27

36.8K 1.3K 5
                                    

Di sekolah.

Hari ini Rachel berangkat ke sekolah nyaris terlambat, terlihat jelas matanya sembab seperti habis menangis. Rachel memasuki kelasnya dengan wajah yang ditekuk.

"Selamat pagi Cha." sapa Marvin yang sudah ada di dalam kelas. Namun, Rachel mengacuhkannya.

"Lo kenapa Cha? Lagi sakit?" tanya Marvin sambil memegang dahi Rachel, tapi langsung ditepis dengan kasar oleh Rachel, "Nggak usah pegang pegang." ketus Rachel.

Marvin mengernyit heran, Acha lagi PMS kali ya

Tak lama, Bu Fina, guru kimia, memasuki kelas Rachel.

***

"Kalo kata gue sih, film nya gak terlalu serem, malah banyak adegan yang lucu." sahut Kenny dengan mulut penuh dengan nasi goreng.

"Iya tuh bener. Hantu nya lucu lucu sih kalo kata gue." timpal Berliana.

"Kalian kalo nonton ngajak gue dong, gue juga kan pengen nonton." ucap Nadine mengerucutkan bibirnya.

"Lah bukannya lo nggak suka film horror? Yaudah jadi kita nggak ngajak lo." jawab Kenny.

Nadine, Rachel, Berliana dan Kenny sedang duduk di kantin membahas tentang film Jailangkung 2 yang baru kemarin dilihatnya. Namun, Rachel tak ikut nimbrung, Rachel malah memainkan nasi gorengnya dengan sendok dengan tatapan kosong.

"Eh Cha lo kenapa?" tanya Kenny yang menyadari Rachel sedari tadi diam saja. Namun Rachel tak menyahut. Nadine yang duduk disamping Rachel, menepuk pelan bahu Rachel, "Lo kenapa Cha?"

Rachel tersadar dari lamunannya, "Eh iya kenapa?" Nadine, Berliana, dan Kenny hanya geleng geleng melihatnya.

"Lo kenapa? Dari tadi diem terus. Ada masalah? Cerita sama gue." ujar Nadine. Nadine memang benar benar sahabat Rachel yang paling mengerti keadaan Rachel. Namun, Rachel hanya menjawab dengan gelengan sambil tersenyum.

Tak lama, Marvin cs pun datang memasuki kantin dan menghampiri meja Rachel cs. Rachel yang menyadari Marvin menghampirinya, langsung berdiri dan pergi meninggalkan kantin tanpa berbicara sepatah kata pun.

"Lah si Acha kenapa? Kita dateng kok dia malah pergi?" tanya Elno sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Nggak tau tuh. Dari tadi juga dia ngelamun terus." jawab Berliana.

"Acha kalo kayak gitu biasanya lagi ada masalah. Coba deh lo samperin Vin, tanya baik baik." jelas Nadine. Tanpa berbicara apa pun Marvin langsung meninggalkan kantin dan mengejar Rachel.

Marvin sudah mencari Rachel ke seluruh sekolah. Ke setiap kelas, toilet, perpustakaan, namun nihil. Marvin yang putus asa mencari Rachel memutuskan untuk pergi ke taman sekolah untuk menenangkan diri.

Sesampainya di taman, Marvin melihat Rachel yang sedang duduk sendiri di bangku taman. Marvin melangkah mendekat, namun setelah Marvin berdiri tak jauh dari Rachel, Marvin mendengar Rachel sedang mengeluarkan semua amarahnya, "Gue benci lo Vin! Gue benci! Setelah apa yang lo lakuin semua ke gue, terus malemnya lo bikin hati gue sakit! Lo udah bikin gue bahagia karena sikap manis lo ke gue waktu di Ancol! Tapi nyatanya apa? Malemnya lo malah berduaan sama Chatrine di caffe! Rasanya kayak udah dibikin terbang tinggi tinggi tapi dibikin jatuh lagi ke bawah! Lo jahat Vin! Gue benci sama lo!" teriak Rachel sambil menangis. Kebetulan di taman sekolah itu tidak ada siapa siapa selain Rachel dan Marvin. Marvin yang mendengarnya terkejut. Jadi ini alasannya Acha ngejauhin gue? Marvin membalikkan badannya dan mempercepat jalannya untuk mencari seseorang, Chatrine.

***

"Mana Chatrine!" tanya Marvin setelah sampai di kelas Chatrine. Semua penghuni kelas terkejut melihat kedatangan Marvin yang tiba tiba marah seperti itu.

"Mana Chatrine?!" tanya Marvin kepada ketua kelas di kelas Chatrine.

"G-gue gak tau." jawab orang itu dengan gugup.

"Eh ada apa ini rame rame?" Marvin yang sudah kenal dengan suaranya langsung mencari sumber suara. Marvin melihat Chatrine dan kedua temannya sedang terlihat bingung di pintu kelas.

"Ehh ada my honey. Kamu kesini ngapain? Pasti cari aku yaa." ucap Chatrine sambil menghampiri Marvin dan bergelayut manja di tangan Marvin. Namun, Marvin menepisnya dengan kasar.

"Gak usah so manis!" bentak Marvin yang membuat satu kelas terdiam.

"Kamu kenapa sih? Dateng dateng kok malah marah marah gitu? Salah aku apa?"

"Ikut gue!" Marvin menarik paksa tangan Chatrine. Kedua temannya hanya berdiam di kelas, mereka tidak mau ikut campur karena takut Marvin akan marah kepada mereka.

Marvin membawa Chatrine ke belakang sekolah karena disana cukup sepi.

"Kamu ngapain sih tarik tarik tangan aku kayak gitu? Sakit tau gak." kata Chatrine sambil mengusap pergelangan tangannya yang memerah karena ditarik oleh Marvin.

"Lo ngejebak gue kan?!"

"Ngejebak gimana maksud kamu?" tanya Chatrine bingung.

"Lo bilang apa ke Acha hah!"

"Bilang? Aku nggak bilang apa apa ke Acha." Chatrine semakin tidak mengerti.

"Lo bilang ke Acha kan kalo semalem kita ke caffe?!"

"Aku nggak bilang apa apa ke Acha." jawab Chatrine bohong. Sekarang Chatrine tau arah pembicaraan Marvin.

"Kalo bukan lo yang ngasih tau, kenapa Acha bisa tau semalem kita ke caffe hah?!"

"Ya mana aku tau. Yaudah sih yah biarin aja Acha tau kalo semalem kita ke caffe berdua. Biar dia tau kalo aku yang lebih pantes jadi pendamping kamu, bukan dia."

"Najis gue sama lo!"

"Kamu liat Acha dari apanya sih? Masih cantikan juga aku dibanding sama dia." ucap Chatrine sambil mengibaskan rambutnya yang sepanjang bahu itu.

"Gue akui lo lebih cantik dari Acha." Chatrine yang mendengarnya langsung mengembangkan senyumnya, "Tapi hati lo busuk. Lebih busuk dari bangkai." lanjut Marvin lalu pergi meninggalkan Chatrine yang sedang mematung setelah mendengar ucapan Marvin yang melukai hatinya.

-----------------------------------------------------------------

Jangan lupa kasih votenyaa😚 Ikutin terus kelanjutan ceritanya😚

Salam author,
Febiane Nurshabrina

7 Agustus 2018

Marchel [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang