"Non Acha, bangun non." Bi Asih membangunkan Rachel yang masih setia memejamkan matanya.
"Acha masih ngantuk bi." gumam Rachel.
"Ini udah setengah tujuh non."
"Hah?! Setengah tujuh?! Mampus! Telat gue!" Rachel langsung ngacir ke kamar mandinya.
Selesai mandi dan bersiap siap, Rachel turun dari kamarnya.
"Bi, Acha berangkat dulu yaa."
"Nggak sarapan dulu non."
"Nggak keburu bi. Acha sarapan di sekolah aja."
Rachel langsung menyambar kunci mobilnya dan pergi menuju sekolah.
***
Sesampainya di sekolah, gerbang sudah ditutup. Rachel mendecak kesal.
Rachel membuka kaca mobilnya, dan berteriak ke satpam yang sedang berjaga di pos yang berada di balik gerbang, "Pak satpam. Tolong bukain gerbang nya dong pak." Rachel mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil.
"Nggak bisa. Kamu telat."
"Yah ayo dong pak. Saya kesini kan mau belajar. Kan ada pepatah tuh lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali."
"Nggak bisa! Peraturan tetap peraturan!"
"Hmm gini aja kalo pak satpam mau bukain gerbangnya, nanti saya kasih ice cream gimana."
"Kamu pikir saya anak kecil apa yang gampang disogok pake ice cream."
Brum...Brum...
Sebuah motor sport hitam berjalan melewati mobil Rachel.
Kayaknya gue pernah liat tuh motor, tapi dimana ya, gumam Rachel.
Pengemudi itu menghampiri pak satpam. Entah apa yang mereka bicarakan, pak satpam membuka gerbangnya. Rachel yang menganggap ini tak adil, langsung keluar dari mobilnya.
"Apa apaan ini. Pak, kenapa pak satpam bukain gerbangnya. Dia kan sama telatnya kayak saya. Peraturan tetap peraturan." protes Rachel sembari menirukan apa yang tadi diucapkan pak satpam.
Pengemudi itu mematikan motornya dan membuka helm nya.
Marvin?
"Lo juga telat?" tanya Marvin.
Udah tau pake nanya lagi
"Iya!" jawab Rachel ketus.
"Lo mau gue bantuin gak?"
"Bantuin apa."
"Lo bisa masuk ke dalem asal lo maafin gue. Deal?".
"Ogah gue maafin lo! Gak sudi!"
"Yaudah terserah." Marvin menyalakan motornya.
Duh gimana ini. Maafin jangan? Gue masih kesel sama dia. Tapi kalo gak gue maafin, hari ini gue bolos dong. Maafin aja kali ya? Arghhh bingung gue. Yaudahlah maafin aja, gak ada cara lain.
"Iya iya gue maafin." jawab Rachel.
"Nah gitu dong. Pak, biarin dia masuk."
Rachel memarkirkan mobilnya bersebelahan dengan motor Marvin. Suasana sekolah sepi karena semua murid sedang belajar. Mereka berdua berjalan menuju kelas.
Sesampainya di kelas, Bu Dita, guru matematika sedang mengajar.
Mampus! Udah ada guru lagi! batin Rachel
Marvin dan Rachel berdiri di depan pintu kelas. Bu Dita menoleh ke arah mereka.
"Hey kalian berdua, sini!" Yang dipanggil mendekat.
"Kalian kenapa telat hah!" tanya Bu Dita dengan garang seperti cikgu besar di kartun serial upin ipin.
"Maaf bu, saya bangunnya kesiangan." jawab Rachel dengan menundukkan kepalanya.
"Marvin! Saya gak peduli kamu anak pemilik yayasan ini atau bukan, kamu tetap salah! Sana pergi ke lapangan, hormat ke tiang bendera sampai pelajaran ibu selesai!"
"Tapi buuu." ucap Rachel.
"Gak ada tapi tapi an! Atau kalian mau saya kasih hukuman lebih berat?!"
"Nggak bu jangan. Iya bu kita ke lapangan sekarang."
"Yaudah sana!"
Mimpi apa gue semalem, batin Rachel
Disinilah mereka sekarang, di bawah tiang bendera. Sudah 20 menit mereka disana. Tangan Rachel mulai lemas. Keringat bercucuran membasahi wajah Rachel yang sudah pucat. Kepalanya mulai pusing. Pandangannya mulai menghitam dan....
Bruk
***
Rachel membuka matanya perlahan. Bau obat obatan menyeruak di indra penciuman. Kepalanya terasa sangat pusing.
"Udah sadar?" tanya Marvin yang sedang duduk di kursi disamping ranjang yang Rachel tempati. Entah dari kapan Marvin disitu.
"Gue dimana?"
"UKS."
"Siapa yang bawa gue kesini?"
"Gue."
"Lo udah sarapan?" tanya Marvin.
"Belum."
"Nih makan, gue udah beliin bubur tadi". Marvin menyodorkan mangkok berisi bubur.
Nih anak kesambet apaan dah. Baik bener. Biasanya kan dia cuek, jarang ngomong, dingin. Eh ini Marvin bukan ya? Atau jangan jangan dia makhluk halus yang menyerupai Marvin?
"Kenapa bengong? Mau gue suapin?"
"Eh enggak, gak usah. Gue gak laper" Rachel tersadar dari lamunannya.
"Lo harus makan! Sini gue suapin."
"Nggak mauuu."
"Nggak ada penolakan! Buka mulutnya, aaaaa." Sendok yang dipegang Marvin diarahkan ke mulut Rachel. Dengan kesal Rachel membuka mulutnya dan mengunyah buburnya. Loh bukannya bubur lembek ya jadi gak bisa dikunyah? Anggap aja bisa dikunyah haha.
Marvin menyuapi Rachel dengan telaten hingga buburnya habis.
Duh kok gue dag dig dug gini ya deket dia. Apa gue suka sama dia? Ah gak mungkin. Ini paling jantung gue aja yang lagi senam pagi. Lah emang bisa jantung senam pagi?
-----------------------------------------------------------------
Hai readers!😄 Aku kembali lagi nih😂 Gimana, seru gak? Seru seru in aja lah ya haha😂 Loh loh itu kenapa kok si Rachel dag dig dug gitu. Apa dia mulai suka sama Marvin? Itu lagi si Marvin kenapa care banget sama Rachel? Kenapa dia gak cuek lagi? Hayo loh penasaran kan? Tunggu cerita aku yang selanjutnya😄😉
Salam author,
Febiane Nurshabrina12 Juli 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Marchel [COMPLETED]
Teen FictionMarvin Alfaro Miller, seorang mostwanted sekolah. Memikili wajah yang tampan, badan eksotis yang mampu membuat kaum hawa tergila gila padanya. Rachel Dianita Madison, seorang gadis penderita kanker darah yang memiliki paras cantik, rambut indah, dan...