4

61.7K 2.8K 22
                                    

Hari ini hari Minggu. Rachel menggunakan hari ini untuk bermalas malasan di kamar.

Tok tok tok

"Non Acha, ini Bibi."

"Masuk aja bi. Gak dikunci kok." Bi Asih pun masuk ke dalam kamar. Acha yang sedang tiduran merubah posisinya menjadi duduk dengan kaki disilang.

"Ada apa bi?"

"Itu dibawah ada temen non Acha."

Rachel mengernyitkan dahinya, "Siapa."

"Kalo gak salah namanya tuh Arvian. Eh bukan siapa sih namanya... Vin.. Vin.." sahut Bi Asih mengingat ngingat.

"Marvin?"

"Nah iya itu Marvin."

"Ngapain dia kesini bi?"

"Katanya mau ketemu sama non Acha."

"Nggak ah bi. Acha males ketemu sama dia."

"Tapi dia udah ada di ruang tamu nungguin non Acha."

"Usir aja bi. Suruh dia pulang, Acha gak mau liat muka dia sekarang."

"Yaudah nanti Bi Asih suruh dia pulang. Bi Asih kebawah dulu ya Non."

"Eh bentar bi. Mama sama Papa dimana?"

"Tuan dan nyonya tadi keluar non."

"Kemana?"

"Wah kalo itu bibi juga gak tau
Mereka gak bilang ke bibi mau kemana."

"Kalo Tasha?"

"Non Tasha lagi kerja kelompok di rumah temennya."

"Ohhh, yaudah makasih bi." Bi Asih keluar dari kamar Rachel.

Setelah selesai sarapan tadi, Rachel tak keluar lagi dari kamarnya. Benar benar dihabiskan untuk bermalas malasan di kamar.

Tak lama terdengar suara ketukan di pintu kamar Rachel. Acha yang kesal langsung turun dari kasurnya dan membuka pintunya.

"Apa sih bi. Kan Acha udah bilang Acha gak mau ngeliat muka di..." Ucapan Rachel terpotong ketika dia melihat Marvin disana dengan membawa sekantong plastik besar. Di belakangnya, ada Bi Asih dengan wajah bingung.

Rachel menatap Bi Asih dengan tatapan meminta jawaban, Bi Asih yang mengerti langsung menjelaskan semuanya.

"Maaf non, dia maksa buat ketemu sama non Acha. Bibi udah larang, tapi dia tetep maksa."

Rachel menghembuskan napasnya kasar "Yaudah bibi bisa nerusin kerjaan bibi."

"Bibi kebawah dulu ya non." Bi Asih pergi meninggalkan Rachel dan Marvin.

"To the point aja, ngapain lo kesini." tanya Rachel ketus.

"Gue mau minta maaf."

"Oh."

"Gue gak sengaja."

"Gue gak nanya."

"Gue bener bener minta maaf sama lo. Gue ganti rugi. Nih, laptop baru buat lo." Marvin menyodorkan kantong plastik yang sedari tadi ia bawa.

Rachel menatap Marvin cengo. Bukan, bukan karena dia ganti rugi atas kesalahan dia, tapi ini kalimat terpanjang yang keluar dari mulut Marvin yang pernah Rachel dengar.

"Gak usah!"

"Please, maafin gue."

"Pergi!"

"Cha, gue minta maaf."

"Gue bilang pergi!"

Brak

Rachel menutup pintu dengan kasar. Rachel menyandarkan punggungnya dibalik pintu. Marvin menghembuskan napasnya kasar. Marvin sadar ia telah membuat Rachel kecewa. Marvin meletakkan plastik itu di depan pintu kamar Rachel. Marvin pergi tanpa hasil.

Setelah memastikan kalau Marvin sudah pergi, Rachel membuka pintu kamarnya perlahan.

Dia udah pergi, batin Rachel

Rachel melihat plastik berisi laptop tergeletak di depan kamarnya. Rachel mengambil plastik berisi laptop itu. Tanpa sadar, bibirnya melengkung ke atas.

-----------------------------------------------------------------

Haii, gimana ceritanya? Maaf yaa kalo ceritanya sedikit dan berantakan. Ini aku ngerjainnya tengah malem😴 Jadi pikirannya rada kacau gitu hehe😁 Tinggalkan komentar kalian disini😄😉

Salam author,
Febiane Nurshabrina

12 Juli 2018

Marchel [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang