan ember, untuk menampung air mata wkwk
Di malam hari pukul setengah sepuluh malam, seorang gadis sedang berdiri di depan rumah Galang menunggu seseorang yang akan menjemputnya.
Alma, dia hanya memakai celan jeans hitam, baju sweater karna cuaca lumayan dingin, serta rambutnya yang di ikat satu.
Terlihat di ujung jalan, terdapat satu buah mobil sport berwarna kuning yang mulai menghampiri ke arah ini.
Kemudian mobil itu berhenti tepat di depan Alma. Kaca mobil terbuka perlahan, lalu seseorang menyuruh Alma untuk masuk ke dalam.
Alma mengangguk, lalu membuka pintu mobil kemudian duduk. "Farel, maaf. Aku udah ngerepotin kamu buat ketemu Galang," ucap Alma.
Farel mengangguk menatap Alma ragu. "Ketemu Galang iya?"
Alma mengernyit. "Kan kamu yang bilang. Mau jemput aku buat ketemu Galang," jawab Alma.
Farel mengangguk samar kemudian menghidupkan mesin mobil dengan jantung berdebar. Farel menatap Alma kembali lalu bertanya lagi, "Sekarang iya?"
Alma bingung dengan kelakuan Farel saat ini. "Memangnya mau kapan Rel? Kamu-kan ngajaknya sekarang, iya berarti sekarang ketemu Galang-nya," jeda Alma. "Memangnya Galang ada dimana?"
Farel tidak menjawab. Yang ada, Farel langsung malajukan mobilnya dengan sangat lambat. Padahal mobil sport adalah mobil balap, lebih bagus jika mengendarainya sangat kencang.
Alma bingung sekali pada Farel. "Rel, kok ngendarain mobilnya pelan banget?" tanya Alma.
"Hah?" Farel terlonjak kaget menatap Alma. Lalu berhenti lagi mengendarai mobil-nya. "Emm, Alma, besok aja iya ketemu Galang-nya," bujuk Farel.
"Farel, aku udah terlanjur berangkat. Tapi emangnya Galang ada dimana? Rumah Sakit bukan? kalau emang Galang ada di rumah sakit. Galang kenapa? Kecelakaaan-" Alma berhenti berucap saat menatap wajah Farel yang di penuhi keringat dingin, "Farel kamu kenapa? Hmm, iya udah kalau kamu enggak mau anterin aku, aku berangkat aja sendirian. Tapi tolong kasih tau aku, Galang ada dimana?"
Farel menggeleng pelan. "Udah-udah, gue anterin lo ketemu sama Galang, sekarang. Gue enggak mau ninggalin cewek sendirian di tengah jalan, apalagi malam-malam gini. Terlebih lagi, lo temen Reina."
"Tapi, Galang ada dimana?"
***
"Jadii," jeda Alma mengedarkan pandangannya, menatap tempat ini. Dimana, Farel yang membawanya kesini. "Galang emang bener lagi ada di rumah sakit?" tanya Alma.
Farel mengangguk sambil menatap Alma. Keringat dingin mulai bercucuran di sekujur tubuhnya. "Iya, Galang ada di rumah sakit," ucap Farel menelan salivanya yang kering. "Galang ada di ruangan mawar. Lo liat aja sekarang."
Tubuh Alma bergetar. Mata cantik itu berkaca-kaca. Ada apa dengan Galang? Dia kenapa? Mengapa Galang bisa ada di rumah sakit? Tanpa basa-basi, Alma turun dari mobil Farel.
Farel segera mengikuti Alma dari belakang. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya? Farel tidak tahu.
Alma berlari di sepanjang koridor rumah sakit. Dengan perasaan yang hancur, jantungnya berdetak kencang. Ia ingin segera menemui Galang secepat mungkin, Alma ingin melihat keadaan Galang sekarang juga.
Alma berhenti, tepat berada di depan ruangan Mawar. Tangannya bergetar ketika memegang kenop pintu rumah sakit.
Sementara Farel berdiri menatap Alma, Farel mulai memijat keningnya, sangat frustasi.
Tangan mungil itu mulai membuka pintu rumah sakit perlahan. Alma berdiri di ambang pintu. Perasaannya hancur berkeping-keping, hatinya terasa remuk. Mata hitam pekat itu mulai berkaca-kaca. Air mata terasa menggelembung di depan matanya. Jika ia berkedip, mungkin air mata akan terjatuh perlahan. Namun sampai detik ini, Alma belum berkedip. Mata itu tetap menatap lurus pada Galang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alma
Teen Fiction"Singkat banget sih jawaban lo! Padahal ngomong itu gratis gak pake uang, pulsa ataupun kuota." Galang terlalu kejam memperlakukan Alma sekasar itu. Sedangkan Alma sosok pendiam yang tidak mudah memberontak ketika ada yang mengusik kehidupannya. Gal...